25

12.1K 832 116
                                    

Tap your star! 🌟



















Singkatnya, liburan di undur karena Dikta ada keperluan perusahaan dan pada akhirnya Javnan masih dapat menghadiri pengumuman pemenang olimpiade.

Edrea bilang ia sangat ingin hadir, tapi katanya dia juga harus berkerja waktu itu. Javnan tau dan paham, Edrea sebaiknya jangan ketahuan bila ia sudah mempunyai seorang putra, dan Javnan tidak pernah keberatan dengan keputusan yang Edrea ambil. Ia selalu bisa mengendalikan perasaannya sendiri.

Arya dan Juna sudah mengetahui semuanya malam itu. Malam dimana Javnan masih dirawat dan mereka datang untuk menginap menjaga Javnan. Agak lebay, tapi waktu itu Arya menangis sekitar 10 menit dan Juna yang tidak bisa menahan ingusnya untuk turun. Sesaat hening menjelma diantara mereka, dan Javnan yang tidak hentinya meminta maaf sambil terkekeh. Rupanya mereka marah karena baru tau sekarang.

Karena selama ini Arya dan Juna hanya ingin persahabatan mereka digunakan untuk saling meringankan beban untuk mempererat hubungan mereka, namun Javnan justru enggan membagi sedikit bebannya dan membiarkan dirinya sakit sendirian.

Sekitar satu jam bermarahan hingga suara perut Juna menginstrupsi dan memecah tawa diantara mereka. Karena hakikatnya, mereka bahkan tidak bisa tidak saling memandang barang satu haripun.

Juna menggenggam jemari Arya erat dengan dramatis setelah pengumuman juara kedua dibacakan, sedangkan Javnan berdiri dengan tenang disamping mereka, menunggu dengan hikmat meski jantungnyapun terpompa lebih cepat.

Lalu saat nama Javnan Kevlar bergema kepenjuru podium dan gemuruh tepuk tangan mulai memenuhi pendengaran mereka, saat itu juga Juna dan Arya berpelukan erat sedangkan Javnan malah tersenyum lebar dan naik kepodium sesegera mungkin.

"Tugas fisika kita terjamin, Ar!!!" pekik Juna loncat-loncat mampu membuat sebagian orang mengalihkan antesi mereka.

"GO JAVNAN! GO JAVNAN!!!"

Sesaat kerusuhan Arya dan Juna membawa keceriaan di dalam aula yang awalnya di balut ketegangan.

Meski sedikit malu, Javnan sangat bahagia melihat bagaimana Juna dan Arya terlihat begitu bangga saat kakinya menginjak panggung. Entah sudah berapa foto yang Juna abadikan di kamera barunya itu.











Edrea meletakkan kembali piala olimpiade fisika yang didapat Javnan di dalam lemari disudut ruangan. Mengamatinya sejenak sebelum membawa kakinya pergi menuju lantai dua.

Tungkainya berhenti didepan sebuah ruangan dengan pintu kayu yang dicat putih polos, terlihat tidak ada kehidupan karena sang empu sedang keluar bersama teman-temannya. Katanya ingin merayakan kesuksesan.

Lalu saat pintu putih itu terbuka dan Edrea langsung diserang bau kalem dari seprai biru muda diatas tempat tidur. Seperti ada kepingan memori yang berlarian dikepalanya saat menatap balkon kamar Javnan yang tertutup. Hari dimana ia melihat luka-luka yang bersarang ditubuh Javnan menghitam dan membiru, disana ia berdiri waktu itu, tiga langkah dimana Edrea berdiri mematung mengamati setiap detail kamar yang Javnan susun.

Diatas meja belajarnya, ada foto dirinya waktu masih muda dulu, ada juga foto-foto yang seharusnya ada di dalam album dan Edrea tebak anak itu mencurinya dan ia bingkai sedemikian rupa. Kamar ini hanya dipenuhi foto dirinya dan Dikta yang ia potong dari majalah. Tidak ada satupun foto Javnan yang terpajang, hanya satu. Foto dirinya dengan dua sahabatnya dengan balutan Pajama yang ia bingkai kecil di atas meja.

Edrea menyadari, Javnan tidak memiliki kenangan apapun. Ia tidak memiliki foto masa kecil, foto bersama sahabatnya adalah satu-satunya foto yang ia punya.

The Way I Live ✔ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang