5| Syukuri Saja

59 13 3
                                    

Syukuri apa yang ada dalam hidup ini, hidup hanya sekali. Daripada menghabiskan waktu di dunia dengan mengeluh, lebih baik habiskanlah waktu, dengan bersyukur.

•••••••

Angel membuka pintu rumahnya dengan kasar, kemudian berjalan masuk dengan santainya, tanpa mengucap salam terlebih dahulu pula. Kakinya ia langkahkan dengan santai, melewati dua orang yang kini tengah duduk di meja makan. Berpura-pura seolah tak melihat kedua manusia itu di sana.


Angel memilih bersikap abai. Toh juga, buat apa dia bersikap sopan? Angel rasa, mungkin itu tak akan ada gunanya. Dia beropini bahwa di Dunia ini, dia tak pernah mendapat kasih sayang. Sama sekali, tidak.

"Angel, sini dulu nak."

Angel bersikap seolah-olah tak mendengar apa yang wanita paruh baya itu katakan. Memilih bersikap acuh tak acuh saja dengan apa yang ada di hadapannya sekarang.

Kakinya terus melangkah menaiki tangga. Seolah benar-benar tak mau menggubris permintaan dari wanita yang melahirkannya ke Dunia. Pertengkaran yang selama ini Angel dengarkan, rasanya memang telah mengubah kondisi hati dan pemikirannya.


"ANGEL!"

Kini berganti, suara bariton itu yang di dengar. Semakin membuat Angel menjadi muak. Drama akan segera dimulai, pikirnya.

"Oke!" ujar Angel dengan nada malas. Sungguh, berbicara dengan sepasang suami istri di hadapannya ini rasanya memang memuakkan. Oh ya, bahkan Angel tak menyangka kalau kedua orang ini masih ingat dengan namanya.


"Duduk nak," titah sang ibu.

Angel hanya menurut. Duduk di salah satu kursi dengan memasang wajah kesal. Terserah apa yang kedua orang ini bicarakan. Angel mungkin hanya akan mendapat wejangan, dan ya, itu akan terasa seperti angin lalu untuknya.

"Kita mau bicara sama kamu nak."

"Hm."

Angel hanya bergumam. Berpikir, mungkin mereka berdua hanya akan memberinya ceramah panjang lagi seperti biasanya. Oh ya, tentunya Angel sudah sangat paham dengan ini semua.

"Minggu depan kami akan memulai sidang perceraian. Kamu bisa putuskan mulai dari sekarang, mau tinggal sama ibu, atau sama ayah."

Deg!

Angel terkesiap. Matanya membola, beralih menatap kearah ayahnya yang baru saja bicara, kemudian pada ibunya yang kini tengah menatapnya.

Semua orang disini gila?!

"Kalian gila?!"

Sang ibu menggeleng. Angel segera mengubah ekspresinya, tatapannya kini menyiratkan kekecewaan.

Sudah retak, pecah juga.

Sudah sering mendapat omelan, kini hatinya patah juga. Impiannya untuk mendapatkan keluarga yang harmonis dan sempurna, kini hancur sudah. Impiannya pudar, keluarganya, sudah pecah.

CERMIN [END]Where stories live. Discover now