15

6.7K 753 14
                                    

Tap your star! 🌟

___________________________

Everywhere I go
You are always there with me
And I was always scared to face the truth

Moments by Christopher









Kendati televisi yang kini menayangkan drama favoritenya membuat suasana rumah menjadi lebih hidup. Namun pikiran Edrea melayang jauh dengan tatapan kosong. Edrea 1000% yakin menyukai suasana ini, dimana hanya ada ia dan waktu santainya. Namun hatinya bergemuruh tidak nyaman, sesuatu terasa kosong dan pikirannya terganggu dengan satu nama, nama yang akhir-akhir ini mengganggu pikirannya.

Javnan Kevlar.

Nyaris jam tiga sore, namun anak itu belum kembali kerumah. Padahal Edrea hanya memintanya pergi malam itu, biasanya juga akan pulang subuh sekalipun menginap di tempat salah satu temannya. Edrea menghela nafas panjang, sejak kapan ia mulai terusik dengan presensi laki-laki yang 16 tahun lalu keluar dari rahimnya.

Lamunan Edrea buyar saat getar ponsel mengganggu pikirannya. Datang dari sang Ibu, nenek biologis Javnan.

Mama

Malam ini, Mama sama Papa kerumahmu. Dewi dan Juan juga ikut.

Orang tua Dikta juga. Mau merapatkan pernikahan kamu, juga membahas Javnan.

Jadi pastikan anak itu dirumah.

Edrea menghela nafas kasar. Tepat setelah membaca habis pesan Mamanya, pintu rumah di ketuk terburu oleh seseorang. Entah apa yang membuat Edrea melupakan segalanya dan melompat dari sofa agar segera membukakan pintu rumah.

Saat pintu rumah terbuka, bukannya sosok pemuda kurus bermata kelam yang ia tunggu dari tadi. Justru dua pawang yang pernah Javnan bela mati-matian di depan Dikta. Jujur saja Edrea tidak tau siapa nama kedua teman Javnan.

Ia terlalu menutup mata dan telinga jika menyangkut putranya.

Edrea menatap keduanya bingung. Mencoba bertanya lewat bola matanya. Dan yang lebih tinggi mengintrupsi lebih dulu.

"Javnannya ada Tante? Dia sakit apa gimana? Soalnya gak sekolah hari ini, kita jadi khawatir," Arya menegak salivanya paksa. Melirik Juna dari ekor matanya yang hanya diam mungkin terkejut, karena ini kali pertama mereka bertemu Bundanya Javnan secara langsung.

"Javnan gak nginap di tempat salah satu dari kalian?"

Juna dan Arya mengernyit bingung, kemudian saling melempar pandang hingga wajah keduanya kembali menegang.

"Gak ada Tante, memangnya ada apa Tante, kok Javnan bisa tidur diluar? Maaf kalau lancang," tanya Arya penasaran.

"Semalam ada sesuatu, saya suruh dia nginap di tempat kalian....cuman kalau gak ada--," kepala Edrea di serang pening, dan hatinya ikut bergemuruh. Gelisah kini membuatnya semakin di rundungi perasaan tidak nyaman dan cemas.

"Kalau gitu kita pergi cari Javnan dulu Tante," pamit Juna. Arya yang melihat Juna melesat tanpa mendengarkan kalimat Edrea hingga selesai melotot kaget, melirik Edrea sekilas untuk berpamitan kemudian hilang di balik gerbang tinggi rumah Edrea.

Meninggalkan Edrea yang mematung sembari berpegang pada ganggang pintu. Mengeluarkan ponsel untuk menghubungi seseorang juga Dikta.

Dikta

Javnan belum pulang
dari semalam.


Aku kerumah kamu sekarang.








The Way I Live ✔ Where stories live. Discover now