Bagian 25

249 27 9
                                    

Banana tidak bosan mengingatkan untuk hati-hati kalau ada typo hehe.

Happy Reading🌹

🐳🐳🐳

Manusia memiliki akal untuk berpikir, tapi sebagian banyak dari mereka malah enggak berpikir dan lebih memilih menyimpulkan sesuatu dari apa yang orang katakan.

REGRET*

🌹🌹🌹

Johan memarkirkan mobilnya di basemen rumah sakit. Dia tahu Icha hanya teman dari Echa, tapi sejak pertama kali bertemu ada yang berbeda dengan perasaannya. Dan sekarang paniknya muncul saat Echa mengatakan kalau Icha sedang dirawat di rumah sakit.

"Assalamu'alaikum," ucapnya sambil membuka pintu ruang rawat Icha.

"Waalaikumussalam—Johan?" Agatha yang tengah menjaga Icha pun terkejut saat mendapati putranya datang.

"Mami? Mami ngapain di sini? Ini bener kan ruang rawatnya Icha?" tanya Johan.

Agatha menarik napasnya lalu mengembuskannya pelan. Cepat atau lambat Johan pasti juga akan mengetahuinya, jadi untuk apa dia masih menyembunyikannya.

"Mi, kok diem?" tanya Johan lagi. "Icha anak aku, Mi? Iya, Mi?" lanjutnya. Agatha hanya mampu mengangguk.

Netra Johan mengembun. Dengan tergesa dia menghampiri Icha yang tengah tertidur pulas. "Jangan sampai semua terbongkar sebelum saatnya, Jo," tutur Agatha sembari mengusap punggung pria itu.

"Iya, Mi." Johan menangis dalam diam. Dia tidak ingin membangunkan Icha dan membuatnya tidak bisa memeluk sebagai pelepas rindu selama ini.

Putriku selama ini berada dekat denganku, tapi aku tidak pernah mengetahuinya. Untung saja perasaanku tidak pernah luput, Johan bermonolog dalam hati.

Tangan pria itu terulur, mengusap rambut hitam putrinya. Namun karena ada kanul untuk membantu pernapasan Icha, Johan hanya bisa mengusap bagian puncaknya saja.

"Cepat sembuh Sayang," lirihnya.

***

Hari Senin tiba. Icha sudah bisa masuk ke sekolah. Dia terkejut saat banyak mata yang menatapnya sinis dan tidak suka. Apa yang tengah terjadi ketika dia tidak masuk?

"Icha!"

Icha menoleh ke asal suara dan tersenyum lebar saat melihat Echa tengah berlari menghampirinya.

"Assalamu'alaikum, Cha," ucap perempuan itu.

"Waalaikumussalam warahmatullah wabarakatuh." Icha menjawab dengan suara pelan.

"Langsung ke kelas aja, Cha, enggak usah dengerin mereka."

Icha mengangguk. Sebenarnya dia penasaran, tapi lebih baik dia memendamnya sendirian.

Mereka berdua berjalan bersamaan menuju kelas dan tidak memedulikan sedikit pun bisikkan orang. Icha sudah tahu apa yang mereka bicarakan, ternyata ini karena kejadian malam itu. Kenapa ada orang yang tega menyebarkan itu dan mengatakan yang tidak tidak, padahal bukan seperti itu kenyataannya.

Ketika masuk ke kelas, semua teman menyapanya. Icha bersyukur kalau teman satu kelasnya masih bersikap baik padanya.

Icha hendak duduk di tempat biasanya, tapi segera dicegah dengan Echa. "Kamu duduk sama aku, Cha," ucapnya.

"Loh, kenapa?" Icha belum tahu perihal putusnya Arga dengan Echa. Perempuan itu belum memberitahu karena takut kalau keadaan Icha akan memburuk lagi.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang