10

159 61 109
                                    

Hello, my ex-girlfriend. Miss me?

Bianca menendang kotak yang berisi bangke kucing itu hingga menjauh dari tapakkan kakinya. Bulu kuduknya mulai berdiri, merasa geli setengah mati melihat hewan tersebut yang telah dilumuri banyak darah.

Mata kucing tersebut terbuka, tidak tertutup. Isi dalam perut hewan tersebut telah keluaran bersamaan dengan darah yang mengalir. Bau busuk mulai menyeruak masuk dalam indra penciumannya. Benar-benar sangat bau sekali. Terlebih lagi dirinya merasa sangat takut dengan darah.

Oh! Ayolah! Bianca baru saja siang tadi di sekolah, ia melihat darah dari meninggalnya sang pacar. Kenapa dirinya harus dipertemukan dengan hal menyeramkan seperti ini yang kedua kalinya.

Ada apa sebenarnya? Kenapa semua ini terjadi secara bersamaan? Apakah kejadian semua ini merupakan perencanaan seseorang yang ingin menerornya?

"Tapi siapa yang mau teror Lo?" ucap Lisa memotong Bianca yang sedang bercerita. Perempuan itu menatap penampilan Bianca yang terduduk tepat di hadapannya, "Lo cewek bar bar gini, nggak ada yang berani anak sini  teror Lo!"

"Kalau Lo yang teror, mungkin bisa jadi," lanjut Lisa menerka.

Bianca memutar bola matanya. Ia menyesap minumannya sebentar.

Kejadian kemarin sore saat dirinya ingin pergi mandi, namun tertunda karena adanya bangke hewan di dalam kamar mandinya itu berhasil membuatnya tidak bisa tidur semalaman. Biarlah dirinya dikatakan berlebihan, memang fakta jika ia takut akan adanya darah. Dan lagi, Bianca langsung menceritakan kepada teman-temannya saat ini di kantin.

"Tapi bisa aja, kalau memang ada yang teror lu Bianca," sela Anna ikut masuk dalam pembicaraan.

Lisa melirik Anna, begitupun dengan Bianca dan Thea. Mereka terdiam sejenak tampak berpikir.

"Mungkin aja, lagi nggak sengaja bersamaan," ujar Thea dengan pendapatnya yang lain. "Kalau besok terjadi hal yang sama, baru kita cari tahu siapa yang teror Bianca."

"Karena kemungkinan besar Bianca memang sedang di teror."

*****

Seorang wanita muda berusia tiga puluh sembilan tahun yang mencepol rapih rambutnya itu berjalan keluar dari kelas XII IPA saat bel sekolah berbunyi.

Satu menit dari kepergian wanita notabene merupakan guru fisika itu pergi, para penghuni kelas mulai bersorak heboh. Banyak yang menghela napas lega. Setelah delapan puluh menit lamanya mereka harus terdiam hingga menciptakan suasana kelas yang sunyi saat ujian berlangsung.

"Gila soalnya susah banget!" keluh salah seorang siswi yang terduduk di bangku barisan ketiga, tepat di tengah-tengah. Tidak lupa dengan umpatannya diakhir perkataannya. 

Tidak hanya siswi itu saja, melainkan para teman-teman kelasnya yang lain pun ikut berseru, mengeluh dengan soal ulangan harian mereka yang terasa cukup sulit.

Namun, berbeda dengan seorang lelaki yang terduduk di bangku barisan kedua pojok dekat jendela kelas. Seorang siswa yang kini sedang asik bermain game online di ponselnya saat para teman kelasnya sedang menderita karena soal fisika yang susah.

Tentu saja lelaki itu sama sekali tidak merasa kesulitan saat mengerjakan soal ulangan harian tadi. Karena fisika merupakan pelajaran favoritnya. Pastinya akan terasa mudah jika dikerjakan dengan baik.

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now