✦ duapuluhsatu

69 8 16
                                    

chandra mengacak rambut untuk kesekian kalinya; ia sedang terduduk dalam kafe kecil dekat ui itu, dengan suasana yang lebih ramai dari biasanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

chandra mengacak rambut untuk kesekian kalinya; ia sedang terduduk dalam kafe kecil dekat ui itu, dengan suasana yang lebih ramai dari biasanya.

semuanya terkumpul di situ, teman-teman chandra. mark, doyaswara, taenaya, jun, jaemin, jonathan, serta lia dan beberapa teman perempuannya yang sangat penasaran.

"dra, gausah stres-in hal-hal ginian kali. kalau lo ikut ya ikut, kalau enggak ya enggak." sindir jun, yang hanya bisa membayangkan perasaan chandra.

"enggak se simpel itu lah bego." lawan jonathan.

"dina nulis apa di kartunya tadi?" tanya salah satu teman lia, yuna.

"nih." chandra melemparkan kartu itu kearahnya.

16 juni 2019
jl. c.t. raya no. 127
jam 13.00 wib

"tapi itu tanggalnya besok?" kata taenaya, menyelonong.

"skripsi lo gimana dong?" lanjut doyaswara, yang untuk pertama kalinya terlihat khawatir kepada chandra.

"tinggal sidang doang." balas chandra singkat.

"lah kalau lo enggak sidang enggak lulus dong?" tanya jaemin.

"hari ini sidangnya. jadi nanti tinggal lulus."

"bro... lo enggak bisa pergi begitu aja." bentak mark sedih.

"oke oke sebentar, coba kita pikir-pikir dulu." tiba-tiba lia bersuara, yang mengundang perhatian semua orang, termasuk chandra.

"kalau lo enggak pergi, lo enggak akan ketemu dia lagi seumur hidup lo. dina bisa cari kebahagiaan sama orang lain, begitu juga dengan lo. lo juga bisa nikmatin hidup lo di indonesia dengan temen-temen lo di sini.

"tapi kalau lo ikut dina, lo akan bersama dia, bisa balikan sekalian. lo bisa hidup bahagia dengan tenang dan dina bisa sepenuhnya terbuka sama lo enggak kayak dulu, dan lo bisa bantu mengelola salah satu perusahaan terbesar di dunia.

"dan lo ninggalin kehidupan lo disini." akhiri lia dengan hembusan napas lega, dan menyenderkan punggungnya kepada kursinya.

semuanya terdiam, suasana kafe sekarang diam. mereka semua merasa tegang, seakan-akan kehidupan mereka akan berubah selamanya.

"jadi... yang perlu lo pastiin adalah," ujar mark, "lo masih cinta sama dina atau enggak?"

_

memandang cakrawala siang yang berawan, dina terduduk di tangga pintu masuk pesawat pribadi ayahnya.

sedari tadi, dina mencuri pandangan kepada jam tangannya, yang berdetik mendekati jam satu siang.

kegelisahan dina bertumbuh semakin besar seiring waktunya berjalan. mentari yang sedikit redup akinat tertutup awan juga tidak bisa melakukan apapun selain menyaksikan dina bertingkah seperti ini.

"nona, sudah lewat tiga menit, masih ingin menunggu?" tiba-tiba sang pilot bersuara dari belakang, namun dina hanya diam saja.

tidak ada yang berani mendekatinya, karena pada akhirnya mereka akan diabaikan seperti dina mengabaikan sang pilot tadi.

dina melihat jam tangan sekali lagi. lewat lima menit.

mendesah sedih, dina dengan lemas berdiri dari tempatnya, dan membalikkan badan untuk masuk pesawat tanpa sepatah kata. apa yang dia harapkan? kenapa berpikir chandra masih mencintainya ketika dia sudah ada yang lain?

dina sudah berada di ambang menangis ketika suara klakson dari kejauhan membuyarkan benaknya. dina yang sudah berada di pintu masuk keluar lagi, untuk melihat mobil toyota yang melaju cepat menuju arahnya.

dina menyipitkan matanya, ingin melihat lebih jelas. dan ketika mobil itu mengerem di ujung tangga, sosok yang ia nantikan sedari tadi keluar dari mobil.

chandra.

dina menutup mulut, terbuai akan kebahagiaan yang selama ini hilang dari hati dina.

dina berlari menuruni tangga, dan sebelum ia dapat memprosesnya, dina melompat ke dalam rangkulan hangat chandra.

melepas pelukan itu, chandra memandang dina kebawah dengan suatu kilau yang baru di matanya.

"aku kira kamu-"

"yeah, i thought so too." potong chandra. sementara itu, teman-teman chandra ikut keluar dari mobilnya, tersenyum sedih melihat kepergian mereka.

"jangan khawatir, kita akan rutin telponan kok." dina pergi memeluk jun, jaemin dan jonathan.

"tapi itu enggak sama..." gumam mark, yang bahunya ditepuk lembut oleh chandra.

"gue bakalan main kesini kok, sekalian pulang kampung." kekeh chandra. dan akhirnya, kedua sahabat itu juga berpelukan dengan setetes air mata menuruni pipi mereka.

dina pun melihat lia yang berdiri disana dengan canggung, dan mengulurkan tangannya kepada lia. lia tersentak sedikit, namun menerima tangan itu.

"chandra sayang banget ama lo... please jangan sakitin dia lagi." ujar lia khawatir, yang diangguki dina.

akhirnya, setelah perpisahan kecil yang terasa sebentar, dina dan chandra dengan tasnya melambaikan tangannya kepada mereka ketika pintu pesawat tertutup.

pas pintunya tertutup, chandra menarik pinggul dina kepadanya, yang membuat mereka saling menghadapi.

"after two years, i finally found my way back to you."

dan setelah chandra berkata itu, dia mendekatkan badannya kepada dina agar tidak ada satu senti pun jarak diantara mereka, dan mencium bibir dina dengan lembut.

•°✦°•

memories ↷ lee haechan ✓Where stories live. Discover now