0.4 Temu Pacar

10K 1.1K 13
                                    

Please Vote, Thank you....
Enjoy𑁍
____________________________________

Juna meringis melihat Jihan bersama Sana yang tiba tiba ada dibelakangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Juna meringis melihat Jihan bersama Sana yang tiba tiba ada dibelakangnya. Rupanya Jihan lah yang memanggil Juna tadi. Sementara Lisa tersenyum canggung pada keduanya.

"Kalian juga disini?" Lisa mengangguk mengiyakan pertanyaan Jihan.

"Gue sama Sana juga dari tadi disana" ujar Jihan menunjuk salah satu meja.

Juna melirik meja tersebut sekilas. Apakah sedari tadi Sana sudah melihat keduanya?

"Ini mas pesanannya" ujar salah satu pelayan memberikan sebuah kresek berisi seblak kepada Juna.

"Emm.. lo mau pulang Ji?" tanya Lisa.

Jihan mengangguk, "Gue udah ditunggu Daniel di depan"

"Lo mau pulang sama siapa Na?"

Sana melirik Juna, "Aku pulang sama kamu ya?"

Juna terdiam. Lisa cepat cepat mengambil kresek seblak dari tangan Juna.

"Pulang sama Sana aja. Lo udah pesenin gue taksi kan?" Juna menggeleng.

Lisa terlihat berpikir, "Yaudah gue nanti pesen taksi sendiri. Anterin Sana gih"

Sana melirik Lisa sinis, "Yaudah yuk sayang" ujar Sana menggandeng Juna keluar dari sana diikuti Jihan dan Lisa.

"Ngga papa pulang sendiri?" Lisa mengangguk yakin.

"Nih mau pesen taksi" ujar Lisa sambil menunjukan handphonenya pada Juna.

"Gue tungguin sampe taksinya dateng" Lisa menatap Sana tak enak.

"Ngga usah, lo anterin Sana aj-" Lisa memegang perutnya yang kembali terasa nyeri.

"Lo ngga papa?"

"Ngga papa, lo anterin Sana cepetan"

Namun Juna segera melepas genggaman tangan Sana, lalu menarik tangan Lisa.

"Lo pulang sama gue" titah Juna.

Sana mendelik pada Lisa sementara Jihan kembali tersenyum canggung.

"Sayang!" Juna menoleh.

"Kamu pulang sama Jihan yah? Ji, gue titip Sana" tanpa menunggu persetujuan dari Sana, Juna langsung menarik Lisa menuju motornya.

"Juna!" pekik Lisa saat Juna terus menarik tangan Lisa meninggalkan Sana dan Jihan disana.

"Kenapa lagi sih Sa?"

"Lo ngga bisa ninggalin Sana gitu aja. Kalo lo ngga ngizinin gue  pulang naik taksi, seenggaknya lo nganterin Sana pulang dulu. Gue bakal nunggu disi-"

"Lo pikir kondisi lo sendiri baik baik aja hah?! Lo minta gue nganterin Sana tapi lo sendiri? Lo tau ngga sih?! Gue tuh khawatir sama lo!" Lisa menunduk takut.

Juna memang sering marah. Tapi semarah marahnya Juna, ia tak pernah membentak Lisa seperti tadi.

Juna mengacak rambutnya sendiri, "Lo naik sekarang!" Lisa terdiam, "Naik Lisaaa..." Juna menekankan kalimatnya.

Lisa tak berani membantah Juna. Ia segera menaiki motor tersebut tanpa berbicara sepatah katapun.

Juna melajukan motornya dengan kecepatan tinggi. Membuat lisa mencengkram jaket Juna erat.

"Juna... Pelan pelan" cicit Lisa takut.

Juna tak menggubris perkataan Lisa. Ia terus melajukan motornya sampai keduanya tiba dihalaman rumah gadis itu.

Tak ada satupun dari keduanya yang beranjak turun dari motor tersebut, hingga Juna dapat merasakan air mata di punggungnya, membuatnya sedikit melirik pada Lisa dibelakang.

Juna langsung menuruni motornya setelah sebelumnya memasang standar agar motor tersebut tidak terjatuh. Pemuda itu menatap Lisa yang tengah mengalihkan pandangannya dari Juna.

"Hey?" Juna mengusap rambut Lisa.

"Velisaaaa...." ujar Juna memanggil.

Lisa melirik sekilas, lalu segera mengalihkan wajahnya kembali.

Juna tersenyum tipis, "Gue minta maaf udah bentak lo tadi.." gumam Juna.

Tak ada jawaban dari gadis itu. Juna tak menyerah, tangannya masih bekerja mengusap lembut rambut Lisa.

"Gue minta maaf ngga dengerin omongan lo tadi. Gue minta maaf udah narik tangan lo kasar"

Lisa akhirnya mau sedikit menoleh pada Juna membuat pemuda itu tersenyum.

"Sttt, jangan nangis.." tangan Juna terulur mengahapus air mata disudut mata gadis itu.

Lisa menggeleng, "Lo jangan minta maaf sama gue, lo harusnya minta maaf sama Sana" Juna hanya mengangguk.

"Lo bisa ngga sih, ngga bikin gue di ghibah sehari aja?"

"Yang salah kan gue bukan lo. Harusnya kalo mereka ngga suka, ya ngga suka aja sama gue lah. Emang salah kalo gue milih lo, hmm?"

Well, pemilihan kata Juna diatas memang terdengar amat menjengkelkan. Pacar mana yang mau dinomor duakan dibawah sahabat?

"Gue ngga enak sama Sana, Junaaa.."

"Mereka yang ngomongin lo itu cuma iri Lisa, ngga usah dimasukin hati"

"Termasuk Sana?" Juna mengangguk mantap.

"Kenapa harus iri sama gue?"

"Karna lo spesial"

Deg

Lisa terdiam memandang Juna juga yang tengah menatapnya. Tangan Juna yang masih menangkup kedua pipi Lisa memudahkan keduanya untuk saling menyelami netra masing masing. Entah kenapa perkataan Juna tadi, membuat darahnya berdesir hebat. Ia tidak ingin mengalihkan pandangannya dari pemuda itu.

Menit berlalu hingga Lisa tersadar pada kenyataan bahwa hal yang dilakukannya dengan Juna itu tak benar. Gadis itu segera mengalihkan pandangan memutus kontak matanya dengan Juna.

Mendapat perlakuan seperti itu, membuat Juna menunduk canggung. Ia sedikit melirik Lisa, semburat merah muncul dipipi gadis itu, Juna selalu menyukainya.

"E-emm kalo gitu gue pulang dulu ya?" pamit Juna.

Lisa mengerutkan dahi, "Seblaknya? Bukannya lo pesen dua gara gara yang satu itu buat lo?"

Juna menggeleng, "Buat Minnie aja"

"Kenapa buru buru banget?" tanya Lisa penasaran.

"Mau ngajar taekwondo, ngga enak kalo gue telat" Lisa mengangguk paham.

"Yaudah sana masuk, kalo perutnya masih sakit jangan makan seblak. Istirahat aja" pesan Juna sambil mengacak rambut Lisa membuat gadis itu cemberut.

"Iya, iya, boleh makan seblak, tapi kalo perutnya udah ngga sakit"

Lisa akhirnya mengangguk. Juna lantas memakai helmnya, menghidupkan motor, lalu mengendarainya meninggalkan rumah Lisa setelah sebelumnya melambaikan tangan pada gadis yang masih setia berada disana menatapnya hingga motor pemuda itu tak terlihat.

____________________________________











𝓱𝓸𝓹𝓮  𝓽𝓸  𝓫𝓮  𝓹𝓻𝓮𝓬𝓲𝓸𝓾𝓼𑁍
𝓲𝓷.𝓵𝓸𝓯𝓽𝔂𝓵𝔂𝓪

exception || LizkookWhere stories live. Discover now