5:Past Curse

1.2K 137 67
                                    

"Ka-Kau membunuhnya?"

Tsukasa mengangguk antusias lalu tersenyum lebar seakan tanpa beban sudah melakukan hal keji semalam.

"Hm, habisnya aku tidak suka Ibu memukuli Amane padahal Amane sudah berusaha melindunginya!"

Rasanya Amane ingin marah memukul Tsukasa tapi dia berusaha tetap tenang lalu tersenyum mengelus rambut Tsukasa.

Ini bukan salahnya atau salah Tsukasa, ini karena mereka adalah korban! Setidaknya saat ini Amane hanya ingin mempercayai hal itu agar tidak kembali melakukan kesalahan membunuh adiknya untuk ke dua kalinya.

"Arigatou Tsukasa, tapi kumohon jangan lakukan itu pada Tou-san... Karena mau se jahat apapun mereka tetap orang tua kita"Ucap Amane berusaha tetap tenang ditengah emosinya yang bergejolak, Tsukasa terdiam lalu menangguk.

"Jadi, aku tak boleh membunuh Tou-san?"

"Ya"

Tsukasa terlihat berpikir sejenak.

"Tapi, bagaimana kalau Amane dipukuli Tou-san lagi? Memangnya Amane tidak kesakitan?"

"..."

"Amane punyaku, Amane hanya boleh' main' denganku! Aku tidak mau Tou-san merebut mainanku!"

Amane menghela nafas berat, mau seperti apapun Tsukasa tetaplah adiknya yang mengidap penyakit pyscopat dan walau Ayahnya terbunuh sekalipun dia masih ada Tsukasa yang hampir mengancam nyawanya setiap hari.

"Aku kakakmu dan aku bukan mainanmu Tsukasa! Cepat bersiap atau kita akan terlambat ke sekolah"Tegur Amane menyetil kening Tsukasa lalu turun dari kasurnya dengan berhati-hati, Tsukasa mendengus mengelus bekas sentilan Amane.

"Nee Amane"

"Apa lagi?"

"Mayat Kaa-san kita apakan? Dia masih tergeletak di ruang tamu sejak semalam"

Deg

Amane pun memutar langkahnya menuju ruang tamu dan benar saja! Mayat ibunya masih terbaring disana dengan lumuran darahnya yang mulai mengering di tambah bau busuk yang mulai menguar dari tubuhnya disertai bau sedikit anyir.

"Amane?"Panggil Tsukasa yang mengekori Amane karena bingung kembarannya tiba-tiba memutar langkah menuju ruang tamu sambil sedikit tertatih-tatih berpegangan pada dinding rumahnya.

"Ki-Kita harus menguburnya Tsukasa! Atau Tou-san akan tahu dan polisi akan segera berdatangan!"Ucap Amane panik, Tsukasa memiringkan kepalanya dengan wajah polos.

"Are? Tapi, Amane masih terluka dan aku tidak bisa menguburnya sendiri karena tubuh Kaa-san berat, jadi bagaimana kalau kita membakar tubuhnya sampai jadi abu? Dengan begitu tak ada mayat yang bisa di otopsi!"

Amane memandangi Tsukasa ngeri tapi untuk saat ini tidak ada cara lain selain membakar tubuh ibunya menjadi abu karena jika Ayahnya sampai tahu Tsukasa sudah membunuh Ibu mereka, mereka bisa tertangkap polisi dan membawa tubuhnya keluar rumah hanya akan membuat para tetangga mencium bau mayat Ibunya yang mulai membusuk.

"Ja-Jadi apa rencanamu Tsukasa?"

Tsukasa tersenyum lebar karena Amane menyetujui pendapatnya, Tsukasa lalu masuk ke kamarnya dan mengambil pisau dapur yang semalam dia gunakan untuk membunuh Ibunya.

"Karena tubuh Kaa-san besar, Aku harus memotongnya kecil-kecil dulu baru aku membakarnya! Benarkan Amane?"

Deg

Tubuh Amane meremang, Amane tidak berani menjawab namun adik kembarannya terlihat antusias menunggu balasan Amane pada akhirnya Amane berbalik menuju kamarnya sambil berjalan tertatih-tatih.

After Life || JSHKTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang