12

114 55 77
                                    

Ada luka yang tak berdarah

.
.
.
.

"Lepas!"

Bianca menarik lengannya yang beberapa saat dicekal pelan oleh Arsen. Sosok yang lolos membawa dirinya keluar dari area kafe.  Ia memandang lelaki itu tidak suka. Wajahnya sedikit memerah karena menahan kesal. "Kenapa Lo halang gue?"

"Inget, ini tempat umum."

"Terus kenapa? Kalau ini tempat umum?" Bianca menyahut cepat dengan sedikit bersungut-sungut. Ia paling tidak suka dihalangi saat sedang kesal. Memang terlihat keras kepala gadis itu.

Rencananya gagal begitu saja karena Arsen yang berhasil menariknya keluar dari kafe. Rencana dimana gadis itu yang berniat untuk pergi menghampiri sang ayah.

Arsen diam sesaat dengan menatap datar gadis dihadapannya. Ia paham sekali dengan apa yang sedang dirasakan oleh gadis itu, namun bukan waktu yang tepat untuk saat ini.  "Lo bisa selesaikan di rumah, bukan disini."

Bianca tidak merespon. Tatapannya tertuju pada seorang pria paruh baya yang sedang berjalan keluar menuju parkiran bersama seorang wanita yang tentunya itu bukanlah bundanya.

Hatinya merasa panas melihat itu, seseorang yang selalu ia banggakan ternyata berhasil menyakiti hatinya.

Tanpa sadar air matanya menitik, namun dengan segera gadis itu hapus. Kemudian berlalu pergi meninggalkan para teman-temannya yang masih berada di dalam kafe dan Arsen yang sejak tadi berada di sebelahnya. Pikirannya sedang tidak baik, untuk pamit kepada para teman-temannya bukanlah hal yang tepat untuk saat ini.

Teman-temannya sengaja tidak ikut keluar, menurutnya Arsen sudah cukup untuk mencegah Bianca dari kejadian yang tidak diinginkan. Para temannya sangat paham betul bagaimana sikap gadis itu saat sedang emosi, tentu saja tidak akan peduli dengan sekitar jika sudah marah.

Sesampainya Bianca di rumah, gadis yang rambutnya diikat menjadi satu itu berjalan masuk ke dalam rumah setelah memberikan uang kepada Abang ojek online.

Satu kaki gadis itu melangkah masuk yang langsung berada diruang tamu. Matanya mengedar ke sekitar saat merasakan sesuatu yang berbeda dari suasana rumahnya.

Tampak sangat sepi sekali dari biasanya.

Pada kemana keluarganya?

Padahal hari sudah mulai menandakan gelap, matahari mulai terbenam di barat sana.

"Bunda?"

Satu panggilan gadis itu serukan, namun tidak ada sahutan.

"Kak Fara?"

Masih tidak ada yang menyahut. Dimana mereka?

Bianca memutuskan untuk kembali melangkah menuju ruang tengah, mungkin saja mereka sedang berada di kamar masing-masing.

Saat sampai di ruang tengah, gelap. Lampunya belum dinyalakan, tidak seperti biasanya. Padahal sudah mulai malam, namun seperti tak terurus rumah ini. Bianca menekan saklar lampu.

Apakah tidak ada orang?  Kenapa masih terlihat sangat sepi.

Meski di rumah ini hanya dihuni oleh sedikit orang saja, namun biasanya jika ia pulang selalu ada saja mereka yang muncul untuk memberitahu dirinya agar membiasakan diri untuk meletakkan kembali sandalnya di rak.

Namun untuk saat ini tidak ada.

Bianca memutuskan untuk pergi menuju kamarnya, berniat untuk mengganti pakaiannya.

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now