9

136 63 108
                                    

Sering di kecewakan namun tak pernah membencinya.

🍃

"Lu tahu? Dari mana?" Bianca bertanya dengan pandangan yang menatap Kevin penuh penasaran. Namun lelaki itu hanya tersenyum miring dengan pandangan yang sama seperti sebelumnya.

Sepertinya senyumannya itu penuh makna.

Makna misterius.

Mungkin.

Menurut Bianca saja.

"Sinting!" umpat Bianca saat menatap Kevin yang masih saja tersenyum, ia mendadak kesal jika menatapnya lama. Kevin belum menjawab pertanyaannya. Karena kesal, Bianca menendang dengkul milik lelaki di hadapannya ini. "Woi!"

"Aisssh!" Kevin meringis kesakitan sembari mengelus-elus dengkul kaki kanannya yang ditendang oleh Bianca. "Kasar banget jadi cewe, gua kasarin balik lu nangis!"

"Bodo amat!" maki Bianca tidak peduli. Perempuan yang masih mengenakan seragam khas sekolahnya ini menatap Kevin nyalang lalu berniat untuk melangkah pergi.

Kevin kembali menarik lengannya, "Mau kemana? Gua belum selesai ngomong."

"Nggak peduli! Lepas!"

"Gua antar," ujar Kevin sedikit melembut. Nada bicaranya tidak seperti biasanya. Dia menarik lengan Bianca pelan, tidak kasar.

Bianca berusaha untuk menolak, namun lelaki itu terus menahannya yang membuatnya mau tidak mau harus menurut.

Kevin membawa dirinya pergi menggunakan mobil, bukan motor yang sering sekali laki-laki ini bawa ke sekolah atau untuk balapan liar. "Masuk," kata lelaki itu setelah membukakan pintu mobilnya untuk Bianca masuk.

Bianca menatap Kevin dengan tatapan kesal dan benci, ia dengan terpaksa masuk ke dalam mobil lelaki itu. Kemudian diikuti oleh Kevin yang masuk melalui arah lain.

"Tatapan lu biasa aja, santai! Segitu bencinya sama gua,'' ujar Kevin menegur kemudian tertawa ringan yang terdengar sangat menyebalkan pada indra pendengaran Bianca. "Jangan benci-benci sama gua, nanti lu cinta lagi."

Gemar sekali Kevin meledek. Bianca menatap sinis laki-laki tepat di sebelahnya itu, "Najis!"

"Awas nanti kata najis jadi kata rindu."

Bianca menoleh, menatap Kevin geli ditambah kesal yang tidak terkalahkan. Kenapa cowok ini jadi bucin sekali? Sikap kasarnya tidak terlihat sama sekali untuk hari ini. Dia bersikap sangat beda hari ini. "Turunin gue!"

"Ya sorry, canda gua elah," kata Kevin meminta maaf. "Nggak sedih pacar lu meninggal? Malah marah-marah,"

Tiba-tiba Kevin mengalihkan pembicaraan. Selalu mencari topik agar dapat bicara dengan Bianca. Kenapa mendadak jadi banyak bicara seperti ini? Benak Bianca bertanya-tanya karena merasa tidak mengerti sendiri.

"Lu yang bunuh pacar gue kan?" Bianca menuding Kevin. Matanya menyorot dalam pada lelaki itu.

Kevin menoleh sekilas lalu memberhentikan mobilnya di tepi jalan. Kemudian tidak lama ia kembali menatap Bianca, mendekatkan sedikit wajahnya. "Tampang gua kelihatan kayak pembunuh?"

"Tampang itu nggak menjamin sikap! Bisa aja lu munafik! Bersikap lembut ternyata bajingan!" Bianca berkata dengan lancar. Tanpa beban, tanpa peduli dengan perasaan seseorang yang ia maki.

"Segitu jeleknya sikap cowo di mata lu," kata Kevin yang menyahut dengan lempeng. Seolah makian perempuan ini bukan padanya. "Sudah disakitin berapa cowo? Hahaha!"

Bianca melotot. Menyebalkan sekali responnya. Rasanya ingin ia musnahkan wajah menyebalkan laki-laki di hadapannya ini.

Kevin tertawa ringan saat melihat wajah Bianca yang begitu kesal, "Gua bukan pembunuh! Apalagi bunuh pacar lu! Mending gua balap motor daripada buang waktu buat bunuh orang."

BIANCA ( Hate Love )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang