Bagian 24

220 26 11
                                    

Awas belahan jiwaku(baca: typo) bertebaran di mana-mana!

Happy Reading🌹

🐳🐳🐳

Tanpa kita sadari, sering bercerita kepada orang lain akan membuat orang itu tertekan ketika berada di alam bawah sadarnya.

REGRET*

🌹🌹🌹

Sepulang sekolah, Arga dan Echa memutuskan untuk menjenguk Icha di rumah sakit. Mereka hanya datang berdua saja karena ingin sekalian jalan-jalan.

Echa membawa parsel untuk Icha dengan hati-hati. Arga tersenyum padanya kemudian mengacak puncak kepalanya. Dia sangat merindukan perempuan itu. Echa sebenarnya orang yang baik, tapi dia bersikap seolah-olah manusia terjahat karena untuk menutupi kerapuhan hatinya. Dia tahu semua tentang perempuan itu.

"Udah ah, Ga, berantakan jilbab aku!" kesal Echa berusaha menyingkirkan tangan Arga dari kepalanya.

Mereka kemudian memasuki ruang perawatan Icha. Tak lupa mereka mengucapkan salam. Mereka menutup mulutnya saat bau obat begitu menyerbak di ruangan itu. Mereka lebih terkejut saat melihat Icha yang begitu pucat tengah tertidur di atas brankarnya. Selain selang infus, ada kanul yang menyumpal hidung perempuan itu.

"Icha," lirih Echa. Perempuan itu langsung mendekati temannya dan memeluknya. Dia sangat merindukan perempuan itu.

"Icha sakit apa, Kak, sampai kaya gitu?" tanya Arga yang masih syok.

Angga menatap sendu adiknya yang masih menutup mata. "Dokter bilang sih dia cuma kebanyakan minum alkohol, tapi kemarin dia mimisan hebat dan sesak napas. Gue rasa ada yang aneh sama Icha, tapi Dokter bilang gak ada masalah serius," jelasnya.

"Icha juga sekarang lebih banyak kambuh pas di sekolah. Kemarin kemarin aja dia bisa kok pas berdiri tiba-tiba mimisan terus pingsan padahal dia baru sampai sekolah."

Angga semakin cemas setelah mendengar penuturan Arga. Apakah ada yang disembunyikan oleh adiknya itu? Tapi kenapa dokternya bilang tidak ada masalah serius?

Angga tidak tahu saja kalau dokter itu sejak lama disuruh Icha untuk merahasiakan apa yang sudah terjadi padanya. Awalnya dokter itu tidak mau, tapi karena Icha yang terus merengek akhirnya dia memilih untuk mengiyakan saja namun dengan syarat kalau perempuan itu harus rutin berobat.

"Cha," panggil Echa pelan saat Icha mulai membuka matanya.

Icha tersenyum. "Kamu kapan datang, Cha?" tanyanya lirih.

"Belum lama kok. Kamu kapan pulang dari sini? Betah banget kamu, Cha, sama bau obat-obatan di sini, aku aja baru masuk udah pusing kena baunya," ucap Echa panjang lebar.

"Itu sama bodyguard belum boleh pulang, padahal Icha udah sehat," adunya.

"Orang wajah masih kaya mayat hidup gitu mau pulang. Nakut-nakutin orang nanti," timpal Angga yang tidak terima disalahkan.

"Tapi kan aku kangen sekolah," lirih Icha.

Echa dan Arga saling bertukar pandang. Bagaimana kalau Icha sekolah besok padahal satu sekolah sedang membicarakan dia. Apakah Icha bisa kuat nantinya untuk menghadapi mereka?

"Cha, jangan mikirin sekolah dulu yang penting kamu sehat dulu biar bisa sekolah. Oke?"

Icha hanya mengangguk pasrah. Keringat dingin membasahi pelipisnya. Jujur saja, ia tengah menahan rasa sakitnya sekarang ini. Namun sebisa mungkin dia tidak memperlihatkan pada mereka agar tidak cemas.

REGRET || TAMAT✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang