Bagian 5

254 31 16
                                    

Maaf ya dua hari ini telat terus updatenya. Itu karena part cadangan gagal diketik tepat waktu, mohon maaf yang sebesar-besarnya.

Tidak disarankan dibaca pada siang hari, takutnya mau ngomel gak bisa. Hehehe.

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Dendam adalah penyakit hati dan marah bisa membutakan pikiran.
Jika kamu marah untuk melampiaskan dendam. Percayalah, kamu tidak akan mendapatkan apa yang kamu inginkan.

REGRET*

🌹🌹🌹

Icha dan kedua temannya hendak ke kantin untuk mengisi perutnya yang sudah membunyikan alarm peperangan.

"Emm, aku mau ke kamar mandi dulu sebentar gak apa-apa, kan?" ucap Icha. Kantong kemihnya tiba-tiba terasa penuh jadi ia berniat untuk mengosongkannya.

"Mau kita antar?" tawar Zahra namun Icha hanya menggeleng pelan.

"Kalian ke kantin aja duluan. Cari tempat biar gak kehabisan. Aku gak lama kok."

Ufah menepuk lengan Icha. "Okay. Hati-hati, ya! Kalau ada apa-apa telepon kita aja."

Icha segera ke kamar mandi. Dia tidak bisa menahan lebih lama lagi. Perempuan itu pergi ke kamar mandi tanpa merasa curiga sama sekali karena sejak tadi ada orang yang mengikutinya dari kejauhan.

"Orang lugu di mana-mana pasti bego. Mau prestasi akademiknya bagus kaya gimana, dia tetep bego dalam hal kaya gini," gumam orang itu. Dia memasang masker untuk menutupi mulutnya dan ikut masuk ke kamar mandi itu lalu mengunci pintunya.

Icha yang baru saja keluar dari bilik kamar mandi pun terkejut saat mendapati seseorang berdiri di dekat pintu kamar mandi yang dia gunakan.

"Kamu menunggu saya? Kan masih banyak kamar mandi yang kosong," ucap Icha polos.

"Gue cuma nungguin lo, bukan mau pakai kamar mandinya!" sengit orang itu.

"Nungguin saya? Ada apa, ya?"

Perempuan itu maju selangkah membuat Icha sedikit memundurkan badannya. "Hidup lo enak banget, ya! Muak gue!"

Orang itu melepaskan maskernya dan semakin terkejutlah Icha saat melihat siapa perempuan di depannya itu. "E-cha," lirihnya.

"Kenapa? Lo kaget?"

"Kamu kan kalau sekolah pakai jilbab, kenapa sekarang dibuka begitu?"

Echa berdecak. "Lo kan udah bikin gue diskors dan gue gak bisa biarin lo berkeliaran tanpa merasa bersalah sama sekali. Sedangkan gue harus menderita di rumah!"

Icha lagi-lagi memundurkan langkahnya saat Echa berusaha mendekatinya. "Echa, bukan saya yang melakukan itu. Saya gak pernah mengadu pada siapa pun. Echa, saya yakin kamu masih punya hati."

"Awalnya gue iba pas lo bilang gak punya ibu, tapi apa? Arga malah mutusin gue! Gue tahu dia pasti mau ngejar lo dan semua itu kebukti, Cha! Terus Kak Angga juga! Dua orang itu sekarang ada di pihak lo! Dan apa tadi? Varo, dia bahkan udah mulai berani terang-terangan ngasih lo coklat meski lewat temen kampungan lo itu!" Echa berucap penuh emosi. Wajahnya bahkan terlihat memerah.

"Saya tidak pernah bermaksud untuk melakukan itu semua. Mereka yang melakukan itu, bukan saya."

Tangan Echa terulur dan menarik jilbab Icha hingga terlepas. Bahkan jarum yang digunakan untuk mengaitkan jilbab itu terlepas dan sedikit menggores kulit leher Icha.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang