16

79 32 59
                                    

Kalau peduli bilang peduli, kalau cemburu bilang cemburu, bukan malah diam dan berujung menyakiti perasaan sendiri.

Masih di kantin, Bianca memperhatikan makanan yang diberikan oleh Arsen. Niatnya ingin membeli bakso tidak jadi karena terganggu oleh makanan yang diberikan oleh Arsen. Padahal teman-temannya sudah mulai menikmati makanannya masing-masing yang dipesan tadi.

"Itu batagor mau sampai kapan dipandangin terus?" Anna menegur. Sudah hampir dua puluh menit Bianca diam hanya untuk memandang makanan yang diberikan oleh Arsen tadi. Tidak ikut makan seperti dirinya dan yang lain.

Bianca mengangkat wajahnya, menatap para temannya yang sedang menatapnya juga sembari menikmati makanannya masing-masing.

"Nggak tahu," sahut Bianca bingung sendiri. "Sayang kalau dibuang, gue makan aja deh."

Lisa menahan, "Eh! Lu kan alergi, jangan aneh-aneh!"

"Terus masa gue buang? Mubazir!"

"Kasih Anna, dia suka batagor atau kasih yang lain," saran Thea ikut menyahut. Anna mengiyakan saja, untuk saat ini perutnya sudah terisi penuh dengan batagor yang dipesannya.

Bianca menggeleng, "Gue makan aja nggak papa, anggap aja sebagai balasan."

"Balasan apa anjir?" Lisa menyahut sensi, "Jangan aneh deh, Bi." Perempuan itu menarik batagor jauh dari hadapan Bianca.

Bianca mendengus, namun sedetik kemudian ia menarik kembali batagor tersebut dan siap akan dimakan.  "Dia udah baik sama gue, kemarin dia banyak bantu, nggak papa sekali aja."

"Gua nggak tanggung ya, kalau alergi lu kumat," kata Anna dan diangguki Lisa. Sangat sulit untuk melarang Bianca yang jelas-jelas sangat keras kepala.

"Habis makan ini, gua minum obat," sahut Bianca sedikit menyengir. "Gua juga mau tahu rasanya bagaimana, sekali nggak masalah lah."

Lisa memutar bola matanya, "Terserah lu dah."

Saat Bianca memasukkan suapan pertamanya ke dalam mulut, ketiga temannya diam memperhatikan gadis itu yang sedang makan. Bersamaan dengan itu, makanan mereka telah habis.

Satu suapan Bianca menikmatinya, rasanya membuat gadis itu ketagihan. Ternyata enak, karena masih ingin Bianca kembali melahap batagor tersebut. Hingga suapan ke enam, Anna menarik makanan yang menganggap kacang itu.

"Udah!"

Bianca menyatukan alisnya, "Sedikit lagi itu, na!"

"Udah anjir! Liat muka lu mulai merah!" Lisa menatap wajah Bianca yang mulai memerah seperti sedang kepanasan karena terik matahari.

"Emang iya? Gue nggak ngerasa apa-apa tuh?" Bianca merasa baik-baik saja, tidak ada gejala aneh yang dirasakan oleh tubuhnya itu.

"Muka lu merah itu!" Lisa sedikit menyolot dengan menunjuk pada wajah Bianca, karena gemas ia memberikan layar ponselnya bermaksud agar temannya bercermin.

"Tapi enak," ucap Bianca masih berusaha untuk menikmati batagornya. Berharap jika Anna memberikan batagornya untuk dihabiskan.

"Minum nih," sahut Anna memberikan sebotol air mineral. Ia mengambil batagor yang masih tersisa dan membuangnya ke tempat sampah terdekat.

"Anjir dibuang!" Bianca mendengus kesal. Sangat disayangkan makanan itu dibuang, padahal sangat enak sekali menurut Bianca.

Lisa terkekeh melihat Bianca yang kesal sendiri, "Mampus! Haha!"

*****

Delapan puluh menit telah berlalu, waktu pelajaran terakhir telah usai. Namun tidak untuk kelas XIIB yang masih harus digempur dengan pelajaran kimia. Saat bel pulang berbunyi, para penghuni kelas XIIB tersebut menatap kearah pintu yang terbuka. Menatap para temannya yang berada di kelas lain telah keluar kelas karena pelajaran yang telah usai.

BIANCA ( Hate Love )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang