24

41K 12K 7.6K
                                    

Ah, sekarang Soobin paham mengapa ia bisa melihat cahaya merah dari atas kepala sampai kaki temannya itu. Sekarang dia tahu, dia tahu siapa Jeno.

Tapi dia tidak akan gegabah, dia harus menelpon satu atau dua temannya untuk datang. Karena bila ia sendiri, nasibnya akan buruk.

Kematian bisa datang padanya bila ia mengatakan hal itu sekarang juga.

"Jeno, gue tanya sekali lagi, lo itu siapa?!" Tanya Felix emosi, merasa muak dengan sikap Jeno yang sangat aneh itu.

"Gue Jeno lah! Lee Jeno!"

"Jeno yang gue kenal gak kayak gini, lo itu siapa?! Jawab!"

"Dibilangin batu banget sih, gue Jeno!"

Diam-diam, Soobin memungut ponselnya dan mencari kontak dua orang temannya. Beruntung ponselnya bisa menyala, kalau tidak habislah dia.




C. Soobin
jinyoung, bisa ke tempat|
gue sekarang? 
Read




Nah, satu orang sudah. Sekarang satu orang lagi, dengan begitu dia bisa membongkar siapa sebenarnya Jeno yang ada di depannya. Dia juga khawatir, cahaya merah itu semakin terang ketika berdebat dengan Felix.

Kasihan Junkyu, pingsan tapi malah dibiarkan saja.







C. Soobin
Bomin, ke tempat|
gue sekarang 
Gue berhasil nemu|
kejanggalan yang  
lo maksud 




N

ah, sudah selesai. Sekarang, Soobin hanya perlu menunggu kedatangan mereka berdua dan memberi tahu Felix.

Karena jujur, perlahan-lahan Soobin merasakan sosok Jeno mengeluarkan aura gelap yang tidak bisa dideskripsikan.

Dan kenapa Soobin meminta Jinyoung dan Bomin? Karena dia tahu, kalau akan ada yang datang ke rumah keduanya untuk membunuh mereka.

Karena itu, biarkan mereka kesini, sebelum orang itu berhasil membunuh keduanya.















































Namun, bagaimana jika ia salah?


























































Seunghwan kelabakan mencari buku yang berisi detail-detail ramuan yang ia punya. Panik melandanya, dia harus cepat mencari buku itu untuk menciptakan ramuan baru agar setan-setan itu tidak datang ke rumahnya.

Sistemnya memang diubah, tapi tentu saja setan-setan itu tidak akan diam. Seunghwan tau mereka menuju ke rumahnya, karena Seunghwan tahu sesuatu.

Hhh, kepalanya ingin meledak saking frustasi dan bingungnya.

"Duh, gue taruh dimana sih bukunya?!"

Benda-benda di depannya ia singkirkan secara asal, entah itu terbuat dari kaca, plastik, tanah liat, dan lain-lain.

Buku itu jauh lebih penting. Selain berisi tentang ramuan, di dalam buku itu juga tertulis ciri-ciri lain si pemilik pedang.

Tapi sialnya, buku tersebut tiba-tiba hilang, entah dimana letaknya. Padahal Seunghwan menaruhnya di meja dekat pot bunga, tapi tidak ada disana.

"Apa jangan-jangan..."

Tongkat sihirnya ia ambil, lalu mengangkatnya ke segala arah. Percikan cahaya keluar dari tongkatnya, bersiap untuk mengeluarkan sihirnya.

"Cari ini?"

Dari kegelapan, seseorang melangkah keluar dari ruangan penyimpanan tumbuhan-tumbuhan penting untuk kebutuhan ramuan.

Kaos hijaunya terlihat lebih awal sebelum wajah, dan ia berhenti tepat ketika cahaya mulai menyorot lehernya.

"Lo siapa?! Kenapa lo bisa masuk?!"

Tongkat sihirnya masih ia arahkan ke depan, tidak berpindah posisi seinci pun.

Orang itu terkikik geli, Seunghwan terlihat lucu ketika panik seperti itu.

"Gue orang yang lo pikirkan sejak tadi," jawab orang itu, lalu maju keluar dari kegelapan.

Dan saat itu juga, Seunghwan menyebutkan mantra hingga sihir muncul dari tongkatnya. Namun, orang itu bisa menepis sihirnya dalam sekejap dengan tongkat sihir miliknya.

"Gue penyihir kelas atas, lo gak mungkin mampu kalahin gue," ujarnya sombong, lalu menyebutkan mantra dan mengarahkan tongkatnya ke Seunghwan.

Oh tidak, orang itu menggunakan sihir agar Seunghwan tidak bisa bergerak dan berbicara.

"Gue gak nyangka lo inget gue, Wan. Gue pikir... lo udah lupain gue. Tapi gue juga gak peduli, lo mati gue seneng. Simple banget, kan?"

Seunghwan menatap nyalang orang itu, ia tidak menduga kalau ia akan datang secepat ini ke rumahnya.

"Soobin udah tau siapa Jeno yang lagi bareng mereka, sayang banget akting gue sebentar lagi selesai. Itu tandanya tahap ketiga akan dimulai, tahap saling membunuh, dan gak boleh ada yang bertahan."

Orang itu terkekeh lalu menepuk-nepuk pundak Seunghwan. "Sayang banget dugaan lo ada yang meleset. Asal lo tau, orang yang bakal nusuk dari belakang masih ada tiga orang lagi, dan lo baru tau satu. Kasian, kayaknya sebentar lagi lo bakal denger kabar kematian nih."

"Sanha, Jungmo, dan... siapa ya? Hihi, kasian otaknya buntu, jadi gak bisa tebak deh siapa yang terakhir. Lo juga gak bisa kasih tau yang lain kalau gue dalangnya, kan? Haha, jangan marah dong, gue kan main-main doang."

Seunghwan menggeram marah. Dalam hati ia terus menyebutkan mantra, tapi mantranya tak berpengaruh pada sihir orang itu. Sial, dia benar-benar penyihir kelas atas.

Dia tidak bisa mencapainya, mungkin harus naik tangga atau lift, ya kali.

"Soal Jeno... kayaknya lo udah tau ya kalau Jeno sebenernya udah mati?" Tanya orang itu disertai senyum lebarnya. "Duh, gue capek ngomong. Lo langsung gue bunuh aja, ya."

Orang itu mengangkat tongkatnya, lalu menempelkan ujungnya ke kening Seunghwan, pemuda itu meronta-ronta mengeluarkan suara tertahan agar ia tidak melakukannya.

Tapi sayangnya, orang itu tidak peduli.

"Tik tok tik tok, waktu sudah habis. Selamat tinggal, tangan kanannya Jaemin."































































Bomin berlari secepat mungkin menuju lokasi. Berdasarkan lokasi yang dikirim, sebentar lagi ia akan sampai. Dia juga melihat motor Jinyoung di depan sana, menuju arah yang sama.

Firasatnya mengatakan, telah terjadi sesuatu yang buruk disana. Dia yakin.

Dan ternyata benar, seharusnya ia datang lebih cepat.

Jinyoung pun terkejut melihat apa yang ada di depannya.





































































Sosok Jeno... perlahan tergantikan dengan wujud manusia bertanduk dengan pupil mata merah menyala.

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Where stories live. Discover now