Chapter 14

62.8K 3.6K 45
                                    

Tubuh Freya bergoyang mengikuti irama musik yang dimainkan oleh seorang DJ terkenal yang menjadi bintang tamu di night club itu. Sejak tubuh rampingnya memasuki lantai dansa, tidak sedikit pun mata tajam Max melepas pandangannya dari Freya. Max tahu jika Freya sudah mulai mabuk, terlihat dari caranya meliuk-liukan tubuh tanpa memperdulikan keadaan sekitar.

Max menggertakkan giginya saat melihat banyak pria mulai mendekati Freya, entah kemana Dustino pergi meninggalkan gadis itu di lantai dansa seolah menjadi santapan segar para pria disana.

"Sampai matamu mengeluarkan api juga percuma Max, tidak akan membuat pria-pria itu menjauhi Freya. Kalau berani langsung kesana" celetuk Zion

Max tidak menghiraukan perkataan sepupunya, ia tahu Zion pasti sedang memanas-manasinya sekarang. Dan sialnya ia terpancing, bukankah wajar? Freya masih adik angkatnya, tentu ia akan menjaga gadis itu.

Ia bergegas mendekati Freya yang mulai dikelilingi para pria hidung belang, sebelum tangan pria-pria disana mengambil kesempatan dan menyentuh tubuh gadis itu. Max berdiri tepat dibelakang Freya, dengan posesif ia melingkarkan lengannya di pinggang ramping Freya.

Freya menoleh sekilas kemudian tersenyum saat melihat Max, entah berapa banyak kadar alkohol yang masuk ketubuhnya hingga berhalusinasi Max memeluknya dari belakang seperti sekarang. Freya bahkan tak segan untuk menyandarkan tubuhnya di dada bidang Max sambil terus berlenggak-lenggok menggoda.

"Kau sudah mabuk, ayo keluar dari sini" ucap Max dengan suara parau

Shit! Max juga pria normal yang tidak akan tahan dengan godaan gadis cantik di depannya. Ia merutuki dirinya malam ini yang mudah terangsang walau hanya sekedar dekat saja dengan Freya. Padahal Max sering berurusan dengan para wanita cantik dan seksi yang selalu menggodanya sedemikian rupa, namun tidak ada yang pernah sampai membuatnya cepat bergairah seperti sekarang.

"Freya" bisik Max lagi karena tidak mendapat tanggapan dari gadis itu

Freya kemudian membalikkan badannya untuk bisa berhadap-hadapan dengan pria itu, lalu mengalungkan tangannya dileher kokoh Max.

"Kau siapa? Kenapa mirip sekali dengan Max? Sangat tampan" racau Freya semakin merapatkan tubuhnya pada Max

Dengan sedikit berjinjit Freya menggoda bibir Max dengan bibirnya. Berawal dari kecupan-kecupan kecil kemudian berubah menjadi lumatan oleh Max yang sudah tidak tahan dengan bibir ranum Freya.

Jantung Freya bedetak keras, ia sangat berdebar-debar bahkan kepalanya terasa kosong. Freya tidak bisa berpikir apapun sekarang, kakinya terasa lemas tak bertulang. Lidah Max membelit lidahnya, menelusuri tiap rongga mulutnya dengan gerakan erotis. Membelai panas bibirnya hingga Freya meloloskan erangan lirih tanpa ia sadari. Ini bukan jenis ciuman manis yang sering diberikan Julian dulu. Ini lebih menggairahkan dan memabukkan.

Max menguatkan dirinya yang telah terbakar api gairah. Ia dapat merasakan mulut Freya yang panas dan basah seakan menggodanya untuk tidak berhenti menyesap bibir itu. Ia tersentak saat Freya tanpa sadar membelai belakang tengkuknya pelan.

Max mengerang ketika bibir Freya membalas pangutannya, begitu lembut hingga membuat Max hampir gila. Max menunduk dan memperhatikan penampilan Freya yang begitu sempurna. Wajah Freya terlihat memerah dengan bibir membengkak, manis dan hangat itulah yang dirasakan Max saat ini. Mata birunya menatap Max sayu dengan kabut gairah yang bergejolak.

Brengsek! Max bisa merasakan miliknya mengeras dan terasa ngilu karena terhimpit celananya. Ia kembali meraih dan melumat bibir itu dengan brutal, Max mendengar erangan Freya yang terdengar bagai melodi syahdu yang mampu menggetarkan hatinya. Saat Max ingin melanjutkan lebih dari sekedar berciuman mesra, semuanya hancur karena ulah Freya yang tiba-tiba muntah dan mengenai bagian depan kemeja putih yang Max kenakan.

I'm Always Be Yours (END)Where stories live. Discover now