✦ delapan

67 15 8
                                    

dengan amarah yang mulai meningkat, chandra berjalan secepat kilat menuju ruang kelas dia, matanya segera menemukan dua temannya yang sedang berbincang ringan tanpa beban

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dengan amarah yang mulai meningkat, chandra berjalan secepat kilat menuju ruang kelas dia, matanya segera menemukan dua temannya yang sedang berbincang ringan tanpa beban.

chandra sampai di hadapan mereka, dan doyaswara serta taenaya menoleh ke arah chandra bingung.

"kalian enggak ada inisiatif apa pun untuk ngasih tau gue? hah?" teriak chandra marah terhadap mereka.

"a-apaan cuk?" tanya tae, merasa sedikit takut akan ledakan amarahnya yang mendadak.

"seminar dina hari ini goblok." maki chandra, menduduki dirinya di sebelah taenaya dengan bunyi gedebuk.

doyaswara dan taenaya saling bertatapan terkejut sebelum kembali melihat chandra. "takut lo gamon njir kalo kita sebut nama dia." kata doy.

"tadi pagi di mainin lagu first dance kita, sekarang dina mau seminar di sini." gumam chandra dengan berat.

dia menyenderkan kepalanya di telapak tangannya, dunia dia di sekitar terasa berputar-putar. tae dan doy memperhatikan kelakuan chandra dengan kekhawatiran.

"lo enggak boleh nunjukin dina lo gamon lho. nanti dia bakalan ill feel sama lo, hati-hati aja." kata tae mencoba memperingati chandra.

"ya gue tau itu, tapi emang kenyataannya kan gue gagal move on?" balasnya. baik tae dan doy terdiam mendengar perkataan chandra.

dan sang dosen pun memasuki ruangan, memotong suasana tegang itu di antara mereka bertiga.

_

syal lembut dina menari anggun di belakangnya ketika ia berjalan menyusuri lorong universitas indonesia, bunyi sepatu hak tinggi berdenting dengan lantai bergema sampai di telinga para mahasiswa yang sedang berada di situ.

mata dina satu-satu melihat bingkai foto-foto beserta kertas-kertas yang memenuhi papan dengan berantakan.

dina mengingat-ngingat waktu dulu ketika dia melakukan tur ke ui bersama teman-temannya dia di zaman sma dulu. dina pun mencari perbedaan kampus itu dulu dan sekarang.

para mahasiswa terlihat lebih banyak dibandingkan dulu, dimana orang-orang tidak memiliki cukup uang untuk menyekokahkan anak-anaknya.

dinding kampus juga tampak lebih bervariasi karena tambahan foto-foto beserta kertas, tidak seperti dulu yang masih kosong akibat kurangnya aktivitas kampus.

tiba-tiba pemikiran dina terinterupsi karena ada yang tidak sengaja menyenggol pundak dina, membuat dina terhenti.

"maaf." gumam sang lelaki itu mengangkat tangannya sedikit, dan dia pun berjalan lagi tanpa melihat ke belakang.

dina sontak mengenali suara itu, namun sekarang suara itu lebih dalam saja. dina terdiam, terkejut mendengar suara yang familier itu. iya, itu pasti dia, pikirnya, dan dina spontan menoleh ke belakang dan membuka mulutnya untuk memanggil nama yang ia kenali sejak dulu.

namun tiada satu pun suara keluar dari tenggorokannya, walaupun hatinya sangat ingin memanggil namanya sekali lagi, pikirannya berkata sebaliknya.

dina berargumen dengan diri sendiri, sosok lelaki itu akhirnya hilang dari pandangan dina. dia mendesah sedih, bukan karena dia tidak melihatnya.

tetapi karena dia sudah melihatnya.

dina akhirnya menoleh ke depan lagi dan berjalan cepat menuju tujuannya dengan hati yang berat.

•°✦°•

memories ↷ lee haechan ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang