18| Peranan Pemuda

21 10 0
                                    

Pemuda adalah salah satu aset yang paling berguna bagi bangsa, negara, dan agama. Tapi, kalau pemuda zaman sekarang saja kacau, lantas mau jadi apa dunia?

•••••

Bintang di langit sana tampak bersinar terang dengan indah. Mira yang tengah duduk di Ranjang Kamarnya kini tersenyum menatap bintang yang nampak cantik dari kamarnya. Di pangkuannya terdapat sebuah teks panjang yang baru saja ia selesaikan.

Besok pagi adalah hari di mana ia akan berbicara di depan banyak orang, lagi. Mira tersenyum tipis sembari menatap bintang yang masih bersinar terang. "Bismillah, pasti bisa," gumamnya.

Mira tersenyum sembari menatap sebuah bingkai pigura yang ada di atas meja. Di pigura itu, terdapat fotonya dan foto sahabatnya, Angel. Sudah beberapa bulan keduanya bersahabat, dan rasanya persahabatan ini benar-benar menguntungkan.

Mira menarik nafas pelan, matanya kembali menatap ke arah langit malam.

"Andai ibu di sana tahu. Mira bahagia Bu, Mira punya sahabat yang selalu ada ketika Mira butuh. Mira bersyukur Bu, bisa punya sahabat seperti Angel. Mira sayang dia Bu, dia sahabat terbaik Mira."

Mira tak tahu bagaimana bisa Tuhan sebaik ini kepadanya, memberikan Angel sebagai hadiah terbaik dalam hidupnya. Yang Mira tahu hanya, Angel adalah yang paling berarti dalam hidupnya setelah neneknya. Dan semoga, ia dan Angel tetap seperti ini, selamanya.

•••••

Menunggu sendirian dengan rasa gugup itu mengerikan, setidaknya itu adalah hal yang sekarang tengah Mira pikirkan. Angel tak kunjung datang padahal sekarang waktu sudah menunjukkan pukul delapan pagi. Acara akan segera di mulai dan sahabtnya itu belum terlihat sama sekali.

Mira menghela napas pelan, memilih segera masuk ke dalam ruangan di balik panggung. Sebenarnya tak apa jika Angel tak menemuinya pagi ini. Tapi seandainya gadis itu ada di sini mungkin Mira akan merasa lebih tenang setelah ini.

Kemana Angel sebenarnya? Mira menelfon tapi gadis itu tak memberikan jawaban atas panggilannya. Hanya satu hal yang bisa Mira lakukan untuk saat ini. Berdoa, dan berharap agar semuanya baik-baik saja.

Ia menarik napas kemudian mengembuskannya perlahan. Memilih membaca lagi kata demi kata dalam teks yang telah ia susun dengan seksama. Tanggung jawab kelas ada padanya, dan Mira tentu saja bertekad untuk memberikan hasil yang sempurna.

"Dan untuk acara selanjutnya, kami persilahkan ananda Almira Alisya Zahara perwakilan dari kelas dua belas Ipa dua untuk menyampaikan motivasi dengan tema, 'peranan pemuda'. Untuk ananda Mira, waktu dan tempat dipersilahkan."

Suara MC di atas panggung telah menginterupsi Mira untuk bangkit berdiri dari duduknya dan segera berjalan menuju panggung. Dalam hati, tak luput ia merapalkan doa, semoga semuanya berjalan lancar, dan apa yang ia sampaikan nanti akan bermanfaat bagi yang mendengarkan.

Microfon sudah ada tepat di hadapannya. Mira menarik nafas kemudian tersenyum tipia pada para siswa yang tengah memperhatikan. Di panggung ini tidak boleh ada kata introvert, pikir Mira.

"Assalammu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Sebelumnya terimakasih kepada pembawa acara atas kesempatan yang diberikan untuk saya berbicara dikesempatan kali ini," ujar Mira, "dan semuanya perkenalkan nama saya Almira Alisya Zahara, biasa dipanggil Mira, saya perwakilan dari kelas dua belas IPA dua, yang sekiranya akan mengatakan rangkaian kata dengan tema, peranan pemuda."

CERMIN [END]Where stories live. Discover now