Flashback

6.9K 485 4
                                    

Pada hari luthfy kecelakaan.

Entah mengapa, Luthfy merasa ada yang aneh pada dirinya sejak pagi. Perasaannya selalu resah dan tidak tenang. Untung saja pasiennya sudah selesai semua, jadi dirinya bisa istirahat sebelum menjemput sang istri dirumah mertuanya.

Tok tok tok.

"Assalamualaikum Luth?" Luthfy hafal suara itu, suara Hasby.

"Waalaikumsalam Has, masuk aja." Luthfy melihat Hasby masuk kedalam ruangannya.

"Udah gak ada pasien Has?"

Hasby mengangguk pelan, lalu dia memicingkan matanya ke arah Luthfy. "Ente kenapa luth? Kok kaya banyak pikiran gitu?" Hasby merasa Luthfy sedang menyimpan beban.

"Gak tau Has, dari pagi hati ana gelisah bener." Luthfy menghela napas. "Ana takut terjadi apa-apa sama Ara."

Hasby mengangguk mengerti, lalu dia mendudukan dirinya dikursi depan Luthfy. "Udah, daripada mikir yang negatif-negatif, mending kamu dzikir Luth. Pasti hati kamu tenang kalo kamu udah inget sama Allah."

"Astagfirullah. Makasih Has udah ingetin ane." Pantas saja hatinya merasa gelisah, itu mungkin karena dirinya belum terlalu banyak berdzikir sedari tadi. Ya, Luthfy yakin itu.

"Yaudah mending sekarang kita makan dulu yu?" Tepat saat akan menjawab ajakan Hasby, ponsel Luthfy berdering menampilkan panggilan dari Tiara.

"Duluan aja Has, ane mau ngangkat telpon Tiara dulu." Jawabnya dengan tangan yang akan menjawab panggilan itu.

Hasby mengangguk mengerti. "Yaudah ane duluan ya, Assalamualaikum."

"Waalaikumsalam." Luthfy langsung menggeser tombol hijau, dan panggilan langsung terhubung.

"Assalamualaikum mas?" Terdengar suara lembut istrinya di sebrang sana membuat Luthfy mau tak mau tersenyum.

"Waalaikumsalam sayang."

"Mas kapan pulang?"

Luthfy mengecek jam tangannya. "Kayanya bentar lagi sayang, nanggung adzan sore ya? Lagian takutnya juga nanti ada pasien dadakan."

"Oh yaudah mas. Udah makan belum?"

"Belum sayang, barusan Hasby ngajak sih cuman kamu nelpon jadi mas suruh dia duluan aja." Luthfy tersenyum geli membayangkan Tiara yang sekarang pasti sudah khawatir padanya.

"Ya allah mas, kenapa gak ikut makan aja? Kenapa malah angkat telpon Ara?" Nah, benar kan? Wanita memang ribet, nanti kalo gak diangkat malah marah.

"Iya sayang maaf, kan mas takut kamu khawatir jadi mas ngangkat telpon dari kamu dulu."

"Yaudah sekarang Ara tutup ya telponnya?"

Luthfy menggeleng tanpa sadar. "Jangan dulu yang,"

"Kenapa mas?"

"Kamu udah makan?" Tidak boleh istrinya belum makan, karena ada calon anak mereka diperutnya.

"Udah mas. Ara juga udah siap-siap sama arka, nanti tinggal nunggu mas pulang aja."

Yaampun, Luthfy sampai lupa jika adik iparnya akan menginap dirumah mereka.

"Yaudah deh dek, mas pulang sekarang ya?" Luthfy tidak enak jika Tiara menunggu lama karenanya.

"Jangan mas, mas kerja aja dulu. Bener kata mas tadi, takutnya ada pasien dadakan."

Luthfy menghela napas mendengar jawaban istrinya. "Yaudah kalo gitu mas tutup ya telponnya, mau mastiin ada pasien lagi apa enggak. Dah, mas sayang kamu sayang."

"Iya mas. Ara juga sayang sama mas. Assalamualaikum"

"Waalaikumsalam."

****

Ternyata dugaan Luthfy tidak meleset, ada beberapa pasien yang harus ia tangani tadi. Jadi dia baru bisa pulang sekarang, sekitar jam 5lebih.

Jalanan sangat ramai sekarang, membuat dia tidak bisa buru-buru sampai ke rumah mertuanya. Ponselnya juga mati, padahal Luthfy belum mengabari Tiara.

Dia melihat ada supermarket didepannya, langsung saja dia memarkirkan mobilnya disana dan berniat membeli sesuatu untuk tiara juga untuk Arka. Dan beberapa untuk keperluan mertuanya serta Bayu.

Dia berjalan santai ke pintu supermarket tersebut, lalu membukannya. Luthfy mengambil keranjang dan mulai memasukan cemilan yang ia tebak kesukaan bayu dan juga Arka.

Lalu dia berjalan ke arah tempat es krim untuk kedua adiknya juga. Luthfy mengambil banyak es krim, itung-itung untuk stok.

"Buat ayah sama ibu apa ya?" Gumamnya pelan.

Luthfy memutuskan untuk membeli beberapa kebutuhan rumah untuk mertuanya. Seperti dimulai dari pengharum ruangan, cemilan yang banyak, bahan kue dia beli banyak karena tidak tahu, lalu Luthfy membeli beberapa bumbu masakan instan, serta sayuran.

Setelah dirasa cukup, Luthfy langsung membawanya ke kasir dan membayarnya. Tidak lama kemudian dia selesai dan langsung pergi menuju mobil.

"Bismillah."

Mobil pun melaju dengan kecepatan sedang. Luthfy memutar radio yang ada di mobilnya dan langsung disuguhi surat ar-rahman.

Seakan asik mengikuti ayat-ayat yang terdengar dengan lembut, Luthfy tidak menyadari bahwa dirinya menyalib bis dan dari arah lawan terdapat mobil truk yang melaju kencang membuat Luthfy kehilangan kendalinya, dan mobil dirinya juga truk langsung beradu.

"Astagfirullah, allahu akbar.." Luthfy merasa kepala dan seluruh tubuhnya hancur.

"Tiara" Gumamnya lirih.

Hanya ucapan itu yang Luthfy keluarkan sebelum matanya tertutup karena kesakitan.

Waktu terasa berhenti saat itu juga, suara dentuman mobil dan jeritan warga sangat mendominasi suasana. Bau hanyir menyeruak indra penciuman siapa saja yang berada disana, membuat siapapun tau bahwa kecelakaan ini sangat fatal dan menyebabkan banyak korban.

Tbc.


Meraih Surga Bersamamu [SELESAI]Where stories live. Discover now