19| Dia, Siapa??

29 10 0
                                    

Allah meminta hambanya untuk saling mengingatkan. Tapi jika orang yang disayang saja berbuat kesalahan, lalu di manakah ia akan meletakkan wajah di hadapan Tuhan?

••••

"Lo mau bawa gue kemana sih sebenarnya?" gerutu Angel sementara Diva yang sedari tadi menarik tangannya kini bersikap seolah tak peduli sama sekali. "Lo bawa gue tiba-tiba kayak gini. Ada niat buruk ya lo sama gue, hm? Lepasin njir!"

"Ck! Bacot banget sih lo! Dah lah ikut gue aja. Gue jamin lo nggak akan nyesel." Diva menunjukkan senyuman sinisnya sementara Angel malah memutar bola matanya jengah.

Ini sudah lebih dari pukul delapan pagi, dan Angel baru saja menyadari sesuatu. Mira akan menyampaikan motivasi hari ini, dan Angel pasti telah melewatkan acara tersebut.

Ia mengembuskan napasnya kesal. Salahkan Diva yang dengan tiba-tiba mengatakan pada Angel bahwa dirinya dipanggil Pak Seto ke Ruang seni budaya, dan malah berakhir dengan membawanya keluar dari Sekolah, berputar-putar selama lebih dari setengah jam.

Awas saja kalau semisalnya tujuan Diva membawanya berputar-putar sekarang bukanlah hal yang penting. Angel pastikan dia pasti akan marah besar.

Langkah Diva terhenti, sedangkan Angel pun ikut-ikutan mengikuti. Keduanya berhenti tepat di Lapangan yang sering digunakan untuk pelajaran olahraga. Terlihat rumput-rumput pendek dengan tinggi yang tak lebih dari lima centimeter, yang sedikit basah akibat hujan tadi Malam.

Semilir angin berembus, sedikit mengibar-ibarkan kerudung yang Angel kenakan. Di Lapangan itu tak ada yang spesial, hanya ada ia dan Diva disini. Setelahnya, kosong.

"Lo mau bohong sama gue, hm? Kata lo ini hal yang penting, tapi dengan bodohnya lo bawa gue ke Lapangan deket Sekolah yang jaraknya cuma beberapa menit tapi lo, ngajak gue muter muter setengah jam? Maksud lo apaan sih, sat?"

Wajah Angel tampak penuh dengan luapan emosi, sementara Diva hanya tersenyum miring.

"Gue enggak berbohong sama lo. Percaya sama gue, hadiah lo bakal dateng sebentar lagi. Jadi sementara itu, gue pergi dulu. Bye."

Diva berjalan pergi dari Lapangan, sementara Angel menatapnya tajam. "Awas lo Div!"

Namun ketika Angel hendak menyusul Diva pergi dari Lapangan itu, sebuah suara bariton telah terlebih dahulu membuatnya berhenti berjalan.

"Hai, Njel."

Ketika Angel menoleh ke arah sumber suara, seketika Dunianya, seolah terhenti begitu saja.

••••••

Mira turun dari Panggung acara dengan raut wajah lega, sambil menghela napas pelan, gadis itu tersenyum tipis. Perasaan bahagia kini menyelimutinya, menjadi seseorang yang ada di balik perubahan ribuan orang adalah sesuatu yang selama ini menjadi impiannya.

Pengumuman pemenang lomba motivasi akam diumumkan esok pagi, dan jujur saja, Mira tak pernah berharap akan menang dalam lomba ini. Niatnya sejak awal hanya ingin membantu seseorang mengetahui baik dan buruk, hanya itu.

Dan satu hal yang menjadi tujuannya hari ini, adalah ia yang ingin mencari di mana keberadaan sahabatnya. Gadis itu sama sekali tak bisa dihubungi sedari tadi, membuat Mira khawatir, takut bila tiba-tiba terjadi sesuatu pada sahabatnya itu.

Mira berjalan menyusuri Koridor, hendak melangkahkan kaki menuju Perpustakaan. Opininya mengatakan, bahwa mungkin siapa tahu, Angel sedang ada di sana.

"Stop!" Mira menghentikan langkahnya ketika tiba-tiba Diva berdiri menghalangi jalannya dengan senyum smirk yang ia tunjukkan.

Dengan kebingungan, Mira mengernyitkan dahinya. "Kenapa?" tanyanya pelan.

CERMIN [END]Where stories live. Discover now