21

64 22 50
                                    

Arsen menepikan motornya dipinggir jalan, kemudian menyuruh Bianca untuk turun dari motornya dan disusul oleh dirinya sendiri.

"Ayo," ajak Arsen kepada Bianca setelah meletakkan helmnya di atas jok motor.

Bianca menatap bingung, "Mau kemana?"

"Makan."

Singkat namun jelas saat Bianca mengarahkan pandangannya pada sebuah tempat makan yang didatangi oleh laki-laki itu. Dengan segera ia ikut menyusul Arsen, bergabung bersama menuju tempat tersebut.

Mata Bianca mengedar ke sekitar, tempat yang luas dan cukup ramai dengan pengunjung. Ia ikut duduk saat Arsen menyuruhnya untuk duduk, menunggu pesanan yang belum lama cowok itu pesankan.

Tidak memakan banyak waktu, pesanan yang mereka pesan telah datang. Terhidang dua piring nasi dengan ayam bakar di atas meja Arsen dan Bianca.

Bianca belum menyentuh makanannya, berbeda dengan Arsen yang sudah mulai menyantap makanan tersebut. Ia menatap lama nasi ayam bakar tersebut, kemudian beralih menatap Arsen saat lelaki itu menatapnya.

"Kenapa belum dimakan?"

"Nggak ada bakso?" Bianca mengedarkan kembali pandangannya, mencoba untuk mencari sesuatu yang sedang diinginkannya.

Arsen berdecak pelan, "Nggak ada, makan aja itu."

"Ih, gue mau bakso banget." Bianca mendesah pelan, selera makannya berkurang karena yang sedang diinginkan adalah makan bakso bukan nasi plus ayam seperti ini.

"Lu belum makan nasi dari pagi, nggak usah cari penyakit, makan nasi aja." Arsen kembali menjelaskan dengan sedikit datar. Berbicara kepada seseorang yang keras kepala seperti Bianca memang harus banyak sabar.

Dengan sangat terpaksa Bianca menurutinya. Dirinya pun tidak ingin berlama-lama berada ditempat seperti ini, dengan segera ia memaksakan dirinya sendiri untuk makan nasi yang telah dipesan oleh Arsen.

***

"Lu nggak mau masuk?"

Setelah sampai di depan gerbang besar milik rumah Arsen, Bianca menatap Arsen yang tidak ikut membuka helmnya dan memarkirkan motornya masuk ke dalam. Cowok itu terlihat seperti ingin langsung kembali pergi.

"Nggak," kata Arsen menyahut singkat. Ia kembali menyalakan motornya dan siap untuk melesat pergi.

"Kenapa? Ini rumah lho," sahut Bianca kembali bertanya.

"Nanti aja, udah lu masuk!"

Bianca terdiam sebentar, tidak menyahut kembali ucapan Arsen. Ia menatap Arsen yang tampak ada sesuatu yang disembunyikan darinya. "Gue minta maaf ya," ucap Bianca kemudian.

"Nggak ada yang salah Bianca, udah lu masuk sana." Arsen kembali menyuruh gadis dihadapannya ini untuk segera masuk ke dalam.

"Tapi ...." Ucapannya terpotong saat Arsen melesat pergi begitu saja. Bianca hanya dapat menghela napas pendek kemudian masuk ke dalam rumah.

*****

Bianca mengambil sebuah box berwarna putih biru yang entah sejak kapan telah berada di atas kasurnya. Ia yang baru saja sampai rumah menatap heran benda berbentuk segiempat itu.

Milik siapa? Dan dari siapa?

Dirinya sama sekali tidak sedang memesan paket atau mendapatkan hari istimewa.

Karena penasaran, Bianca meraih box yang berukuran sedang itu.

Kado yang terlihat cantik. Dihiasi dengan tali pita berwarna merah, membuat kesannya semakin terlihat indah.

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now