✦ sembilan

58 14 25
                                    

hati chandra berdetak dengan cepat, getarannya terasa sampai telinga dia

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

hati chandra berdetak dengan cepat, getarannya terasa sampai telinga dia. rasanya darah mengalir melalui urat nadinya lebih cepat, seluruh badannya menjadi lebih panas. dia segera berjalan menghindari semuanya itu, menghindari koridor yang menyesakkan itu.

dia berakhir di depan kafe kecil yang berada di dekat situ, kafe yang dia suka kunjungi bersama mark.

kafe yang dulu dipakai untuk belajar bersama dina.

chandra, yang sudah mulai tenang, mengambil ponsel dari kantong jaket bomber yang sedang dipakai olehnya. dia segera menekan kontak doyaswara lalu menelponnya.

setelah beberapa dering, dia mengangkat.

"bro, lo dimana cuy? seminarnya mau mu-"

"bilangin pak dharma gue enggak bakalan ikut." ketus chandra. pak dharma adalah dosen mereka, salah satu dosen yang sangat reseh.

"lho, ini seminar wajib dra, nanti nilai lo di kurangin woy!"

"emang nya gue peduli?"

dan doyaswara pun terdiam dari seberang telpon.

"gue bisa kok, dapet nilai tinggi buat skripsi, don't worry."

doy mendesah keras, napas nya terdengar berat, "yaudah deh, see you tomorrow bro."

chandra bersenandung setuju sebelum menutup telponnya, dan reflek berjalan balik ke kampus. chandra lalu menekan kontak yang lain, lalu menelponnya juga.

"halo?"

"lia, lo udah selesai kan kelasnya?"

"udah, kenapa?"

"pulang bareng gue aja ya, biar enggak repot."

"um, oke kak. ketemu dimana?"

"di parkiran aja li."

"siap, see you there." lalu lia menutup telponnya di saat bersamaan chandra sampai di area parkiran.

keadaan agak ramai di situ, para mahasiswa bolak-balik berjalan ingin cepat pulang. chandra dengan santai menyenderkan punggungnya di tembok, angin sepoi-sepoi di sore hari menemaninya.

tidak lama setelah itu, lia muncul di hadapan chandra, dan chandra yang sedang menutup mata menikmati angin tidak menyadari kehadirannya. lia dengan ragu mengetuk pundak chandra pelan, dan dia spontan membuka matanya.

melihat lia di jangkauan matanya, dia langsung merapikan rambutnya, dan dengan canggung mendeham dan memasukkan tangannya ke dalam celana jins dia.

"hayuk." ajak chandra, dan lia mengangguk mengikuti chandra ke mobil miliknya.

_

"um... kok kita berhenti di sini kak?" tanya lia ketika mereka tiba-tiba berhenti di tengah perjalanan mereka, dan bisa dikatakan mereka masih jauh dari apartemen chandra.

"gue mau berhenti di sini dulu, boleh?"

lia terdiam sejenak, lalu mengangguk lagi, "gue tunggu di mobil aja ya kak."

"enggak, ikut sama gue aja li."

lia sontak terkejut, menatap chandra untuk melihat tanda-tanda kebohongan atau ketidaktulusan di mukanya, namun chandra terlihat biasa saja di mata lia.

"oke chan."

untuk pertama kalinya, chandra dapat mengabaikan nama panggilan yang membawa berbagai kenangan itu, dan keluar mobil dengan tenang.

lia mengikuti chandra seperti anjing dan majikannya, berjalan dengan patuh di belakang chandra. lalu lelaki itu membuka pintu untuk lia, dan lia pun memberi senyuman sebelum masuk ke kafe kecil favorit chandra itu.

chandra akhirnya ke samping lia yang sedang berada di depan kasir, memilih menu yang tertulis di papan tulis hitam dengan kapur.

chandra secara tidak sengaja meletakkan tangannya di atas tangan lia yang sedang memegangi meja. namun, tiada satu pun dari mereka menyadarinya.

"mas, aku pesen affogato satu ya." kata lia kepada pemilik kafe itu. dia mengangguk lalu menulis pesanannya di kertas. dia reflek melihat chandra, dan tanpa ditanya lagi dia menulis pesanan reguler chandra.

lia yang sudah selesai memesan melihat ke arah chamdra dan segera menyadari sebuah tekanan kecil di tangannya.

sebelum lia bisa protes, chandra sudah berjalan ke arah meja yang biasa ia duduki bersama mark. untuk sejenak lia merasakan suatu emosi mengalir di tubuhnya ketika tangan chandra tidak lagi memegang tangannya, emosi yang asing baginya. namun akhirnya lia juga ikut duduk bersamanya, bingung.

"lho, kak chan enggak pesen?" tanya lia, mencoba mengalihkan perhatian dirinya sendiri dari kejadian tadi.

"gue sering ke sini kok, dia tau menu yang biasa gue pilih."

"eh iya? kok bisa sering?"

dan chandra tersenyum, karena dia tau, mereka akan berbicang dengan lancar tanpa hambatan di situ.

•°✦°•

memories ↷ lee haechan ✓Where stories live. Discover now