20

8.4K 786 30
                                    

Tap your star! 🌟






Hari ini Arya dan Juna melihat Javnan yang begitu kacau. Wajahnya, pakaiannya, semuannya kacau. Ditambah lagi tiba-tiba ia diantar menggunakan Fortuner hitam membuat kedua sahabatnya semakin terkejut dibuatnya. Saat ditanya, jawabannya, Javnan hanya menaikkan bahu dan menjawab dengan lesu "Kakek gue".

Disepanjang pelajaranpun Javnan hanya tertidur, bahkan begitu nyenyak tanpa takut guru yang sedang mengajar menegur.

Juna menghela pelan saat guru kimia mulai menyodorkan kamera ponsel, buat apa lagi kalau bukan omongan di grup guru-guru yang biasanya berisi hoax hari kiamat. Sayangnya Juna sudah menghalangi dan beralasan Javnan sedang tidak enak badan dan akan membawanya keUKS habis pelajaran beliau.

Dan nyatanya Javnan memang tengah tidak enak badan. Suhu badannya lumayan tinggi. Keduanya dibuat kelabakan, ditambah Javnan menolak dipanggilkan Edrea. Bisa kacau.

Javnan menangkup wajahnya dilipatan tangan yang ia buat diatas meja. Hari ini ia menelan lagi kekecewaannya saat tau bahwa rumah Edrea kosong, ditambah mengetahui bahwa Edrea sudah pergi tiga hari setelah ia pindah kerumah Juan untuk sementara waktu.

Cemas Javnan bertambah berkali-kali lipat.

Apa ia benar-benar sudah dilupakan?

"Javnan, makan yuuuk," ajak Juna sambil menggoyang pelan bahu sahabatnya. Namun yang ia dapat hanya gelengan dari Javnan.

"Makan, Nan. Lokan punya maag, ditambah demam gini. Ayo makan buat minum obat," suruh Arya. Javnan lagi-lagi menggeleng, semakin membenamkan wajahnya.

"Gue titip bawa kekelas aja, yah. Pusing banget ini," jawabnya sambil menyembulkan sedikit kepalanya untuk menjawab ajakan kedua sahabatnya.

"Lagian kalau sakit ngapain sekolah sih?" ketus Juna. Juna sudah lelah mengingatkan Javnan untuk tidak memaksakan diri, tapi yang dikasih tau malah lalai.

"Tadi pagi masih okey."

"Oke gimana? Ini gue masak air dipala lu sampai blebeg blebeg ini mah!"

"Lebay banget si."

"Ya lo bandel, orang sakit ya di rumah istirahat, rebahan."

"Dikamus gue gak ada kata istirahat."

"Beli kamus dimana sih? Kok gak lengkap? "

"Bawel lo!"

"Ya makanya dengerin kalau orang kasih tau tuh."

Javnan hanya diam enggan menanggapi karena kepalanya sangat pening. Bahkan untuk berdehempun ia sangat malas sekali.

Arya menepuk bahu Juna. Memberikan isyarat untuk membiarkan Javnan kali ini. Tak sampai hati, karena baru kali ini Javnan kelihatan benar-benar mengantuk saat belajar dikelas.

"Ck. Serah lo deh. Tidur lagi sono."











Javnan menghela nafas panjang sambil memijit pangkal hidungnya. Sedikit merasa menyesal menolak tawaran Juna untuk mengantarnya pulang. Padahal kepalanya sudah seperti ditimpa batu besar, bahkan sesekali pandangannya terlihat memburam. Javnan sama sekali enggan pingsan ditengah jalanan.

Untungnya hari ini pulang awal, guru-guru rapat dan jadwal pelajaran tambahan untuk olimpiade dibatalkan. Dan sialnya, bus biasa untuk pulang masih dua jam lagi singgah dihalte ini.

Javnan berdecak kesal. Dunia terlalu bersenang-senang memainkan hidupnya. Sepertinya Tuhan punya segudang kesialan untuk ditimpa padanya.

Pangkal hidungnya sudah memerah karena ia pijat terus sedari tadi, obat yang ia minum tadi sepertinya tidak bereaksi apapun. Javnan bangkit, lalu berusaha menelusuri jalan tanpa berniat lagi menunggu bus. Berencana mencari taksi meski agak jauh dari rumah Juan, karen Javnan sadar diri, tenaganya tidak akan mampu untuk sekedar naik angkot satu ke yang lainnya untuk sampai kerumah Juan.

The Way I Live ✔ Where stories live. Discover now