18

76 28 57
                                    

Anna menatap Lisa sebal. Dirinya bersama temannya yang lain merasa seperti sedang dimainkan. Mereka pikir, Lisa mengajak main hanya mereka berempat saja. Namun ternyata tidak.

Begitu pula dengan Raka dan kedua temannya, merasakan hal sama seperti para teman Lisa.

Rasa canggung dan malu mulai menggerogoti diri mereka masing-masing, ini adalah hal pertama kalinya mereka bertemu ditempat terlarang seperti ini. Terlebih lagi, Anna yang dikejutkan dengan adanya Arsen bersama para temannya. Cowok yang terkenal dengan prestasinya, Anna pikir Arsen tidak mengenal akan bermain ke tempat seperti ini.

Namun ternyata dugaannya salah.

"Dia anak mana?" Anna berbisik pada Lisa. Kini mereka sedang duduk disebuah sofa panjang namun sedikit berjarak dengan keberadaan para teman cowoknya.

"Justin anak SMAN 14 Jakarta, agak jauh dari sekolah kita," ucap Lisa merespon.

"Dapat kenalan dari mana?" Kini giliran Thea yang bertanya. Meski gadis itu selalu terlihat cuek, namun hal seperti ini pasti akan tetap ditanyakan.

Lisa sudah menduga, para temannya pasti akan membanjiri dirinya dengan seribu pertanyaan. Dirinya tidak merasa keberatan sama sekali, memang dirinya pula yang ingin memperkenalkan kepada mereka.

"Justin itu anak futsal, teman mereka ... Makanya mereka ada disini juga, dan gue kenal dia semenjak waktu ada lomba futsal di sekolah kita."

"Sudah lumayan lama, dong?"

Lisa mengangguk. Ia menyengir, "Sorry ya, baru bilang sama kalian sekarang."

Bianca yang sedari tadi diam, kini menoleh pada Lisa. Ia memutar bola matanya malas, "Orang yang katanya nggak mau pacaran, cih!"

Lisa kembali menyengir tanpa beban. "Oya, kalian mau makan apa? Pesen yang banyak ya, gue traktir semua."

Semua terdiam. Tidak ada yang merasa antusias atau senang sedikit karena Lisa akan mentraktir mereka makan, begitupun dengan Bianca. Gadis itu sejak tadi pagi tidak banyak mengeluarkan suara, tidak seperti biasanya. Ditambah lagi dengan kejadian tadi saat bertemu dengan Kevin.

Anna menatap Bianca yang kembali terdiam, entah sampai kapan masalah terus menimpa gadis itu hingga sikapnya terus seperti ini. Sikap yang tidak diinginkan para teman-temannya.

"Sa, kita pulang aja," ucap Anna menatap Lisa. Sepertinya keputusan ini yang terbaik, selain untuk menenangkan Bianca, rasanya pun tidak baik jika bermain bersama dengan teman laki-lakinya.

Lisa menoleh pada Anna sebentar, kemudian beralih menatap Bianca. Sebenarnya ia sangat kecewa karena acara yang dirinya rencanakan tidak berjalan dengan baik, namun melihat kondisi yang lain membuatnya harus mengalah. Ia mengangguk, "Ya udah deh, kita pulang aja."

Anna tersenyum, melihat Lisa yang langsung paham dengan maksudnya. Ia mulai beranjak dan disusul oleh Thea.

"Bi, ayo pulang," ajak Anna sembari mengulurkan tangannya kepada Bianca yang masih terduduk.

Bianca terdiam sebentar, kemudian ikut mengangguk dan berjalan keluar lebih dulu tanpa bersuara.

"Justin, aku pamit pulang duluan ya?" Lisa menatap Justin yang sedang asik mengobrol dengan para temannya, terlihat menikmati sekali.

"Cepat sekali, kenapa?"

"Nggak papa, mereka mau pulang duluan aja."

"Mau aku antar?" Justin menawarkan dirinya. Lisa menggeleng, "Aku bawa mobil."

"Oke, hati-hati ya?"

Setelah selesai berpamitan, Lisa mulai melangkah keluar dari tempat tersebut bersama temannya yang lain. Mereka bersama para teman cowoknya seperti tidak saling kenal, saling diam dan tidak ada yang memulai obrolan.

BIANCA ( Hate Love )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang