14| Ibu

35 12 0
                                    

Seburuk-buruknya dia, dia tetaplah ibumu, dia malaikatmu, dan manusia pertama yang membantu Tuhan, memberikan nafas untukmu.

•••••

"Mira lagi ngapain ya di dalam? Aduh gue kok jadi kepo?" gerutu Angel, "Pokoknya Mira harus menang! Harus! Dan gue juga yakin, Mira pasti menang, pasti! Kalau Mira nggak menang, hmm ah pokoknya harus menang!"

Setiap orang yang melihat Angel bermonolog saat ini, pasti akan mengira bahwa Angel bukanlah orang waras. Di Koridor ia duduk bersama beberapa murid lain yang juga sama-sama menunggu teman mereka. Peraturan perlombaan yang memang melarang siswa dan siswi yang tidak mengikuti lomba untuk memasuki Ruangan, membuat banyak murid menjadi seperti manusia terlantar sekarang.

Angel menghela napas, menunggu memang bukanlah hal yang menyenangkan. Gadis itu memasang wajah kesal. Waktu telah tiba pada pukul setengah sebelas, harusnya dijam segini, Mira sudah keluar dari Ruangan. Tapi kenapa semuanya kini menjadi terasa lama sekali?

Gadis itu pun akhirnya memilih memainkan smartphonenya, beharap hal ini dapat mengurangi rasa bosan. Berharap juga semoga Mira mendapat hasil yang memuaskan. Sungguh, Angel benar-benar penasaran, apa yang nanti sahabatnya dapatkan? Semoga saja hasil yang memuaskan.

"Njel, makasih!"

Angel tersentak ketika tiba-tiba lengannya dipeluk oleh seseorang, dengan cepat ia pun menoleh, baru kemudian menghela napas. Ternyata, Mira rupanya.

Angel mengamati sahabatnya yang tengah memasang wajah berseri. Firasat Angel mengatakan, bahwa Mira telah berhasil. "Lo menang?" tanyanya penasaran.

Mira tersenyum tipis. "Aku--" sebelum Mira selesai menjawab, sebuah suara telah terlebih dahulu memotong perkataannya.

"Wah mbak Mira keren loh tadi! Salut aku. Selamat ya mbak!" sela salah satu murid yang nampaknya berstatus sebagai adik kelas. Mira melirik Angel yang nampak kebingungan, baru kemudian ia tersenyum tipis sembari mengangguk. "Kamu juga keren," katanya pelan.

Murid itu pun pergi, hingga kini tersisa Angel yang tengah menatap Mira kebingungan. "Lo wajib ngasih penjelasan ke gue Mir!"

Mira terkekeh pelan. "Aku tidak perlu menjelaskan, karena rasanya kamu juga sudah tahu. Aku hanya ingin berterimakasih, karena kamu, aku bisa membuktikan pada semuanya, bahwa aku bisa."

"Lo menang?" tanya Angel dengan mata berbinar. Mira tersenyum tipis, di matanya nampak sekali aura ketenangan. "Sepertinya begitu, dan semua ini, karena kamu," jawab Mira.

Angel nampak senang, sejak awal dia memang telah menduga bahwa sahabatnya ini bisa dan akan menang. "Memang praduga dari seorang Angelina Sarah Febriyana ini tidak dapat diragukan," batin Angel memuji diri sendiri.

"Nah, berarti apa yang gue omongin benar kan? Lo pasti bisa," kata Angel yang kemudian memeluk Mira, dan Mira pun membalas pelukannya.

"Aku tak akan bisa seperti ini kalau kamu tak membantu aku untuk percaya diri," balas Mira.

Persahabatan kadang memang seperti itu. Tak pernah memandang keburukan yang ada pada diri masing-masing, yang ada hanyalah, persahabatan adalah saling membantu satu sama lain.

•••••

Angel menarik napas, satu hari setelah kemarin, hari dimana ia membantu Mira menggapai impiannya memenangkan lomba, dan hari ini, adalah hari dimana ia harus memenangkan perlombaannya sendiri.

CERMIN [END]जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें