34

40.2K 11.7K 7.3K
                                    

Merangkak diiringi suara patahan tulang adalah hal mengerikan yang Haechan dengar sekarang. Sosok itu menghampiri mereka, kaki dan tangannya kurus sekali, seperti hanya tulangnya saja.

Mereka berdua mematung, tak berani berpindah posisi karena sosok itu menyeramkan. Pikiran mereka berdua melayang kemana-mana, kalau misalkan sosok itu ada di rumah... lalu merangkak ke kasur dan naik... hiih seram.

Kretek kretek

"Kalian... jangan takut..."

"Gimana gak takut?! Lo serem banget kayak tengkorak di lab sekolah!" Seru Haechan bersembunyi di balik tubuh Jaemin.

"Aku bukan makhluk jahat... aku ini penjaga Tuan Bomin."

"H-hah?"

Apa katanya tadi? Penjaga? Bomin punya penjaga? Semenyeramkan itu? Kok bisa? Memangnya tidak takut?

"Bohong ya?! Lo utusannya Junkyu, kan?! Ngaku lo!" Tuding Haechan menuduh sosok tersebut.

"Heh, walaupun aku setan, aku bukan pembohong."

"Mana ada penjaga sejelek─hmph!"

Jaemin nyengir setelah menyumpal mulut Haechan dengan kaos kaki miliknya. "Hehe, maaf ya mba, temen saya emang gak ada akhlak kalau ketemu setan."

Sosok itu mendengus. "Tolong berkaca, kamu juga gak ada akhlak di depan temen-temen kamu waktu itu."

"Kok tau?!"

Sosok itu tersenyum lebar, memperlihatkan bibirnya yang robek sambil mengibaskan rambutnya. "Tau dong, kan Tuan Bomin yang kasih tau. Biar kukasih tau kamu, Tuan Bomin sempet ngata-ngatain kamu."

"Wah, gak bisa dibiarin nih," celetuk Jaemin berpura-pura marah.

Haechan mengernyit, ini si Jaemin kenapa malah ngobrol sama hantunya? Kan mereka harus membawa Bomin ke rumah sakit penyihir.

"Woi Jaem, ayo bawa si Bomin. Nanti Junkyu dateng gak cuma Bomin yang kayak gitu, kita berdua juga."

"Oh iya, maaf Chan maaf! Ayo ke rumah sakit sekarang!"

"Kalian yakin mau keluar dari sini, sekarang?"

Haechan bergidik. "E-emang kenapa?"

Sosok itu menunjuk keluar jendela. "Hantu badut itu ada di depan sana, ngawasin rumah ini. Kalau kalian ketahuan, nanti hantu badut itu pasti masuk ke dalam rumah. Terus ke kamar, terus tangkap kalian... hihi."

"Terus gimana, dong?"

"Jaemin, kamu kan penyihir. Coba teleportasi pakai sihir, bisa gak? Kalau gak bisa, ya udah nasib."

"Oh, bisa bisa!" Seru Jaemin menjentikkan jari, lalu mengeluarkan tongkat sihirnya. "Chan, pegangan ya, pegangin Bomin juga."

"Loh, harus banget pegangan? Nanti lo baper gue gak mau tanggung jawab, ya."

"Serius woi, cepetan!"

"Ck, dari tadi kan bisa."

"Banyak omong lo."

"Lo yang banyak omong! Ayo ke rumah sakit!"

Sosok itu tertawa melihat tiga manusia di depannya menghilang dalam sekejap mata. Dasar, untung saja mereka cepat-cepat pergi.

Soalnya, hantu badut itu berjalan ke jendela, lalu membuka jendelanya dan mengintip ke dalam.




































































Renjun berlari dengan kening penuh keringat, buku di genggamannya harus dia berikan kepada Jaemin. Tapi masalahnya, sekarang dia dikejar hantu penyihir!

Sial, terbebas dari penyihir seperti Woobin, taunya malah dikejar penyihir yang lain, bahkan sudah mati.

Apalagi hantu penyihir itu melayang dengan sapu terbangnya, cekikikan seraya menjulurkan tangan berusaha menggapainya.

Tuh, hantu aja pantang menyerah menggapai dan mengejar, kalian juga dong.g





Gubrak!





"Aduh!"

"Loh, Renjun?!"

"Loh, Sunwoo!"

Hantu penyihir itu berhenti, tawanya sirna dalam sekejap. Melihat Yoshinori menatapnya tajam dengan mata hitam kemerahannya, entah kenapa dia ketakutan.

Auranya berbeda dengan aura manusia biasa, pasti dia keturunan makhluk lain.

"Wah, ternyata ada hantu lagi, ya?" Yoshi mendongakkan kepala, mengeluarkan pedang esnya dengan santai, membuat hantu penyihir itu semakin ketakutan.

Sekarang dia tahu, Yoshi adalah keturunan iblis!

"Sayangnya, gue gak bisa nih bunuh lo," lanjut Yoshi memutar-mutar pedangnya.

"Loh, kenapa?!" Tanya Sunwoo terkejut.

"Soalnya jarak kita jauh, sini deketan, biar enak nebasnya, hehe."

"Hiih, seram sekali!" Pekik hantu tersebut lalu memutar arah dan terbang menjauh dari sana.

"Lah... mempan dong..."

Yoshi garuk-garuk kepala. Padahal tadi dia sengaja mengerjai hantu itu loh... tidak disangka dia benar-benar takut.

"Renjun, kenapa lo masih hidup?!" Tanya Sanha menganga tak percaya, menatap horor pemuda berkacamata bulat itu.

"Ceritanya panjang," jawab Renjun acuh tak acuh, lalu menatap Yoshi dan Sunwoo. "Ayo cari Jaemin, disini bahaya."

"Enak aja, gak boleh!" Larang Sanha. "Kalian itu harus ma-"

"Lo mau gue bunuh?" Potong Yoshi menodongkan pedangnya.

"Bunuh aja! Gue gak peduli!"

"Ohh, lo mau bernasib sama kayak Felix, ya... boleh deh."

"Yoshi, tahan emosi lo! Kita harus susul Jaemin sekarang, kita gak punya banyak waktu!" Seru Renjun mencegah. "Waktu kita cuma sampai besok pagi, kalau semuanya gak selesai, kita tamat!"

"Dih, kok gitu!" Sunwoo mendelik. "Kalau gitu ayo, tinggalin aja Sanha sama Jungmo disini."

"Heh, lo pikir gue bakal biarin kalian per-"

"Sanha, diam atau gue potong lidah lo," ancam Yoshi tak main-main, membuat Sanha langsung diam.

"Jaemin ada di rumah Bomin. Kalau dia gak ada disana, itu tandanya dia pergi ke rumah sakit penyihir di deket rumah Yoonbin, ayo!"

"Njun..."

"Ya? Kenapa, Sun?"

"Woobin... hidup lagi?"

Renjun mengangguk. "Iya, karena itu kita harus ce-"

"Berarti, yang di ujung jalan sana beneran Woobin, dong?"

"H-hah?!"

"Yah, kenapa harus dikasih tau sih, Sun?" Tanya Woobin dari posisinya, dengan sebagian wajah yang gelap karena berdiri tepat di bawah lampu jalan. "Jadi gagal deh kejutannya, padahal mau langsung gue bunuh semua."

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang