30

43.7K 12K 7.1K
                                    

-Flashback-



"Njun, kita harus gimana nih?" Tanya Jaemin tidak tenang, sejak pagi dia tidak bisa berpikir jernih. Renjun akan menjadi target selanjutnya, tentu saja ia tidak tenang.

"Gak apa-apa kok, Jaem. Kalaupun gue jadi target selanjutnya, seenggaknya lo udah tau cara selesaiin permainan," jawab Renjun setenang mungkin. Tapi matanya tidak bisa berbohong, dia cemas.

"Gue ada ide," usul Jeno. "Jaem, lo bisa buat duplikatnya Renjun, kan? Dengan begitu gak ada yang tau kalau nanti Renjun baik-baik aja."

"Gak semudah itu, Jen." Jaemin menggeleng lesu. "Mantranya gak bakal bertahan lama, apalagi setelah duplikatnya dikalahin. Dia bisa langsung hilang, itu bakal mancing kecurigaan."

"Atau enggak lo bikin boneka yang mirip gue, tapi pake sihir," kata Renjun ikutan memberi usul.

"Cih, lo pikir boneka sama kayak manusia?" Jaemin mendecih kesal. "Kalau kayak gitu langsung ketauan, satu-satunya cara adalah pakai ramuan polyjuice. Tapi gue gak mungkin pake itu."

"Kenapa?"

"Harus ada orang yang mau minum itu, otomatis orang itu bakal mati karena nyamar jadi lo, Njun. Gue gak mungkin korbanin orang lain, pasti ada cara lain."

"Kalau gak ada? Terpaksa harus pake ramuan itu, kan?" Tanya Jeno, membuat Jaemin langsung bungkam.

Sejenak suasana menjadi lengang, Jaemin diam memikirkan segala cara untuk melindungi Renjun. Renjun orang penting, bahaya kalau dia tiada, siapa yang nanti akan membantu mereka menyelesaikan permainan?

"Jaem," panggil Jeno.

"Apa?"

"Lo... lo boleh kasih ramuan itu, biar gue yang minum."

Jaemin terbelalak. "Heh, jangan gila deh, pasti ada cara lain!"

"Gue rela mati demi temen gue, Na. Percaya sama gue, Renjun bakal baik-baik aja."

"Gak usah sok jadi pahlawan," ucap Renjun. Dia tidak meremehkan, tapi marah karena Jeno ingin berkorban demi dirinya. Mereka masih punya cukup waktu untuk berpikir, tapi Jeno langsung memutuskan tanpa memikirkannya.

"Jen, gue gak tau kenapa lo tiba-tiba pengen-"

"Gak apa-apa, keputusan gue udah bulat."

Jaemin terdiam, bila Jeno berkata demikian, itu tandanya dia serius dengan keputusannya. Tapi, dia tidak bisa membiarkan Jeno menggunakan ramuan itu.

Namun, Jeno tetaplah Jeno. Dia tidak akan mengubah keputusannya, dia yakin dengan apa yang ia pilih.

"Jen, makasih banyak, ya."

Jeno tersenyum. "Sama-sama. Makasih untuk semuanya, Jaem, Njun. Tolong bilang ke yang lain, ya."


-Flashback End-



































































"Jadi, Renjun yang meninggal pas bareng Jisung itu sebenernya... Jeno?"

Jaemin mengangguk pelan, kepalanya tertunduk. "Dan gak taunya ada iblis yang ambil badan dia buat dijadiin media untuk nyerang, untung gue tau hal itu."

Haechan benar-benar tak percaya, jadi selama ini mereka semua salah mengira kalau Renjun sudah tiada? Wah, bagus sekali aktingnya Jaemin.

"Renjun dikabarin meninggal dan tangannya putus, kan? Ah enggak, lebih tepatnya Jeno. Iblis itu gak cuma-cuma ambil badan Jeno, dia juga sambungin tangannya lagi. Makanya semenjak itu si Jeno suka pake jaket, itu untuk nutupin bekasnya."

"Tapi kan kata lo Jeno nyamar jadi Renjun..."

"Iya, dia memang nyamar jadi Renjun. Tapi, disaat setan kepala putih itu pergi tinggalin mayatnya, Seunghwan dateng buat tuker mayatnya sama mayat palsu yang bener-bener dimiripin sama Renjun. Jadi, mayat Jeno gue bawa ke rumahnya, eh taunya badannya dipake sama iblis jelek itu."

Kalau boleh jujur nih, Haechan pusing dengarnya. Antara tidak masuk ke otak sama terlalu panjang dan bertele-tele penjelasannya.

"Tapi setan-setan itu dan juga iblis itu gak tau kalau sebelumnya Jeno jadi Renjun?"

"Enggak, mereka gak punya kemampuan untuk itu. Dan sampe sekarang gak ada yang tau kalau Renjun masih hidup dan ada di rumah gue."

"Kalau begitu bagus dong, kita bisa kalahin Junkyu!"

"Iya, Chan. Tapi lo gak boleh ikut, lo harus bawa Bomin. Lo bawa kartu nama gue, dan bilang Bomin temennya Jaemin. Biar kalian dibolehin masuk."

"Ehm... oke... terus siapa yang bakal-"

Drrt drrt

Getaran ponsel Jaemin memotong perkataan Haechan. Ah, ternyata Renjun.

"Halo Njun, kenapa? Ada masalah?"

"Lo dimana hah?!"

"Err... gue di rumah Bomin..."

"Tolong gue, ada orang dateng dan mau bakar rumah lo. Kalau rumah lo berhasil dibakar... GUE JUGA IKUT KEBAKAR, JAEMIN!"

"Hah?! Siapa yang dateng?! Junkyu?!"

"Dalang yang satu lagi! Dia bawahannya Junkyu, dia juga yang ngerubah sistemnya!"

"SEJAK KAPAN DALANGNYA ADA DUA? LO BOHONG, YA?"

"Terserah lo mau percaya atau enggak, kalau gue mati permainan gak bakal selesai. Lo pilih mau dateng kesini atau tetep di rumah Bomin."

"Duh, masalahnya Bomin habis kena sihir."

"Woi Njun, dalang yang satu lagi siapa?!" Haechan menyahut karena penasaran.

"Orang yang kematiannya gak logis, SEO WOOBIN!"

游戏 | 00Line ✓ [TELAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang