18

7.2K 768 25
                                    

Tap your star! 🌟

____________________________

And I told you when you left me
There's nothing to forgive
But I always thought you'd come back, tell me all you found was
Heartbreak and misery
It's hard for me to say, I'm jealous of the way
You're happy without me

Jealous by Labrinth














Javnan kembali berkeliling mengitari kamar barunya. Kamarnya di rumah Dewi dan Juan.

Tadi, pagi-pagi sekali mobil Juan sudah nangkring di halaman rumah Edrea, ia bahkan membantu Javnan berkemas. Padahal Javnan berniat menginap dua atau tiga hari saja, namun nampaknya Juan gak main-main, dia mengepak banyak barang Javnan ke dalam koper besar.

Bahkan sampai presensi Javnan lenyap ke dalam mobil Juan, Edrea tidak nampak sama sekali. Wanita itu seolah enggan walau hanya mengintip dari jendela di lantai atas.

Javnan menghela nafas kecewa. Lagi pula memang seperti itu Bunda, rasanya untuk kecewa memang sedikit aneh.

Lama melamunkan banyak hal, Juan masuk dengan kemeja rapih. Javnan menyambut Juan dengan senyum. Langkah pria itu memelan, melirik arlojinya dan Javnan bergiliran, "turun yuk, sarapan. Kamu hari ini izin gak sekolah, ke Rumah Sakit bareng Mas Juan."

"Ngapain aku ke Rumah Sakit?" tanya Javnan. Meski pertanyaan yang terdengar konyol ditelinga Juan, namun Javnan benar-benar merasa tidak perlu.

"Masih nanya lagi. Ayo! Atau Mas gendong sampai bawah?" Javnan sontak berdiri, menatap jijik Juan dan melenggang mendului yang tua ke ruang makan. Sedangkan Juan hanya tertawa setelahnya.

Sesampainya di ruang makan, Javnan sudah disambut oleh Dewi yang tengah menata roti yang sudah di olesi selai kehadapan Javnan. Dewi tersenyum lebar sambil mengusak surai Javnan lembut. Suasana hangat yang tidak pernah Javnan rasakan sebelumnya. Andai Dewi dan Juan yang jadi orang tuanya, Javnan gak mungkin diposisi sebingung ini.

Ngomong-ngomong soal roti selai cokelat dihadapannya kini, sejenak membuatnya jadi memikirkan sang Bunda. Bundanya yang sangat menyukai cokelat dan benci pisang dan segala olahannya. Apa Bunda baik-baik saja tanpanya? Agak mengesalkan jika memang Bunda baik sedangkan ia kalang kabut di sini.

Javnan kembali melihat Dewi kembali dari dapur membawa segelas susu pisang favorit Javnan.

"Spesial Mbak beli buat Javnan. Dimakan sarapannya, hari ini kamu ada periksa kedokter."

"Padahal aku gak apa-apa, Mbak, Mas. Gak perlu dokter segala, depanku ini dokter," sahut Javnan.

"Ya emang Mas yang tangani kamu nanti. Tapi Mas butuh dokter lain buat cek luka luarmu," jawab Juan gak terima. Javnan terkekeh ringan disusul Dewi.

"Iya deh, Pak Dokter. Tapi nih ya ngemeng-ngemeng, Mas mau periksa aku juga? Muka aku ada bakat-bakat sakit jantung?"

"Bakat kepalamu! Katanya dadamu sakit kemarin?"

Javnan refleks memegang dadanya kemudian mengangguk, "Udah lumayan lama, pertama agak bengkak. Sakit banget."

Javnan seketika bungkam saat tak sengaja menangkap rahang Juan yang mengeras. Pria itu menghela nafas, Javnan tau Juan pasti menahan kesal lagi.

"Tapi udah okey. Udah mendingan ini. Emangnya kenapa?" Javnan buru-buru melanjutkan perkataannya sebelum suasana semakin beku.

"Bisa jadi rusukmu patah. Mas hanya mau memastikan jantungmu gak apa-apa."

The Way I Live ✔ Où les histoires vivent. Découvrez maintenant