15

101 38 93
                                    

Di bawah panasnya terik matahari, tepat di tengah lapangan Bianca berdiri dan hormat pada bendera yang berkibar depan gedung sekolah. Gadis itu menuruti perintah seorang guru biologi untuk berdiri di tengah lapangan sebagai hukuman karena telat datang ke sekolah.

Tidak ada protes sama sekali, Bianca menurutinya saja. Untuk saat ini, gadis itu sedang tidak ingin berdebat membuang tenaganya. Baginya menurut adalah hal paling aman untuk saat ini.

Sudah tujuh menit gadis itu berdiri di sana, bersamaan dengan itu bel istirahat berbunyi. Mulai banyak para pelajar yang keluar dari kelas dan memusatkan perhatiannya pada Bianca di tengah lapangan.

Wajahnya mulai memerah karena sinar matahari yang cukup panas, keringatnya mulai keluar dan turun dari pelipis gadis itu.

Mereka tidak merasa kaget saat melihat siapa yang sedang berjemur di tengah lapangan itu, hampir seluruh para pelajar di SMA ini tahu jika Bianca cukup bad dan pantas untuk dihukum.

Berbeda dengan beberapa teman kelasnya yang cukup dekat dengan Bianca, justru mereka merasa heran dengan keberadaan Bianca di sekolah ini. Karena yang mereka ketahui bahwa Bianca memang sedang izin untuk tidak masuk hari ini.

"Itu Bianca bukan?" Lisa menunjuk Bianca yang berjemur di tengah lapangan.

Anna maupun Thea menyipitkan matanya sejenak karena melihat dari lantai dua baginya tidak begitu terlihat jelas. Tidak lama dari itu, mereka mengangguk.

"Katanya izin nggak masuk, kenapa jadi ada di lapangan?" Anna bertanya tidak paham.

"Udah samperin aja, kayaknya dia juga udah nggak tahan ... Mukanya merah banget," ujar Thea memberi saran. Lisa mengangguk kemudian berjalan bersama menuruni tangga untuk menghampiri temannya yang sedang di jemur itu.

Sesampainya mereka di sana, Lisa langsung berteriak. "Bianca!"

Bianca menoleh ke belakang, ia menatap tiga temannya yang sedang berjalan menghampiri dirinya.

"Lu ngapain disini?" Anna bertanya.

"Jemur karena gue telat masuk," sahut Bianca kalem.

Ketiga temannya saling melirik, merasa aneh dengan respon Bianca.

"Lu nggak nolak?" Lisa bertanya kembali. Biasanya temannya ini akan mengeluarkan beribu alasan agar tidak di hukum, bahkan mereka berdua selalu marah-marah tidak jelas jika ingin dihukum.

"Kenapa harus nolak? Kan disini gue salah," sahut Bianca lempeng namun terdengar menyebalkan di telinga Lisa.

Air muka Lisa mendadak berubah menjadi kecut, kesal dengan respon temannya itu. "Bukan tipe lu!! Gua nggak suka!"

"Haha, bercanda." Bianca tertawa pelan kemudian menyengir. "Nggak papa, gua males aja berdebat."

Anna merangkul lengan Bianca dan Lisa, mengajak mereka untuk pergi. "Udah lanjut di kantin aja, panas banget disini."

Thea ikut berjalan di belakang mereka. Berjalan menuju kanti seperti ajakan Anna.

Sesampainya mereka di kantin, Lisa kembali bertanya pada Bianca setelah mendapatkan tempat duduk.

"Tadi Arsen bilang lu izin nggak masuk, kenapa sekarang masuk?"

Bianca menatap ketiga temannya sejenak, "Gue nggak mau istirahat, karena menurut gue itu malah membuat gue kembali ingat dengan kejadian semalam."

Hening.

Para temannya sangat paham dengan apa yang dimaksud Bianca. Gadis itu sempat cerita dengan mereka melalui grup chat mulai dari masalah kedua orang tuanya yang pisah hingga ditinggal pergi ke Barcelona oleh keluarganya.

BIANCA ( Hate Love )Where stories live. Discover now