21:Tired

908 99 39
                                    

Belakangan ini sering turun hujan dan dengan bodohnya Nene beberapa kali melupakan untuk membawa payungnya hingga beberapa kali terjebak di kelas menunggu hujan reda.

"Huft..Lagi-lagi"Keluh Nene melihat keluar jendela sebal karena kelas sudah sepi tinggalah Nene yang merutuki ke cerobohannya.

"Apa Amane-kun sudah pulang ya? Karena kelamaan di toilet aku jadi harus di kelas sendirian"Gumam Nene masih merutuki kebodohannya beberapa hari ini lalu duduk dibangku Amane sambil meletakkan kepalanya di meja Amane.

Tiba-tiba Nene teringat soal perban yang dulu seringkali membalut luka Amane, kenapa belakangan ini Amane terlihat tidak pernah terluka lagi?

Nene tidak bermaksud suka Amane terluka seperti itu hanya saja rasanya sedikit ganjil, apakah itu artinya penyakit Tsukasa sudah sembuh?

Entah kenapa, belakangan ini Tsukasa terlihat tidak menakutkan lagi dan tidak lagi lebih sering menempel pada Amane walau sifat polosnya masih ada.

Malahan Amane terlihat lebih sering sibuk di ruang club atau kadang terlihat ketiduran saat pelajaran dengan wajah kelelahan seakan baru bekerja semalaman.

Grek

Nene sontak menoleh kearah ambang pintu kelas dan mendapati Amane yang menggendong tas teleskopnya, Nene berbinar senang mendekati Amane ternyata dia tidak sendirian menunggu hujan reda.

"Are? Kau masih disini Ya-Nene?"

Nene mengangguk memelas, Amane tersenyum mengelus-elus rambut Nene.

Beberapa hari sejak festival itu Amane mulai membiasakan diri memanggil Nene dengan nama depannya.

"Amane-kun dari club astronomi?"Tanya Nene kearah Amane yang menurunkan tas teleskopnya lalu meletakkannya di atas lemari dengan hati-hati, gurat wajah Amane terlihat lelah membuat Nene sedikit khawatir.

"Ya, tadi aku baru saja ada panggilan untuk membenarkan beberapa teleskop yang rusak"

Nene mangut-mangut tanda mengerti, Amane berbalik lalu memeluk Nene sambil tertawa kecil.

"Ka-Kau ini kenapa Amane-kun?!"

"Mumpung cuma berdua dengan Nene, aku mau peluk-peluk Nene~"Ucap Amane dengan nada menggoda, Nene merona malu namun tidak melepaskan pelukan Amane yang selalu terasa nyaman bagi Nene itu.

"Nene, kau lupa bawa payung ya?"Tanya Amane beberapa menit kemudian, Nene hanya nyengir lalu mengangguk.

"Dasar kau ini"

Nene tertawa.

"Tidak apa-apa, karena aku jadi bisa berduaan dengan Amane-kun"

Amane memerah lalu membenamkan wajahnya di pundak Nene memberi sedikit rasa geli karena hembusan nafas Amane.

"Amane-kun!"

"Ne..A-Ayo kita menikah sekarang setelah hujan reda nanti"

Nene mencubit pipi kanan Amane gemas namun wajahnya memerah, Amane tertawa.

"Biar berduaannya tidak di sekolah saja~"Imbuh Amane tertawa.

"Mou Amane-kun ini!"Gerutu Nene dengan wajah kepiting rebusnya, Amane tersenyum lalu melepaskan pelukannya dan duduk di bangkunya sambil menghela nafas.

Nene berjalan ke belakang Amane lalu memijati pundak lelaki itu membuat Amane sedikit merasa letihnya berkurang.

"Arigatou Nene"

Nene mengangguk.

"Belakangan ini kau kelihatan capek Amane-kun, apa club astronomi se sibuk itu sampai kau kelelahan begini?"Tanya Nene cemas, Amane menggeleng.

After Life || JSHKWhere stories live. Discover now