24

9.4K 801 40
                                    

Tap your star! 🌟

SELAMAT HARI RAYA IDUL FITRI 💜💜💜💛💛💛

___________________________
Terimakasih untuk yang sudah bertahan meskipun berat dan terbesit rasa untuk menyerah.
-HR











Saat Javnan membuka mata dan menemukan Guntur duduk disamping ranjangnya dengan raut sedih, Javnan kembali didera bingung. Sejujurnya ia hanya takut ditolak kembali setelah beberapa waktu lalu ia baru saja diterima, beberapa waktu lalu ia berada diatas awan. Namun Tuhan memang suka menghempas Javnan sesukanya, karena setelahnya ia diingatkan lagi bila hadirnyriapa didunia ini tidak pernah diterima siapapun.

Javnan terkejut saat menemukan jam kini menunjukan pukul tiga pagi, dan semua orang yang menunggunya tertidur, bahkan Juanpun ikut tidur diruangan ini dengan jas dokter yang masih menempel ditubuhnya.

Guntur menggenggam tangan Javnan, senyumnya merekah perlahan saat mata keduanya bertemu mengadu sorot menyesal dengan tulus dari keduanya. Perasaan lega menyeruak memenuhi ruang dihatinya, ia merasa satu hal berat dipundaknya kini berangsur turun dan menjadi ringan pada akhirnya

Ini adalah enam belas tahun terbaik yang pernah ia rasakan. Penantian panjangnya, hadiah yang Tuhan beri karena tidak menyerah pada waktu.

"Maafin, Kakek. Kakek gak tau itu kamu," ujarnya. Dan Javnan segera membawa jemari Guntur masuk kesela-sela miliknya, hanya untuk menyampaikan bahwa kini ia bahagia dan orang-orang tidak perlu meminta maaf.

Javnan lagi-lagi tersenyum. Baginya marah ataupun kesal sudah sangat terlambat, ia sudah mendapatkan yang ia perjuangkan sedari dulu. Terlalu sia-sia bila sudah begini ia malah mengeluarkan api yang akan membakar jarak. Lagi pula, pertemuannya dengan Guntur sebagai Kakek dan cucu baru terjadi hari ini. Orang yang Javnan bayangkan sebagai pencabut nyawanya yang lain.








Guntur mendorong kursi roda Javnan menjauh dari ruangannya dirawat, berencana membawa Javnan ketempat dimana mereka dapat menikmati angin subuh yang menusuk kulit. Ketempat dimana mereka dapat menyampaikan apa yang belum mereka sampaikan selama tidak pernah kenal satu sama lain.

Bagi mereka semesta begitu bertele-tele. Membuat badai, lalu pelangi terlebih dahulu untuk membuat inti situasi. Semesta membuat Guntur membenci Javnan dalam gelap, membuang Javnan tanpa sebab sebelum mempertemukan keduanya sebagai orang yang cocok dan saling membutuhkan satu sama lain.

Mereka sama-sama termenung menatap langit dengan sisa-sisa bintang yang masih bertahan disaat mentari mulai naik menggantikan sang rembulan. Berkali-kali Javnan mendengar Guntur menghela nafas dalam.

"Kakek gak bermaksud buat membenci anaknya Dikta dulu," ujarnya, berhasil membuat seseorang yang duduk diatas kursi roda mengalihkan pandangan kearahnya dengan kening berkerut.

"Anaknya Ayah Dikta itu aku, Kek."

Guntur tertawa sejenak. Melempar senyum tipis pada Javnan yang masih mengerutkan dahinya.

"Javnan dan anaknya Dikta kemarin-kemarin itu orang yang berbeda buat Kakek," jawabnya sambil mengambil telapak kurus Javnan masuk ke dalam tangan besarnya.

"Kalau tau cucu Kakek itu kamu, Kakek bakalan sering-sering ajak kamu main ke apartemen, kerumah Kakek, menjauhkan kamu dari temperamennya Dikta."

"Kakek tau dari mana?"

"Kamu gak perlu tutupin luka-luka kamu lagi, Nan. Kakek udah liat semuanyakan? Maafin Kakek, kamu begini juga gara-gara Kakek," Javnan menggeleng tidak setuju. Jika ia tau, jika ia paham hal-hal seperti ini akan terjadi ia tidak akan membuat orang yang ia hormati mengemis maaf padanya.

The Way I Live ✔ Onde histórias criam vida. Descubra agora