43✌ - Pergi atau Bertahan?

24.5K 1.9K 12
                                    

"Pergi atau Bertaha"

Happy Reading

📕📕📕

Setelah semua nya selesai bik Inem langsung pamit untuk membersihkan semua sisa pekerjaannya. Meninggalkan Nasya seorang diri di kamar miliknya, Nasya terus berpikir segalanya. Pergi atau bertahan? Menurutnya, ia ingin pergi karena semua rasa sakit ini. Sedangkan di sisi lain, ia ingin bertahan agar bisa merasakan kasih sayang dari orang tuanya, walau kemungkinan nya sangat kecil.

Hari semakin larut, tapi Nasya belum terjaga dalam tidurnya. Pemikirannya masih di selimuti oleh pertanyaan itu, membuatnya susah tidur malam ini.

"Pergi atau bertahan?" gumam nya, bertanya pada dirinya sendiri.

"Ahgt!" Nasya mengacak rambut nya kasar. "Susah banget sih." Lanjutnya lagi merasa frustasi.

"Kalau gue pergi?" ia menggantung perkataannya.  "Mereka nangis ngga yah?" lanjutnya, memikirkan semua jawaban nya.

"Tapi, kalau gue bertahan? Gue akan terus ngerasa sakit." Ujarnya sangat kebingungan. "Ahh! Au ah! Sakit pala bencong." Gerutunya.

Nasya mulai berusaha menutup matanya untuk masuk ke alam mimpi, berharap bertemu dengan seseorang yang sangat ia rindukan.

Hari ini sangat berat bagi nya, semuanya berjalan dengan rasa sakit. Mengapa garis kehidupan yang diberikan pada nya sangat lah sulit? Tidak ada seorang pun yang ingin memiliki hidup sepertinya, ia ingin seperti orang yang hidup bahagia dengan keluarga nya.

***

Seorang pria tampan berdiri di atas balkond kamarnya, dengan tatapan lurus ke depan menikmati dingin nya angin malam. Pikiran nya terus terarah pada seorang gadis yang sangat berpengaruh ada kehidupannya.

"Semoga lo baik-baik aja, Sya." Batinnya, berharap hal baik akan terjadi pada Nasya.

Dia Dikafernando Alexand, mantan pacar sekaligus mantan sahabat Nasya. Orang yang sangat berharga pada kehidupan Nasya, tapi dengan tega orang tua Nasya menghancurkan segalanya. Dengan cara menjodohkan Fernan dan Grey, itu sangat menyakitkan bagi Fernan dan Nasya.

Cindy masuk kamar Fernan, karena sedari tadi ketukkan pintunya sama sekali tidak di respon oleh pemilik kamar. Cindy memperhatikan gerak-gerik anak satu-satunya itu, terlihat sangat khawatir sekaligus frustasi. Ia melangkah kan kaki nya, berniat untuk menghampiri putra semata wayang nya itu.

Cindy merangkul bahu Fernan. "Kamu kenapa belum tidur? Kamu besok sekolah!" ujar nya, menyadarkan Fernan.

Fernan menoleh, cukup kaget saat melihat Bundanya sudah berada di samping nya. "Kamu lagi mikirin Nasya?" tanya Cindy menebak apa yang sudah membuat anaknya ini susah tidur.

Fernan mengangguk, menandakan tebakkan Cindy benar seratus persen. "Bunda juga udah kangen banget sama dia, kapan-kapan ajak ke sini yah Nan. Bunda mau ketemu." Ujar sang Bunda.

Ia tersenyum, mendengar perkataan Bundanya barusan. Di pikirnya, Nasya sudah tidak lagi di izinkan untuk ke rumah ini. "Emang ngg papa, Bun?" tanya nya mencoba memastikan lagi.

"Ngga papa dong, Nasya itu udah Bunda nganggap seperti anak sendiri. Jadi ngga ada masalah." Jawab sang Bunda seraya tersenyum ke arah putranya.

Fernan mengangguk paham, sangat bahagia saat mendengar ucapan bundanya. Membuatnya sudah mulai tenang sekarang.

"Yaudah, tidur sana. Ingat! Besok kamu ada tanding basket!" ucap Cindy mengingatkan. Sebelum benar-benar keluar dari dalam kamar milik anaknya itu.

Fernan hanya mengangguk, tidak ingin mengeluarkan suara. Ia sangat merindukan salah satu gadis yang sangat berharga baginya. Aurellia Nasyava Zelmand.

NASYA Where stories live. Discover now