Bagian 9

232 28 22
                                    

Jangan emosi.

Awas typo karena tidak direvisi.

Happy reading🌹

🐳🐳🐳

Tetaplah berbuat baik meski kebaikanmu tidak pernah dinilai oleh mereka.

REGRET*

🌹🌹🌹

Semua orang menatap aneh sosok Echa yang tengah berlari sambil berurai air mata. Mereka semua bertanya-tanya, apa yang sedang terjadi pada gadis itu? Biasanya, Echa tidak pernah terlihat cengeng seperti itu.

Perempuan itu terus berlari sampai menuju sebuah tempat yang jarang sekali disinggahi. Dia menaiki anak tangga kecil itu dengan hati-hati lalu membuka pintu yang tertutup rapat namun tidak terkunci.

Echa bersimpuh di lantai yang tidak terlalu kotor itu. Untung saja ada atap yang bisa membuatnya sedikit terlindungi dari cahaya matahari. Air mata itu kian deras membasahi pipinya dan menetes pada jilbabnya.

"KENAPA?! KENAPA MEREKA BILANG GUE INI ANAK GAK JELAS?! SEBENARNYA APA MAKSUD DARI KALIAN BERKATA SEPERTI ITU?! APA?!" teriaknya tak mengharap balasan. Dia hanya ingin meluapkan apa yang tengah dia rasakan.

"GUE BENCI LO ICHA!! POKOKNYA GUE GAK TERIMA SAMA SEMUA INI! INI SEMUA GARA-GARA LO! SEMENJAK ADA LO, SEMUANYA BERUBAH! BERUBAH!!" teriaknya lagi.

"Maafin aku kalau semua ini memang kesalahanku, tapi sejak awal aku tidak pernah bermaksud membuatmu seperti ini. Semua ini terjadi karena kesalahan kamu sendiri. Hanya karena laki-laki, kamu berbuat buruk seperti itu. Padahal semuanya bisa dibicarakan dengan baik-baik. Bukannya aku menyalahkanmu, tapi memang begitulah kenyataannya."

Echa tahu siapa pemilik suara itu. Maka dari itu, dia enggan menolehkan wajahnya. Dia tetap menatap lurus ke depan di mana dirinya bisa melihat banyak murid yang tengah memadati lingkungan sekolah. Dia juga bisa melihat beberapa anak yang tengah bermain basket. Tiba-tiba ide licik terlintas di kepalanya.

Akan lebih baik kalau lo gak ada di dunia ini Icha. Seperti itulah ucapannya dalam hati. Dia benar-benar akan nekat melakukan itu pada Icha.

"Gue tau gue salah," lirih Echa berusaha memancing Icha agar mendekati dirinya. "Tapi gue gak tau kalau akhirnya jadi begini. Semua ini salah gue. Gue duluan yang cari masalah sama lo. Gue sadar ini hukuman buat gue, tapi apa yang dikatain sama Kak Angga tadi cukup bikin gue sakit hati. Kenapa dia ngatain gue anak gak jelas?! Salah gue apa?!" teriak Echa menyuarakan isi hatinya.

Icha terpancing. Gadis itu mendekati Echa dan mengusap lembut lengan perempuan itu. "Maafin aku, Cha, aku gak bermaksud juga bikin kamu seperti ini. Aku tidak tahu kalau ada yang melaporkan kejadian itu pada guru. Semua ini murni tanpa sepengetahuan aku."

Icha mengikuti arah pandang perempuan di sebelahnya. Apa hanya Echa saja yang sakit hati? Icha rasa tidak, sebab dia juga merasakan sakit hati yang sama karena ucapan Echa tadi.

Echa memundurkan langkahnya perlahan. Dia tersenyum licik pada perempuan itu. Icha tidak menyadarinya karena masih fokus menatap area lapangan basket yang masih padat siswa. Tiba-tiba Echa mendorong kuat tubuh mungil itu hingga terhempas.

"AAAAA!"

Teriakan Icha membuat senyum licik terlukis indah di bibirnya. "Mampus kamu Icha!" pungkasnya dalam hati.

Tapi apakah Icha sudah jatuh dengan darah berceceran di mana-mana? Echa memutuskan untuk mendekati railing tadi dan melihat keadaan Icha. Betapa terkejutnya dia saat melihat Icha masih selamat karena tangannya yang berpegangan erat pada railing besi itu.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang