07

56.8K 12.4K 12.8K
                                    

Soobin dilanda kebingungan sekarang. Dia harus pergi ke tempat yang lain untuk melihat mayat Yangyang atau pergi ke rumah sakit untuk melihat keadaan Jinyoung?

Astaga, dia tidak bisa pergi ke dua tempat sekaligus. Tapi menurutnya alangkah baiknya dia pergi ke tempat Yangyang terlebih dahulu.

Karena dia yakin, Jinyoung pasti baik-baik saja, iya kan?






































"Chan, jelasin ke kita kronologinya."

"G-gue beli minum di warung sana, gue udah ajak Yangyang tapi dia bilang mau nunggu di bawah pohon ini. Pas gue balik, di-dia..."

Jeno mengangguk paham, Haechan pasti syok. "Lo duduk dulu gih, minum air putih biar tenang."

Di sisi lain, Jaemin, Felix, dan Hyunjin berdiri di lokasi kejadian. Garis kuning membentang mengelilingi tempat rubuhnya pohon tua tersebut, sirene polisi terdengar begitu jelas memecah keheningan malam.

Jasad Yangyang dibawa ke rumah sakit lima menit yang lalu, Seungmin ikut kesana atas perintah Jeno.

Sekarang mereka bertiga memandangi darah yang mulai mengering di aspal, Felix dan Hyunjin melirik Jaemin bersamaan setelahnya namun Jaemin tidak hal itu.

"Puas?"

Jaemin bingung. "Puas kenapa?"

"Ck, dia mati gara-gara lo, dan lo masih tanya kenapa?!" Hyunjin emosi sampai wajahnya memerah. "Jadi orang gak merasa bersalah banget sih, dia temen lo sendiri, Jaemin!"

Jaemin mencebikkan bibirnya kesal. "Dia meninggal karena udah waktunya, bukan karena gue."

Hyunjin dan Felix terperangah tak percaya, apa-apaan itu.

"Jaemin, dia temen lo..."

"Dia emang temen gue, tapi kematiannya bukan salah gue."

Hyunjin hampir saja memukul Jaemin kalau Felix tidak segera menahannya. Disini banyak polisi, mereka bisa memperkeruh suasana bila berkelahi.

"Jaemin, kertas yang kemarin ada dimana?" Tanya Felix tiba-tiba.

"Di Soobin."

Felix mengernyit. "Lo kasih ke Soobin?"

Jaemin mendengus kesal. "Iya, dipaksa Jeno. Katanya kalau gue yang pegang takut diapa-apain kertasnya, curigaan banget."

"Tapi gue setuju, kertas itu lebih baik ada di tangan Soobin daripada lo. Kenapa? Bisa aja lo memanipulasi korban, lo minta ke setan itu buat bunuh yang lain."

"Apaan sih, gue gak bakal lakuin itu lah!"

Felix mengedikkan bahunya. "Sorry, semenjak lo tulis nama kita di kertas, gue gak percaya sama lo lagi."

Mendengar itu, hati Jaemin bagai disayat pisau. Perih rasanya tidak lagi dipercayai oleh sahabatnya hanya karena permainan konyol yang bukan salahnya.

Ting!

Ponsel Hyunjin berdenting, dia merogoh saku jaketnya, mengambil ponselnya lalu membuka grup chat untuk melihat kiriman yang baru saja masuk tersebut.


Soobin sent a picture

|nama Yangyang kok hilang?
|terus kenapa namanya Woobin pudar?





























































"Chani."

"Apaan?"

"Di antara kita yang indigo banyak, kan?"

"Iya."

"Siapa aja sih? Gue lupa."

"Eric, Woobin, Yangyang, Yoonbin, Renjun, dan lo."

Bomin mengangguk, dia baru ingat kalau teman-temannya banyak yang memiliki kemampuan lebih. Tapi, yang kemampuannya paling tinggi adalah Eric dan Yoonbin. Namun Yoonbin jarang bertindak bila ada yang menganggu atau mencoba mencelaki mereka, Eric yang sering menolong mereka.

"Eh, udah denger kabar terbaru tentang Yangyang sama Jinyoung?"

"Udah, mau kesana?"

"Gak ah, gue gak mau bawa setan kesana."

Chani melirik Bomin, jadi maksud Bomin ada setan yang mengikuti mereka sejak tadi?

"Dia mirip badut, tapi kepalanya doang. Kayaknya sih hantu dari permainan itu juga," lanjut Bomin santai, santai banget malah.

"Ada lagi?" Tanya Chani karena merinding.

"Wih banyak, ada yang hitam semua, kepalanya gak ada, tangan kebalik, rambut panjang, bahkan yang mirip penyihir juga ada~"

Bomin terkekeh sambil merangkul Chani. Tapi beberapa saat kemudian dia sadar, ha-hantu penyihir?

"Chani, mampir ke rumah Hyunjoon bentar yuk," ajak Bomin tanpa basa-basi lagi seraya berbelok ke rumah teman yang dimaksud.

Dengan langkah terburu-buru, mereka berdua menuju rumah Hyunjoon lalu mengetuk pintu keras-keras.

Bomin sedikit lega karena kebetulan lewat, kalau tidak bagaimana nasib mereka berdua nanti?

Ceklek!

"Santai dong, untung orang tua gue lagi keluar," omel Hyunjoon setelah membuka pintu.

Tak peduli sopan santun lagi, Bomin mendorong Chani dan Hyunjoon masuk ke dalam lalu menutup pintu dan menguncinya.

Hyunjoon kesal, Bomin kenapa sih?

"Heh, lo kenapa? Tiba-tiba banget kesini, padahal gue mau ke rumah sakit."

"Chani, lo tau maksud gue apa, kan?" Tanya Bomin mengabaikan pertanyaan Hyunjoon.

Chani mengangguk kaku, pasti ada hantu yang mengikuti mereka berdua. Dia yakin hantu tersebut adalah hantu yang Bomin ceritakan kemarin.

"Woi, kalian tuh kenapa sih?! Gue bukan udara yang suka dicuekin!"

Hyunjoon mulai kesal, mana Bomin dan Chani belum lepas sepatu. Lantai rumahnya jadi kotor, dia malas sekali menyapu rumah malam-malam.

"Jadi gini, tadi ada hantu yang ngikutin kita."

"Terus kenapa lo kesini, Bomin?! Nanti kalau hantunya ikut kesini dan gak mau pergi gimana?!"

"Lo tenang aja, gue yakin dia gak kesini. E-eh?"

Hyunjoon dan Chani yang posisinya membelakangi apa yang dilihat Bomin langsung membeku, mereka berdua menoleh kaku ke belakang.





























Kriet

Pintu salah satu kamar terbuka.



































"Aku akan keluar dari dalam kamarmu, hihi."
















"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now