7| Seorang Sahabat

53 12 3
                                    

Karena seorang sahabat, lebih baik dari seorang kekasih. Karena ia menyayangimu, tanpa ada kata 'memilih'

••••••

Cuaca dingin di pagi hari, tampaknya benar benar sebuah kenikmatan yang haqiqi untuk para manusia yang singgah di bumi, untuk berlabuh dalam alam mimpi.

Mira yang kini tengah kedatangan tamu bulanan pun tampak tengah asyik merebahkan diri, bersemayam di dalam mimpi. Sungguh, godaan setan untuk tetap terpejam memanglah sebuah hal yang sulit untuk di halau.

Mira pun seperti itu.

Jangan pernah mengira Mira seorang yang sempurna karena pintar, rajin, bijaksana, dan pandai berkata. Sungguh, segemuk gemuknya ikan, pasti ada tulangnya.

Seperti pagi ini, godaan nikmatnya rebahan, seolah tak mampu untuk Mira tangkis. Setidaknya, mumpung sedang halangan, pikirnya.

Bola matanya mengerjab, merasa terganggu dengan suara-suara gedoran pintu yang sedari tadi ia dengar.

Mira kira, itu tikus. Tapi kalau tikus, kenapa durasi ketukan itu cukup lama?

Mira mencoba abai terhadap suara tersebut, namun saat itu juga sebuah suara kini menyentaknya, hingga membuat matanya membulat sempurna.

"ASSALAMMU'ALAIKUM YA AHLI KUBUR!"

"MAN RABBUKA?!"

"Astaghfirullah." Mira mengatur napasnya, melihat ke sekeliling dengan pandangan kalut dan napas terengah-engah.

Suara siapa itu?!

"SIAPA YA?!"

Tak ada jawaban, Mira menatap pintu kamar dengan ketakutan. Tadi itu, bukan benar-benar malaikat Munkar Nakir kan?

"IKHWAN ATAU AKHWAT?!" tanya Mira sekali lagi. Sembari tangannya mengambil kerudung yang berada di gantungan baju.

Bahaya kalau ikhwan, pikirnya.

"HEH APAAN?! MIR, GUE BUKAN TUKANG BAKWAN!" sahut seseorang dari luar.

Eh tapi, kok suaranya berubah?!

"ANDA SIAPA?!" tanya Mira yang kini telah mengenakan kerudung instannya.

"CK! GUE ANGEL."

Mira menghela napas. Angel ternyata. Eh tapi? Kenapa tadi ada suara-suara mengerikan??

Wah wah. Angel memang keterlaluan!

Tapi, kenapa juga Angel bisa masuk ke Rumah neneknya? Kenapa bisa berdiri di depan pintu kamarnya? Wah wah, nampaknya ada yang Mira lewatkan. Angel, harus menjelaskan semua.

Mira membuka pintu, ditatapnya Angel dengan senyuman tipis. "Kenapa? Tumben pagi buta sudah datang kesini."

Angel mengernyit heran. Pagi buta? Wah, Angel baru tahu, kalau jam sembilan pagi itu, bagi Mira adalah waktu pagi buta.

"Mmm, jam sembilan pagi, bagi lo pagi buta ya?" tanya Angel hati-hati.

Mira terkejut, bola matanya kini membulat sempurna. "Apa?! Jam sembilan?"

Angel mengangguk. Merasa heran juga sebenarnya, kenapa Mira seolah terkejut ketika mengetahui ini sudah pukul sembilan? Ini, seperti bukan Mira.

"Astaghfirullah, bentar bentar."

Mira bergegas menutup pintu kamarnya, dengan kecepatan ekstra segera mengambil handuk dan menuju ke Kamar Mandi yang tepat berada menyambung dengan kamarnya.

CERMIN [END]Where stories live. Discover now