Bagian 16

206 26 23
                                    

Awas typo tanpa koreksi ulang.

Gak mau ngemis-ngemis vomen dehhh, hanya butuh kesadaran diri masing-masing🥺

Happy Reading🌹

🐳🐳🐳

Inilah kelemahanku, mudah percaya dengan orang dan mudah membuka hati untuk setiap orang. Padahal itu semua awal dari kebahagiaan juga kehancuran yang secara nyata adanya. —Arisha Raveena Arabella

REGRET*

🌹🌹🌹

"Mau ke mana, Cha? Makananmu gak dihabisin?" tanya Vio yang tengah menonton televisi.

Echa tersenyum simpul. "Mau main sama temen. Bunda kalau temennya Echa diajak ke sini boleh, gak?"

Vio menatap putrinya dengan penuh antusias. "Boleh banget, jarang kamu bawa temen ke rumah. Mau Bunda masakin apa?"

Echa menggeleng. "Biar nanti masak bareng aja. Echa pamit, Bun, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam warahmatullah wabarakatuh."

Echa tersenyum riang saat berjalan ke luar rumah. Dia menghampiri sopir pribadinya dan memintanya untuk mengantar ke mall sekalian bertemu dengan Icha. Tak lupa juga dia memberitahu kedua temannya kalau dirinya sudah memulai rencana, tapi diubah sedikit.

Gue tau lo gak punya ibu di rumah. Gue pengen bawa lo ke rumah biar iri rasanya punya ibu itu gimana. Tapi bukan itu rencana terbesar gue, Cha, gumamnya dalam hati.

Tak butuh waktu yang lama untuk Echa sampai di mall karena jalanan tidak begitu macet siang ini. Dia sudah menanyakan pada Icha apa sudah sampai dan berada di mana.

"Makasih ya, Pak, Echa gak lama kok. Kalau Bapak mau makan dulu enggak apa-apa," ucap Echa ramah pada sopirnya.

Perempuan itu segera menyusul Icha yang katanya sedang mencari gamis. Echa juga ingin membeli beberapa baju. Tidak banyak, mungkin lima buah saja cukup.

Echa: Cha, gue mau cari baju dulu juga. Ntar ketemu di bawah aja, ya, buat belanja.

Echa mengirimkan pesan itu pada Icha. Icha yang sedari tadi masih memilih gamis langsung membalasnya. Dia sengaja tidak mau ditemani kakaknya atau siapa-siapa karena ingin mengenal Echa lebih jauh. Tidak salah bukan jika dirinya mencoba memahami orang lain yang tidak menyukainya.

Sudah cukup untuk mereka berbelanja, akhirnya Echa dan Icha bertemu di lantai bawah.

"Hai, Cha, udah lama nunggu?" sapa Echa.

Icha tersenyum hangat. "Belum, baru juga datang. Kamu mau belanja?" tanya Icha penasaran.

"Iya. Kamu keberatan gak kalau mampir dulu ke rumahku? Tadi aku udah bilang ke Bunda dan Bunda seneng banget tauk."

Icha cukup terkejut mendengar perkataan Echa. "Apa gak merepotkan?" ucapnya merasa tidak enak.

Echa menggeleng antusias. "Sebagai permintaan maaf atas sikapku dulu sama kamu."

Icha menghela napasnya. "Baiklah, aku senang dan sangat berterima kasih sebelumnya."

"Terima kasih kembali Icha. Nanti kita masak bareng-bareng, ya."

"Okay."

***

Mereka sudah sampai di rumah Echa. Icha takjub melihat rumah yang begitu megah dengan halaman yang cukup asri.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang