36

39.1K 12K 4.6K
                                    

GUBRAK!




Jatuh di aspal adalah salah satu hal yang menyakitkan. Dan Junkyu tertawa melihat itu. Bisa-bisanya mereka berteleportasi tanpa melihat sekitar, untung saja dia belum pergi.

Jaemin mengaduh keras, bergerak seperti cacing kepanasan karena Haechan dan Bomin menindih tubuhnya. Berat.

"Kalian ini ada-ada aja deh, penyihir kelas atas kok diremehin," ejek Junkyu, lalu kembali tertawa.

Jaemin geram, langsung saja dia dorong Haechan dan Bomin ke samping, kemudian berdiri menodongkan tongkat sihirnya.

"Lo juga remehin gue, gak punya kaca atau cermin?"

"Punya, ada banyak loh. Mau satu?"

"Gak butuh, gue punya cermin yang jauh lebih bagus dari cermin manapun!"

Junkyu mendecih. Sombong sekali, begitu pikirnya.

"Jaemin, lo bisa tahan serangan Junkyu, kan?" Panggil Haechan bertanya, menggenggam erat pedang milik Bomin, bersiap untuk dihunuskan

"Dasar, mana bisa seorang Jaemin tahan serangan gu-"





Wush~





"Jaemin, serang dia!" Seru Yoshi melesat cepat ke arah Junkyu, kemudian melempar bola hitam di tangannya ke penyihir tersebut. Sial, dia menghalangi pandangan mereka.

"Haechan, maju sekarang!" Perintah Jaemin, mengangkat tongkat sihirnya, merapalkan mantra untuk membatasi pergerakan Junkyu.

Asap mengebul di udara, warnanya hitam. Haechan maju dengan ragu sebab tidak bisa melihat siapapun yang ada di dalam asap tersebut.

Argh, ini sulit. Dia takut melukai Jaemin ataupun Yoshi, dia harus bagaimana sekarang?

"Cih, kalian pikir bisa kalahin gue?" Decih Junkyu. Tongkat sihirnya mengeluarkan cahaya terang, menghisap asap tersebut masuk ke dalam tongkatnya.

Yoshi terbelalak, lagi-lagi ia mengeluarkan asap yang jauh lebih tebal sehingga menghalangi pengelihatan Haechan.

"Woi, kalau gak kelihatan gimana cara kalahin dia?!" Protes Jaemin.

"Pake mata batin!"

Haechan terkejut, buru-buru protes. "Heh, gue bukan orang yang punya kelebihan! Masa iya gue buka mata batin dulu?! Gak mau ah!"

"Tau nih! Orang yang bisa bukain mata batin kan cuma Soobin, gimana caranya Haechan bisa?!" Timpal Jaemin mengompori.

"Hoi, kalian lupa ada gue disini?!" Kata Junkyu tiba-tiba, kesal karena mendadak jadi nyamuk disana. "Ayo lawan yang bener, gue gak suka main-main!"

"Siapa yang main coba?! Main itu mah main kartu atau main among us, asal jangan main hati!" Balas Haechan ngegas karena ikutan kesal.

"Pengalaman ya lo?!"

"Wahahaha, enggak."

Junkyu semakin kesal. "Argh, kalian bertiga sama aja!"






DUAR!





Ledakan terjadi, mereka bertiga terlempar jauh beserta kepingan aspal yang pecah. Oh tidak, Junkyu akan serius mulai sekarang.

Jaemin terbatuk-batuk mengeluarkan darah, badannya terasa remuk. Matanya sayu, memandang pedang berkilau tersebut. Ini tidak mungkin akhir mereka, kan?

"Pedang kayak gini harus dimusnahin," gumam Junkyu, bersiap merapalkan mantra.

Yoshi tidak akan membiarkan itu terjadi, dengan cepat ia melesat ke Junkyu, berusaha merebut tongkat sihirnya.

Tapi sia-sia, Junkyu lebih dulu membatasi pergerakannya. Sekarang ia seperti patung, badannya kaku!

"Buat apa kalian susah-susah lawan gue kalau pada akhirnya mati juga? Percuma, kalian cuma buang-buang waktu."

Junkyu menyeringai melihat hari mulai terang, tanda permainan akan selesai. Ini saatnya membaca mantra agar permainan bisa berlanjut dan ia bisa hidup dengan kekuatan penuh.

"Ucapin selamat tinggal untuk kalian, mantan teman-temanku. Hahaha!"

Cahaya berpendar mengelilingi tubuhnya, semakin lama semakin terang, menutup semua tubuhnya. Mereka bertiga terdiam membisu, tak bisa melihat Junkyu.

"Kalian semua bakal mati! Permainan akan terus berlanjut. Gue bakal jadi penyihir terkuat, haha!"

Pasrah, itu yang bisa mereka lakukan sekarang. Tidak ada lagi harapan, mereka akan mati sebentar lagi.


















































Drap drap drap!

Tapi, seseorang tak ingin hal itu terjadi. Ia berlari mengambil pedang emasnya yang tergeletak di aspal, berlari tertatih-tatih sekuat tenaga.

Kemudian menghunuskan pedang tersebut ke depan, tepat ke dada Junkyu hingga menembus sisi belakangnya.

Haechan melotot lebar, tak menyangka itu akan terjadi, begitu juga dengan Yoshi dan Jaemin.

Renjun dan Sunwoo yang baru datang bersamaan, ikut terdiam dan terkejut melihat apa yang ada.

Cahaya perlahan menghilang. Kini mereka bisa melihat Junkyu dengan jelas, terdiam kaku dengan darah di mulutnya. Tangannya gemetar, tongkat sihirnya jatuh dari tangannya.

Matanya membulat sempurna, dia... kalah?

"Pe-permainan s-selesai, Junkyu..."

Pemuda berambut putih ini tersenyum getir seraya menarik pedangnya kembali, sebelum jatuh telentang ke aspal, dan detak jantungnya pun berhenti.

Choi Bomin berhasil menjalankan tugas, tugasnya telah selesai.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now