26

92 16 43
                                    


....

Disebuah ruangan bernuansa putih, Bianca terbaring di sebuah ranjang. Gadis itu membuka matanya dengan perlahan, mengerjapnya sesaat. Keningnya mengkerut menahan rasa pening pada kepalanya. Ia menarik napasnya pelan kemudian menatap kesekitar yang tampak sangat sepi.

"Masih pusing kepalanya, Bi?"

"Hm?" Bianca menoleh ke sebelah kanan mencari sumber suara tersebut.

Ternyata Anna dan ada Thea disampingnya.

Gadis itu mengangguk pelan, "Tapi nggak terlalu."

"Badan Lo juga masih panas, demam." Anna kembali bersuara.

"Gua di UKS?"

Anna maupun Thea mengangguk, "Iya, tadi Lo pingsan terus Arsen bawa Lo kesini buat pertolongan pertama."

"Terus Arsen dimana?" Pertanyaan itu tanpa sadar terucap, Bianca mencarinya. Sejak tadi dalam pikirannya memang hanya Arsen saja yang diingat. Biasanya gadis itu selalu tidak peduli dengan manusia yang bernama Arsen.

"Dia pergi sebentar karena dipanggil kepala sekolah, biasalah urusan OSIS, terus Lo dititipin sama kita," jelas Thea cukup panjang. Sedikit kesal karena Bianca yang bertanya setengah-setengah menurutnya. "Jelas?"

Bianca tersenyum tipis melihat temannya yang sedikit kesal karena dirinya yang banyak bertanya, kemudian ia mengangguk pelan.

"Minum dulu," ucap Anna sembari memberikan segelas air putih kepada Bianca dan membantu gadis itu agar menegakkan segelas air putih.

"Ann, dipanggil Zidan tuh! Katanya OSIS disuruh kumpul."

Lisa, gadis berambut panjang itu berjalan masuk ke dalam UKS kemudian menghampiri temannya berada. Ia berdiri di seberangnya tepat disebelah kiri ranjang Bianca.

"Kumpul? Perasaan hari ini gak ada kabar buat rapat," sahut Anna sedikit heran.

Lisa mengedikkan bahunya tidak tahu, "Gue nggak tahu, Zidan tadi bilang gitu."

"Yaudah, gua pergi dulu," pamit Anna kemudian melangkah pergi keluar UKS. Para temannya hanya mengangguk tanpa menyahut.

Anna berjalan menyusuri lorong sekolah dengan sedikit berlari karena takut hanya tinggal dirinya saja yang belum hadir. Tidak makan waktu lama, akhirnya gadis itupun telah sampai di ruang OSIS.

Benar dugaannya bahwa hanya tinggal dirinya saja yang belum hadir di ruang tersebut.

"Sorry Ar, telat." Anna berucap sembari berjalan untuk duduk ditempatnya, beberapa temannya menatap kearahnya yang baru datang. Ia hanya dapat berdehem pelan saat melihat Arsen yang hanya diam tak bersuara dan hanya mengangguk pelan.

Hening.

Tidak ada yang bersuara satupun, tidak seperti biasanya yang cukup ramai.

"Saya langsung saja, Renata proposal sudah di print?" Arsen menatap Renata yang duduk di sebelah kanannya.

Renata, gadis itu mengangguk mantap. "Ada di Shera, Ar!"

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now