20

73 25 98
                                    


Maafnya dirimu tidak bisa membuat semua kembali seperti semula.

Arsen mengusap wajahnya kasar. Beberapa kali cowok itu menghela napasnya berat. Semua sudah terjadi dan rasanya seperti mimpi. Hal-hal yang sama sekali tidak pernah terpikirkan oleh lelaki itu, bahkan untuk membayangkannya saja tidak pernah.

Pagi tadi, tepat pada pukul sepuluh dirinya telah sah secara agama menikah dengan sosok gadis yang telah lama ia kenal. Seseorang yang ia pikir hanya akan menjadi sebatas teman, namun nyatanya lebih dari itu.

Namun, bukan itu yang menjadi pikirannya saat ini. Melainkan tentang dirinya yang harus menikah diusia muda.

Arsen tidak tahu mengapa ayahnya dengan mudah membuat keputusan tentang dirinya yang akan menikah diusia dini saat ini.

Nisa saja, notabene merupakan kakaknya yang beberapa bulan lagi akan lulus kuliah belum diperbolehkan untuk menikah karena harus sukses terlebih dahulu. Namun dirinya?

Hadi terkenal sebagai sosok ayah yang keras dalam mendidik anaknya. Tidak pernah membiarkan anaknya bermain sembarangan, selalu mengutamakan pendidikan.

Arsen kembali menghela napasnya sesaat, kemudian melangkah pergi masuk kamar dengan mengacak-acak rambutnya frustasi.

Namun langkahnya terhenti saat mendengar bel apartemennya yang berbunyi, tanda jika ada seseorang yang datang.

Cowok itu memang telah kembali ke apartemennya siang setelah acara ijab kabul. Arsen sendiri yang meminta untuk pergi.

Dan sore ini, ia yang berniat untuk tidak menerima tamu karena memang sedang tidak ingin diganggu. Namun saat membuka pintu dan melihat siapa yang datang, rasa untuk melarang seseorang itu perlahan hilang.

Arsen menatapnya datar.

"Boleh gue masuk?"

Setelah hening beberapa saat, seseorang yang menekan bel apartemen milik Arsen itu bersuara lebih dulu.

Arsen tidak menyahut, namun pergerakan lelaki itu seakan membolehkannya untuk masuk.

Gadis yang belum lama menjadi istrinya itu mengulum bibirnya singkat, setelah menatap Arsen yang berjalan masuk ke dalam dengan membiarkan pintu terbuka, kemudian ia ikut masuk ke dalam. Tidak lupa dengan menutup kembali pintu apartemennya.

Ah, rasanya aneh sekali jika menyebut perempuan itu sebagai istrinya. Pikir Arsen.

Masih merasa tidak percaya dengan semuanya.

Ya, dia Bianca.

Ruangan yang tampak sangat luas, namun hanya dihuni oleh satu orang saja. Mata gadis itu mengedar sebentar ke sekitar, memperhatikan setiap sisi ruangan apartemen tersebut yang terlihat sangat rapih. Membuat siapapun yang berada di dalam apartemen ini merasa nyaman.

Sebelum kembali bersuara, Bianca meremas pelan kedua tangannya. Merasa sangat ragu, gugup dan sedikit takut untuk berbicara. Apalagi saat melihat tatapan lelaki itu yang tersorot sangat datar dan dingin.

"Gue minta maaf, Ar." Bianca menundukkan kepalanya setelah mengatakan itu. "Sorry udah membuat masalah jadi sebesar ini."

"Maaf lu nggak bisa buat semuanya kembali seperti semula," balas Arsen dingin.

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now