22

44.4K 12K 9.6K
                                    

Dia menghempaskan badannya ke ranjang, menatap langit-langit kamarnya yang berwarna biru laut dengan lukisan ombak dan awan, sangat indah.

Sesaat ia diam, lalu duduk menghadap cermin. Dia menghembuskan nafas panjang seraya bangkit menuju meja belajarnya.

Tangannya bergerak ke kepala, meraba rambutnya, kemudian melepas jepit rambut kecil, baru melepas wig yang ia pakai.

Dia menatap lurus cermin, ah tidak, lebih tepatnya menatap pantulan dirinya. Rambut putihnya terlihat mencolok, sangat putih, seputih salju.

Dia menyunggingkan senyum miringnya, rupanya aktingnya cukup bagus sehingga tidak ada yang tahu kalau ialah anak keturunan panglima kerajaan itu.

"Soobin, Yoonbin, Haechan, dan Seunghwan. Ternyata ramalan Eric gak salah, mereka berempat beda dari yang lain."
























































"Jadi, lo yakin kalau orang yang ngatur permainan itu dia, Sun?"

"Ya, gue yakin. Tapi, gue curiga dia nyiapin segala cara untuk nyangkal tuduhan nanti."

"Terus, permainan ini bakal terus lanjut sampe semua mati?"

Sunwoo mengangguk menjawab pertanyaan Sanha. Benar, tujuan permainan ini adalah membunuh mereka semua, tentu saja akan berlanjut.

Kecuali ada cara untuk menghentikannya.

"Kalian tau gak, sebelum Junkyu hilang, dia sempet kasih tau sesuatu," kata Sanha mulai serius, tidak melawak seperti biasa.

"Apa?"

"Katanya, pas tidur dia ngerasa ada orang di sampingnya, kayak dibacain mantra gitu. Gak tau juga sih, habis itu dia bilang kalau dia liat Yangyang."

"Hah?" Yoshi sampai menganga karena kaget. "Serius lo? Arwahnya Yangyang?"

"Mana gue tau! Tanya aja sih ke Junkyunya, emang gue paraabnormal."

"Paranormal, Sanha! Mau gue jejelin cabe hah?!" Seru Sunwoo emosi.

"Ya maaf, kan mau membekukan suasana," cibir Sanha cemberut.  "Eh tapi, kalian tau sesuatu tentang yang lain, gak?"

"Gue tau sesuatu, Yoonbin kan anak paranormal," ujar Yoshi tiba-tiba. "Gue temen dia sejak kecil, dia itu anak indigo yang punya kemampuan tinggi karena menurun dari orang tuanya."

Mata Sanha langsung berbinar-binar. "Wih, berarti Yoonbin bisa ramal masa depan dong?"

"Enggak lah, ya kali." Yoshi geleng-geleng kepala. "Dia itu suka tolong orang, pekerjaan sehari-hari, kadang dikontrak juga. Makanya dia jarang ngumpul sama kita, karena ya gitu."

"Berarti dia salah satu orang yang diincer, dong?" Duga Sanha. "Soalnya, dia bisa aja hentiin permainan karena punya kemampuan."

"Bener juga," gumam Sunwoo.

"Kalian mau cari tau tentang Jaemin, gak?" Tanya Jungmo yang sejak tadi diam menyimak. "Kita tanya alasan dia bersikap santai seolah-olah semua ini adalah hal yang biasa. Gimana kalau dia tau sesuatu?"

"Boleh, tapi ke tempatnya Soobin, Jeno, sama Felix dulu, ya. Mereka kasih kabar, mereka ketemu Junkyu sekaligus mayat Chani," jawab Sanha seraya berdiri untuk bersiap.

"M-mayat?!"

"Iya, Chani dimutilasi, gak tau sama siapa. Dan Junkyu kayak orang kesurupan, gak jelas gitu."

"Ada yang gak beres," kata Jungmo lalu mengambil jaketnya. "Ayo kesana, gue mulai dapet pencerahan. Tapi gue gak bisa kasih tau kalian, karena gue belum punya bukti."

"Gue gak ikut ya, capek," keluh Sunwoo memelas, Yoshi mengangguk saja.

"Gue juga, gue mau cari Yoonbin," timpal Yoshi seraya mengambil kunci motornya. "Nanti gue kasih tau, gue buru-buru."

"Oke, Yoshi."

Sejenak ia menatap Sanha, lalu berlari keluar untuk menemui Yoonbin dan menanyakan beberapa hal.

Yoshi tidak tahu kalau ada yang tertawa diam-diam karena berhasil merusak rem motornya tanpa sepengetahuannya, haha!



























































"Beneran, Wan?"

"Ya beneran lah, Bin. Permainan diubah, setan-setan itu gak lagi ikut campur. Sistemnya diubah, kertas itu gak berguna sekarang. Kita gak bakal tau siapa korban selanjutnya, kertas itu gak akan menunjukkan tanda-tanda."

"Terus... gimana?"

"Ingetin semua temen lo, jangan lengah! Kali ini bukan setan yang bakal bunuh kalian, tapi orang, manusia!"

"Ada petunjuk tentang pelakunya atau tentang anak keturunan itu?"

"Ada, anak keturunan panglima itu punya kemampuan sama kayak lo, tapi masih tersembunyi. Dan jangan fokus ke orang-orang yang rambutnya pernah dicat, cari tau temen-temen lo yang lain juga. Cari orang yang gak ketebak kalau dia baik atau jahat. Udah, itu aja."

"Kalau soal marga?"

"Gue baru liat lewat ramuan baru, yang bakal nusuk dari belakang marganya antara Lee dan Choi. Untuk  dalangnya, dia orang satu-satunya yang punya marga itu di antara kalian."

"Seunghwan!!! Kasih petunjuk yang jelas dong, di antara kita yang marganya beda sendiri itu banyak! Ada gue, Sanha, Yoshi, Jungmo, Junkyu, Jinyoung, Jaemin, au ah siapa lagi!" Seru Yoonbin kesal.

"Karena itu lo cari tau, Yoonbin ganteng. Udah ah, gue mau tidur. Oh ya, gue mau kasih tau sesuatu, tentang Jeno. Dia itu-"




DUAKH!



"Bin? YOONBIN?! HALO? LO GAK APA-APA? YOONBIN!"

Seseorang membungkuk meraih ponsel Yoonbin yang terlempar sedikit ke depan, kemudian menempelkannya di telinga.

"Sorry, temen lo gue bunuh dulu, ya."

"WOI, LO SIAPA?! JANGAN-JANGAN BENER DUGAAN GUE, LO ITU-"


Pip!


"Cih, banyak omong," decih orang itu sambil memasukkan ponsel Yoonbin ke saku jaketnya.

Dia menunduk menatap Yoonbin yang tidak sadarkan diri dengan posisi menghadap aspal. Dia menyeringai, lalu mengangkat balok kayunya tinggi-tinggi.

"Selamat tinggal, Yoonbin."





BUGH!







Dan dengan sekali pukul, kepala Yoonbin pecah, menyebabkan genangan darah tercipta membasahi sekitarnya.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now