33

41.9K 11.5K 6.7K
                                    

Ding Dong... Ku datang padamu

Bukalah pintu

Tak mungkin sembunyi dariku

Ding Dong... ku datang padamu

Bukalah pintu

Kau tak bisa lari dariku

Dari balik jendela

Ku tatap erat wajahmu

Kau diam membeku

Ku datang mendekati mu

Ding Dong... Ku datang padamu........


Nyanyian Junkyu terdengar begitu lembut, pelan, namun mengerikan. Tongkat sihirnya mengeluarkan percikan berwarna merah, semerah darah.

Kakinya melangkah dengan tempo lambat, menyusuri seluruh ruangan yang ada. Senyuman miringnya muncul, puas setelah membunuh seseorang.

Ibu Bomin, tewas di pintu utama karena melarangnya masuk.

Hhh, padahal dia tidak mau membunuh orang tua, apalagi seorang ibu. Tapi gimana ya, ibu Bomin itu tahu siapa dirinya, melarangnya masuk untuk bertemu dengan anaknya. Jadi ya... Junkyu bunuh saja, daripada berdebat dan membuang waktu.

"Bomin~ lo dimana~? Gue tau ada Jaemin dan Haechan juga disini~ ayo keluar~ sini, gue mau mutilasi badan orang nih~ ayo dong, jangan takut~ hihihi."

Lampu menjadi mati-nyala, berkedip terus menerus seiringan dengan langkah kakinya. Tangannya memutar tongkat sihirnya dengan riang, sementara tangan kirinya mengenggam sebuah pisau yang ia ambil dari dapur.

Senandung terdengar menyeramkan, ditambah lagi sekarang sedang hujan petir. Jaemin dan Haechan yang sedang bersembunyi di kolong kasur tentunya bersama Bomin merinding mendengarnya.

"Ayo keluar~ kita main bunuh-bunuhan~"

Jaemin memutar otak, memikirkan cara agar Junkyu kalah. Bomin masih pingsan, tidak menunjukkan tanda-tanda ingin bangun. Haechan diam, gemetaran mengenggam pedang milik Bomin dengan erat.

Mereka bertiga ditutupi jubah tak terlihat, mereka aman, tapi pasti hanya sementara saja.

"Hihi, kalian harus mati~ supaya permainan bisa terus berjalan~ hahaha!"

Bayangan mendekat ke depan pintu kamar Bomin, terlihat dari celah di bawahnya, bayangan tersebut berhenti. Jaemin dan Haechan meneguk salivanya kasar, keringat dingin bermunculan.

Suasana ini... persis seperti apa yang ada di film horror.

Krieettt

Pintu terbuka. Dari kolong kasur, mereka berdua bisa melihat kaki Junkyu, masuk ke dalam kamar. Nafas keduanya tercekat, badan mendadak mematung, jantung berdegup kencang.

"Wah, kamarnya rapi juga. Kalau diberantakin... kira-kira kalian bakal keluar gak, ya?"

Junkyu cekikikan, mengangkat tongkat sihirnya. Namun, ia urungkan, tongkat sihirnya ia masukkan ke balik jaketnya.

Dan pisaunya ia angkat.

"Bomin~ Jaemin~ Haechan~ keluar dong. Jangan kacangin gue, dikacangin itu gak enak loh. Kecuali martabak sih, hehe."

Deg! Deg! Deg!

Dapat mereka lihat Junkyu berhenti mengitari kamar, berhenti tepat di depan kasur tempat mereka bersembunyi.

Apakah mereka akan ketahuan? Apa ini akhir hidup mereka?

"Ya ampun, lo berdua ngapain kesini?" Tanya Junkyu tiba-tiba, pada hantu badut dan hantu penyihir yang tiba-tiba muncul di luar, dari depan jendela.

"Felix telah mati, dibunuh oleh iblis itu."

"Woah, beneran? Bagus dong, jumlah pemain semakin sedikit, itu tandanya permainan akan selesai," kata Junkyu berdecak kagum.

"Kami ingin membantu tuan untuk membunuh mereka."

"Gak perlu." Junkyu menggeleng menolak. "Lebih baik kalian cari siapa aja yang bakal main setelah mereka semua mati, mungkin adik kelas gue bisa kali ya..."

"Baik, tuan. Kami permisi."

Junkyu mendengus, kenapa dirinya terlihat seperti bos besar dari sebuah perusahaan? Ckck, ada-ada saja.

"Hhh, mereka kemana, ya?" Tanyanya seraya memandang kasur Bomin. "Kalian berhasil lolos kali ini, sebentar lagi pagi, gue males cari gara-gara di pagi hari."

Setelah itu, Junkyu menghilang dari sana. Jaemin dan Haechan serentak menghembuskan nafas lega, akhirnya dia pergi juga.

"Jaem, ayo pindahin Bomin ke kasur."

"Iya, Chan. Pelan-pelan."

Keduanya membopong Bomin ke atas kasur, kemudian duduk di sampingnya dengan lesu. Kapan permainan akan selesai? Apa mereka masih bisa hidup? Entah kenapa, mereka tidak yakin.

"Kira-kira, Renjun gimana, ya..."

"Ayo posthink, dia pasti baik-baik aja."

Krieetttt

Keduanya membeku. Pintu lemari Bomin terbuka lebar tiba-tiba, memperlihatkan isinya yang kosong, namun gelap.

Sontak saja keduanya memasang posisi siaga, Jaemin bersiap dengan tongkat sihirnya.

Krak!

Haechan tersentak. Tangan keluar dari dalam lemari, tangan penuh koreng dan luka bakar. Kukunya panjang, kotor dan tidak utuh. Patahan tulang terdengar mengilukan, disusul keluarnya kepala dari dalam sana.

"J-Jaemin... i-itu apaan?"

Sesaat sosok itu berhenti, terdiam dengan kepala tertunduk. Sampai akhirnya, sosok itu mendongak, menatap mereka dengan mata hitam penuh darahnya.

Merangkak keluar dari dalam lemari, menuju kasur tempat mereka berada.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang