Chapter 2

74.6K 4K 196
                                    

Siang pun berganti petang, langit mulai menjadi gelap dihiasi bintang dan bulan yang dengan malu-malu menampakkan sinarnya. Seorang gadis termenung di dalam kamarnya yang hanya ditemani keheningan malam dan sinar rembulan.

Entah sejak kapan ia menjadi cengeng seperti ini, pikirannya berkelana dan tanpa ia sadari air matanya telah mengering di wajah cantiknya. Ia merasa kehilangan arah dan tidak memiliki semangat untuk hidup lagi. Apa begini rasanya patah hati? batin Angel lirih.

Ia bahkan melewatkan acara makan malam yang selalu menjadi rutinitas dalam keluarga ini hanya untuk menghindari Max dan calon tunangannya itu. Ia merasa sakit hati dengan perkataan sang kakak, ia pun teringat dengan kejadian sore tadi saat ia hendak menuju kamarnya untuk beristirahat.

Flashback On

Dengan langkah gontai Angel menaiki tangga yang akan menuju ke kamarnya. Setelah tanpa sengaja pendengar percakapan orangtuanya ia memutuskan untuk menenangkan diri dikamar. Bukan ketenangan yang ia dapat malah sebaliknya, saat ia melewati kamar Max ia mendengar suara gaduh dari dalam. Tanpa pikir panjang ia pun segera membuka pintu kamar berwarna coklat yang memang tidak terkunci. Alangkah terkejutnya ia melihat pemandangan yang tersaji dihadapannya saat ini.

Ia tak percaya dengan apa yang dilihatnya, di atas ranjang Max dan juga Faye telah sama-sama polos tanpa sehelai benang pun. Dengan posisi Faye diatas tubuh Max yang atletis. Angel menutup mulutnya dengan kedua tangan, ia segera membalikkan badan untuk meredakan debar jantungnya.

Tubuh Angel bergetar menahan gejolak yang bercampur aduk antara marah, benci dan kecewa. Ya, ia sangat terluka melihat semua itu. Mana ada yang tidak sakit jika melihat pria yang dicintai melakukan hubungan intim tepat di depan matanya sendiri.

Saat Angel akan berlalu dari sana, lengannya ditarik kasar oleh seseorang. Perih itu yang ia rasa pada lengannya namun tidak bisa mengalahkan perih hatinya saat ini. Angel dapat melihat tatapan mata tajam sang kakak penuh emosi saat memandangnya.

Max tampak telah memakai celana pendek dan Faye telah memakai baju kaos milik Max. Tentu saja karena ulah Angel sepasang kekasih itu merasa terganggu dan tidak melanjutkan kegiatan panas mereka lagi.

"Apa yang kau lakukan masuk ke kamarku tanpa mengetuk pintu dulu Angel? Apa selama ini kau tidak belajar sopan santun?" Hardik Max marah

Angel menundukkan wajahnya, nyalinya tiba-tiba menciut mendengar bentakan dari Max. Angel juga bingung, dulu Max tidak akan pernah memarahinya karena masalah sepele seperti ini. Ia pun sudah sangat sering langsung masuk ke dalam kamar Max tanpa perlu mengetuk atau meminta ijin, begitupun dengan Max jika ingin masuk ke dalam kamar Angel.

Namun kenapa sekarang berbeda? Dimana kakak yang selama ini selalu lembut dan sangat menyayanginya? Sebesar itukah cinta Max pada kekasihnya hingga harus membentak Angel seperti itu. Apa tidak ada sedikit pun ruang dihatinya untuk Angel? Benar-benar miris.

"Maafkan aku kak Max" cicit Angel pelan

"Sabar sayang, dia masih kecil jangan terlalu keras padanya. Dia hanya cemburu melihat kita, bukan begitu Angel?" sahut Faye tersenyum manis

"Apa maksudmu Faye? Kenapa dia harus cemburu?" Max mengernyit dan mengalihkan tatapannya pada Faye

"Coba kau tanya sendiri padanya Max, bukankah dia mencintaimu"

Lalu Max menatap Angel dengan pandangan bertanya, ia tidak mengerti maksud perkataan kekasihnya itu.

"Jelaskan padaku, apa maksudnya? Tatap mataku Angel" bentak Max lagi

I'm Always Be Yours (END)Where stories live. Discover now