Bagian 6

233 31 17
                                    

Assalamualaikum. Maaf baru bisa update.
Gimana puasanya kemarin? Lancar, kah? Alhamdulillah kalau lancar. Semangat! Semoga Allah selalu memberikan kalian kesehatan. Aamiin.

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Menjalani hidup pasti penuh lika-liku.
Layaknya bermain puzzle, kita harus menyelaraskan perpaduan bentuknya.
Tapi bagaimana jika kita hidup dalam penuh teka-teki dan hanyalah kebohongan yang selalu diberikan pada kita?
Akankah kita harus sadar diri atau semakin bersikap menjadi?

REGRET*

🌹🌹🌹

"Icha," lirihnya, "Kakak senang bisa bertemu denganmu lagi, tapi Kakak belum bisa menjagamu. Maafin Kakak."

Bertepatan dengan itu, Ufah dan Zahra membeku di tempatnya. Mereka berdua mendengar dengan begitu jelas perkataan lelaki itu. Jika Icha adalah adik Angga, berarti teman baru mereka ini adalah orang yang sangat dijaga ketat seperti Angga.

"Kak," lirih Ufah pada akhirnya.

Angga tak terkejut. Dia tahu kalau mereka mendengar ucapannya. "Tolong jaga rahasia, ya. Saya gak mau adik saya kenapa-napa," ucapnya langsung, tanpa basa-basi.

Belum sempat ada jawaban, Angga merasakan tangan yang digenggamnya sedikit bergerak. Laki-laki itu menatap sendu wajah pucat Icha yang kini mulai memperlihatkan kelopak matanya yang terbuka pelan.

"Cha," lirih Angga.

Ufah dan Zahra ikut mendekat dan tersenyum manis pada Icha yang kini sudah sepenuhnya sadar. "Hai, Icha!" Zahra menyapa sembari mengusap lengan Icha yang lain.

"Apa yang sakit?" tanya Ufah.

Icha masih diam. Dia masih menelisik ruangan apa yang ditempatinya sekarang.

"Cha, kamu gak lagi berusaha inget-inget kita, kan?" Zahra bertanya cemas.

"Kamu gak amnesia, kan?" Ufah ikut menimpali.

"I-ni di mana?" tanya Icha dengan suara paraunya.

"Kamu lagi di ruang kesehatan. Apa yang terjadi denganmu?" Kini, Angga yang bersuara. Lembut sekali suara yang keluar dari bibirnya.

"Apa yang terjadi denganku?" ulang Icha. Gadis itu berusaha mengingat apa yang sudah terjadi padanya. Air matanya seketika luruh dan tubuhnya bergetar begitu hebat.

Terlihat jelas raut takut dan cemas di wajah Icha. Hal itu membuat ketiganya merasa khawatir, marah, dan sedih secara bersamaan. Apakah Icha trauma? Mungkin saja. Dilihat dari kondisinya tadi saat ditemukan pun sangat tidak bisa dikatakan baik-baik saja.

Angga langsung memeluk Icha, tidak peduli dengan penolakan yang dia terima nantinya. "Tenang, Cha, kita semua ada di sini sekarang. Kita akan jagain kamu dan gak akan ninggalin kamu sendirian," kata Angga menenangkan.

Icha masih menangis. Semua emosi rasanya tercampur aduk dalam hatinya. "Kata Eyang, aku punya Kakak, tapi kenapa dia tidak muncul sekarang ini? Apa kakakku tidak tahu kalau punya adik atau dia tidak peduli karena punya adik sepertiku?" racau Icha.

Perempuan itu terkejut. "Kak Angga ngapain meluk aku?!" sentaknya, "Kan aku pengennya dipeluk Kakak bukan Kak Angga!"

Angga tak bergeming. Ada rasa bimbang dalam benaknya. Haruskah dia memberi tahu yang sebenarnya pada Icha?

Angga memilih melepaskan pelukannya. "Maaf, aku hanya terbawa suasana saja," lirihnya.

"Icha, kami akan mengemasi barang-barangmu dan Kak Angga akan mengantarmu pulang," ucap Ufah.

REGRET || TAMAT✔Where stories live. Discover now