29

42.8K 12.2K 8.7K
                                    

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.





















Bomin tak berhenti berteriak, pegangnya tak lagi ia pegang, tapi kepalanya. Rasanya sakit, seperti ingin terbelah menjadi dua. Tubuhnya juga sama sakitnya, rasanya mengerikan.

Inilah efek dari mantra terlarang crucio, seperti penyiksaan.

Junkyu cekikikan melihat itu, dia tidak mungkin kalah semudah yang mereka pikirkan. Memangnya Junkyu tidak bisa merasakan aura dari pedang itu, justru dia bisa merasakannya dari radius 50 meter.

Sudah dibilang, Junkyu adalah penyihir kelas atas. Buktinya dia dapat menghindar dari mantra avada kedavra yang Jaemin rapalkan barusan.

"Percuma lo lawan gue, Jaem," ucapnya santai. Tongkat sihirnya ia arahkan ke Bomin, berniat menyihirnya lagi. Hmm, enaknya pakai mantra apa, ya?

Ah, kalau dibunuh pasti seru.

"Jaemin, Jaemin, gue kalau jadi lo sih... gak bakal nunjukin muka, malu kekeke."

"Expelliarmus!"

Tak!

Tongkat milik Junkyu terlempar, lepas dari genggaman si pemilik tongkat. Di saat itu juga, Bomin oleng dan jatuh bersimpuh ke tanah.

Jaemin tidak akan membiarkan Bomin terkena serangan dua kali, karena itu dia menyerang Junkyu sekali lagi, dan menghampiri temannya itu kemudian merangkulnya tak lupa mengambil pedangnya.

"Apparate!"

Dalam sekejap, Jaemin dan Bomin menghilang dari pandangan Junkyu. Hal itu memancing tawa remehnya, berteleportasi seperti itu tidak akan membuat Junkyu mundur.

Sampai semuanya kalah dalam permainan, Junkyu tidak akan berhenti mencari mereka kemanapun.

"Hhh, dasar. Lo pikir dalang permainannya cuma gue, Jaem? Ckck, padahal dalang yang satu lagi ada di rumah lo buat bunuh orang yang lo sembunyiin dari kita semua."
































































Disinilah Jaemin sekarang, di dalam kamar Bomin. Haechan yang kakinya baru keluar setengah dari jendela jelas terkejut dong, dia hampir jatuh tersungkur ke semak-semak kalau Jaemin tidak segera menahannya.

Bomin terbaring lemah di atas ranjang, tubuhnya pucat. Mantra itu efeknya sangat berbahaya, Jaemin perlu membawanya ke rumah sakit penyihir terdekat.

Tapi, tentu saja tidak semudah itu. Junkyu pasti datang dan menghalangi mereka, mau tak mau mereka harus bersembunyi disini sampai waktunya tiba.

"Jaem, Bomin bakal baik-baik aja, kan?"

Helaan nafas terdengar, gelengan lemah menjawab pertanyaan. Jaemin tidak dapat memastikan, karena efek mantra kutukan tersebut benar-benar berbahaya.

Dan parahnya, mantra crucio tersebut bisa berefek pada ingatan 'si korban'. Hanya keajaiban yang bisa menolongnya.

"Jaemin, kenapa lo gak jujur..."

"Maaf, Chan. Penyihir memang ditugaskan untuk sembunyiin identitasnya, tapi karena situasinya bener-bener buruk, gue bakal jujur. Ya, gue penyihir, asrama gryffindor. Banyak orang yang menduga gue anak slytherin, tapi nyatanya gitu."

"Lo tau kalau Bomin keturunannya?"

"Tau, dulu Bomin pernah masuk sekolah sihir satu tahun. Dia temen deket gue disana, dan dia sendiri yang bilang kalau dia punya pedang panglima kerajaan. Dia orangnya hebat, banyak mantra sihir yang bisa dia kuasai dalam satu hari aja, gue yang keturunan penyihir aja belum tentu bisa. Tapi, ada satu hal yang paling keren dari Bomin."

Haechan mendadak antusias. "Apaan tuh?"

"Bomin bisa pakai sihir tanpa tongkat, itu yang istimewa. Karena itu banyak yang iri dan berniat bunuh dia, tapi sebelum itu terjadi si Bomin keluar dari sekolah, gak ada yang tau alasannya apa."

"Apa mungkin..."

"Apa Jaem?"

"Itu loh."

"Apaan? Kasih tau dong!"

Raut wajah Jaemin mendadak cemas. "Apa mungkin karena Bomin..."

"Kenapa?!"

"Apa mungkin karena Bomin ganteng? AHAHAHAHA!"

Plak!

Punggung Jaemin langsung ditabok pakai buku tebal milik Bomin yang diambil dari meja belajar. Rasanya sakit cuy, mungkin punggungnya bakal merah, atau mungkin hijau.

Tidak kok, ya kali jadi hijau.

"Jaem, ada hal lain yang belum lo kasih tau ke kita semua?"

Nah kan, tepat seperti dugaannya. Jaemin terlihat terkejut, Haechan yakin ada hal penting, karena tidak mungkin dirahasiakan kalau tidak penting. Karena itu penting, saking pentingnya jadi tidak boleh ada yang tahu. Kalau dikasih tau berarti tidak penting, apa sih.

"Iya Chan, gue belum kasih tau lo kalau gue belum bayar utang soto ke Pakdhe Mamat."

"Kenapa sifat gue jadi ketuker sama sifat lo, sih?" Kesal Haechan. "Cepet kasih tau, gue kepo nih!"

"Iya iya, tapi habis itu lo anter Bomin ke rumah sakit penyihir, ya. Gue gak bisa ikut karena harus halangin Junkyu."

"NJIR, JADI JUNKYU DALANGNYA?! KENAPA LO GAK BILANG DARI TADI?!"

"LO GAK TANYA, GUE JUGA BARU INGET."

"YA UDAH LAH, CEPET KASIH TAU YANG MAU LO KASIH TAU!"

"Oke, tapi jangan sampai bocor, ya. Bahaya kalau Junkyu tahu, nanti kita gak bisa selesaiin permainan," bisik Jaemin.

"Sip, gue mah orangnya gak ember."

Jaemin percaya saja, belum tau saja kalau Haechan pernah keceplosan tentang cara menyelesaikan permainan saat itu.

"Chan, di rumah gue ada orang."

"Ya pasti ada orang lah, entah itu hidup atau mati."

"Gue serius, ada orang di rumah gue, di ruangan rahasia. Cuma gue yang tau, karena ruangan itu gak terlihat."

"Ghaib dong?!"

"Gak gitu, ruangan itu udah gue kasih mantra. Lo mau tau kan siapa orangnya?"

"Ya mau lah!" Seru Haechan cepat, dia jadi gregetan sendiri.

"Sebenernya, orang ini sembunyi di rumah gue sejak berita kematian Hyunjin."

"Hah? Siapa? Dia temen kita?"

Jaemin mengangguk.



























































"Iya, dia Renjun, Huang Renjun."

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now