Epilogue; Javnan Kevlar is Reborn.

14.1K 963 138
                                    

Tap your star! 🌟

__________________________

After the ending is the new beginning.
That's a life.








Butuh waktu bertahun-tahun untuk Edrea mewaraskan kembali jiwanya yang sempat terguncang.

Butuh waktu yang lama pula untuk bisa memulihkan hubungannya dengan Juan yang sempat merenggang setelah kejadian. Bahkan sampai dirumah dukapun Juan enggan menatap Edrea barang sebentar. Edrea tau Juan begitu terpukul, mengingat usahanya untuk mempertahankan keadilan bagi Javnan.

Ditambah Dewi yang masuk rumah sakit setelah Javnan dimakamkan, jarak antara Juan dan Edrea semakin terbentang bagai dua kutub yang berbeda.

Setelah pernikahan yang diundur jauh dari perkiraan, akhirnya keduanaya memilih tinggal dirumah lama Edrea untuk mengingat Javnan. Untuk mengingat dosa-dosa mereka yang terjadi dirumah ini, untuk mengingat bahwa mereka pernah hidup beriringan dengan seorang putra. Putra yang mereka lukai sebegitu dalamnya, namun masih memiliki tulus sebening air.

Sudah tidak dapat lagi dihitung berapa kali Edrea mengunjungi kamar Javnan. Sudah berapa malam ia habiskan hanya untuk merasakan dinginnya angin malam yang menghembus dari balkon, merasakan bagaimana rindunya dibawa angin malam yang menusuk. Javnan begitu banyak kesakitan dikamar ini dan itu menyesakkan bagi Edrea.

Bahwa ia belum sempat menyembuhkan Javnan.

Berkali-kali Edrea menatap isi laci Javnan dengan berderai air mata dengan menahan luka yang menguak di dalam hatinya tatkala membayangkan bagaimana Javnan menegak obat penenang, melukai lengannya atau menangis pilu. Entah bagaimana ia bisa mendapatkan obat penenang yang harus dengan resep dokter juga dengan harga yang mahal, yang jelas Javnan terbuai dengan segala keburukan ini, dan Edrea benci itu.

Buku-bukunya, foto-fotonya, bahkan seprai, tidak ada satupun yang bergerak dari tempatnya. Edrea ingin semua terlihat sama, hanya untuk menciptakan Javnan dikepalanya.

Bahkan piala olimpiade fisikanya bertengger gagah diruang keluarga, dengan wajah Javnan yang dipajang dibelakangnya. Foto pertama dan terakhirnya, foto yang diambil Juna yang rela membeli kamera baru saat berangkat ke aula.

Bila ini hukuman yang Tuhan beri. Iya, ia hancur. Edrea kehilangan dunianya. Edrea terus-terusan hidup dalam rasa bersalah dan penyesalan yang menyiksanya setiap hari. Belum lagi rasa rindu yang mencekiknya di setiap akan tidur. Setiap hari adalah hari terberatnya, bahkan semakin hari waktu terasa melambat, hanya untuk menyiksa Edrea dalam kubang sesal yang menyesakan.

Kemudian Dikta yang nyaris hilang kewarasan. Tidak sekali ia pulang dengan keadaan mabuk sambil meracau kata maaf berulang kali.

Jika Guntur tidak mengingat sebegitu besarnya cinta Javnan untuk Dikta, mungkin Guntur sudah melemparnya kejeruji besi. Namun hal itu tak perlu ia lakukan, nyatanya pria itu sudah dihukum Tuhan, pria itu sudah sekacau orang-orang tidak waras ditepi jalan.

Edrea kehilangan Javnan. Orang yang mengajarinya, bila Tuhan menghilangkan seseorang dihidupmu akan ada yang lain yang lebih baik, yang lebih tulus untuk menemanimu selanjutnya.

Edrea terlambat.

Edrea terlambat menyadari bahwa hadirnya membuat hidupnya berwarna, dan ia sendiri yang menghapus warna yang hadir dikehidupannya.

Dikamar itu,  ia membiarkan hatinya disayat angin sepoi yang berhembus dari balkon setelah memori kelam mampir keingatan untuk menyiksanya. Sekali lagi, Tuhan tau bagaimana bertindak.







The Way I Live ✔ Where stories live. Discover now