Bagian 13

239 23 3
                                    

Awas typo! Keyboard autocorrect dan silakan dikoreksi!

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Cinta adalah hal yang wajar, tapi tetaplah pada aturan dan jangan sampai salah jalan.

REGRET*

🌹🌹🌹

Kelas 12 sudah melaksanakan acara wisudanya. Sangat cepat waktu berlalu bagi Icha. Padahal, rasanya baru kemarin dia menginjakkan kaki di sekolah ini dan bertemu kakaknya. Sekarang, dia harus melepas kakaknya yang tidak akan lagi berada dalam satu kawasan dengannya. Sebenarnya ada rasa cemas yang begitu terasa. Mungkin karena tidak ada kakaknya jadi tidak ada yang melindunginya dari Echa. Ah, tapi dia ingat kalau Allah selalu ada bersamanya.

Saat ini seperti biasa, Icha dan kedua sahabatnya tengah berada di kantin. Mereka baru saja selesai salat duha di musala. Tidak ada kegiatan apa pun di sekolah karena mereka baru saja usai melakukan ujian kenaikan kelas.

"Cha, ke lapangan yuk!" ajak Ufah.

"Iya, Cha, kita pengen nonton do'i yang lagi ikut classmeet tuh." Zahra ikut menimpali.

"Enggak, ah, Icha di sini aja. Kalau kalian mau pergi, silakan."

Ufah dan Zahra saling berpandangan. Mereka tidak bisa meninggalkan Icha sendirian di sini. Terlalu bahaya, apalagi tidak ada lagi Angga yang selalu menjaga Icha.

"Gak usah sungkan, Icha gak apa-apa. Kalau ada yang jahatin Icha, Icha tinggal minta tolong aja."

"Tapi, Cha-"

"Udah sana keburu telat."

Ufah dan Zahra hanya mengangguk. Jika Icha sudah ngotot seperti itu, mereka tidak bisa lagi membantah. Ya sudahlah, hitung-hitung membiarkan Icha beradaptasi sendiri tanpa ada mereka berdua.

Icha hanya menatap penghuni kantin yang memperhatikan dirinya. Sudah biasa Icha menjadi pusat perhatian mereka semua. Ada yang suka dengan Icha dan ada juga yang membencinya. Alasan cukup simpel hanya karena dirinya akrab dengan laki-laki terkenal itu.

Perempuan itu kembali mengedarkan pandangannya dan akhirnya jatuh pada sosok beralis tebal dengan sorot mata tajam yang tengah memperhatikannya. Hal itu membuat jantung Icha berdegup tidak karuan.

BRAK!

Gebrakan di mejanya membuat Icha mengalihkan fokusnya. Dia menatap Chika yang sudah melipat tangan di depan dadanya. Icha hanya mengembuskan napasnya pelan. Mereka selalu saja mengganggu dirinya hanya karena Varo lebih akrab bersamanya.

"Sendirian aja, tumben," sindir Tasya. "Ke mana dayang-dayang lo?" lanjutnya.

"Aku gak punya dayang, mereka sahabatku," jawab Icha pelan.

Chika dan Tasya tertawa pelan. "Sahabat? Emang ada gitu sahabat yang ninggalin sahabatnya sendirian?" celetuk Tasya.

"Hahaha kasihan banget sih lo itu! Mereka tuh sebenarnya risih sama lo karena lo temenannya sama cowok-cowok!" tukas Chika yang membuat Icha terdiam.

"Asal lo tau aja ya, Cha, temen-temen lo itu munafik. Mereka gak bener-bener tulus temenan sama lo!"

"Kalian jangan asal bicara, ya. Ufah dan Zahra tidak seperti yang kalian ucapkan."

"Lo bisa ngomong kaya gitu karena lo gak tau kenyataannya, Cha. Ya semoga aja lo cepet tau semuanya dan enggak menyesal setelahnya. Kita sih udah peringati lo dari awal, ya." Usai mengucapkan itu, mereka pergi meninggalkan Icha.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang