13| Mimpi Dan Tekad

31 12 6
                                    

Jika lo punya mimpi, lo juga pasti punya tekad. Gunakan tekad lo sebagai bahan bakar kendaraan untuk menggapai impian lo. Karena ya percaya sama gue, impian tanpa tekad, itu sia-sia.

•••••

Mira terduduk di bangku yang terletak di depan sebuah Kelas yang akan digunakan sebagai tempat perlombaan. Keringat membahasi telapak tangannya yang kini terasa lembab. Di sampingnya, kini ada Angel yang tengah duduk menemaninya.

"Njel, aku takut," bisik Mira. Angel pun kini menoleh, menatap Mira yang tampak grogi.

"Kenapa takut? Juri di dalam sana enggak akan makan lo kok. Santuy," kata Angel.

"Tapi tetap saja aku takut!" keluh Mira.

Angel tersenyum memaklumi sahabatnya itu. Tangannya kini mengusap tangan Mira, berharap sahabatnya tenang setelah itu.

"Coba lo bayangin Mir, jika hari ini lo berhasil ngalahin rasa malu dan ragu yang lo miliki, maka itu bakal jadi satu langkah buat lo agar bisa maju. Lo tahu? Impian lo bakal dengan mudah lo gapai, jika seumpama lo berusaha, berjuang Mir. Ayo berjuang!" terang Angel.

Mira menarik napas sejenak, kemudian tersenyum tipis dan mengangguk. Rasanya, perkataan Angel hari ini dan kemarin adalah suatu kebenaran. Tak seharusnya Mira berdiam diri dengan rasa malu hanya karena kepribadiannya yang introvert.

"Sebentar lagi perlombaannya dimulai," gumam Angel, "Ingat kata-kata gue yang satu ini Mir. Jika lo punya mimpi, lo juga pasti punya tekad. Gunakan tekad lo sebagai bahan bakar kendaraan untuk menggapai impian lo. Karena ya, percaya sama gue, impian tanpa tekad, itu sia-sia."

Mira tersenyum manis sembari mengangguk. Hari ini ia harus berjuang, mencoba menyingkirkan rasa malunya. Semoga saja, bisa.

Kakinya melangkah masuk ke dalam Ruangan yang sudah di tempati oleh beberapa peserta dan juri. Mira duduk di salah satu kursi, sembari menunggu gilirannya melaksanakan lomba.

Waktu seolah berjalan dengan sangat cepat. Tinggal dua siswa yang tersisa. Mira dan salah satu murid sebagai lawan debatnya. Mira menarik napas, seraya mengucapkan lafaz basmallah dalam hati.

Sesungguhnya, menyebut nama Allah sebelum memulai melakukan sesuatu adalah salah satu dari hal-hal yang menyebabkan datangnya keberhasilan, dan Mira percaya akan hal itu.

"Dan untuk peserta yang terakhir, ananda Almira Alisya Zahara, dipersilahkan untuk menempati podium!" seru bu Wina sebagai pembawa acara.

Mira menarik napas dan membuangnya secara perlahan. Ia berjalan dengan pelan, sampai akhirnya ia telah berada di salah satu podium. Mira merasa ragu, ketika beberapa pasang mata menatap kearah dirinya. Namun saat itu juga, dirinya teringat, apa yang Angel katakan.

"Jika lo punya mimpi, lo juga pasti punya tekad. Gunakan tekad lo sebagai bahan bakar kendaraan untuk menggapai impian lo. Karena ya percaya sama gue, impian tanpa tekad, itu sia-sia."

Mira memejamkan mata sejenak, kemudian membukanya secara perlahan. "Ayo Mira, singkirkan ragumu!" batinnya.

"Kami akan memberikan sebuah permasalahan, dan tugas kalian adalah mencari sebuah penyelesaian dari permasalahan tersebut. Jika kalian berdua satu pendapat, maka soal permasalahan akan kami ganti. Kalian paham?" terang bu Wina.

CERMIN [END]Where stories live. Discover now