51✌ - Murahan!

29.2K 1.9K 110
                                    

Happy Reading


📕📕📕


Pukul 01:11, Nasya terbangun dari tidurnya. Nasya mencoba menetralkan penglihatannya, tempatnya kini terlihat asing, ini bukan kamarnya. Lantas? Sekarang ia berada di mana. Nasya terlonjak kaget saat menyadari tempatnya sekarang. Kamar hotel? Di pikirannya hanya ada satu pertanyaan, apa yang sudah terjadi semalam, kenapa ia bisa berada di kamar ini.

Nasya mengubah posisinya, matanya membulat seketika saat melihat lengan baju nya sobek. Nasya turun dari ranjang, melangkahkan kakinya menuju kaca besar di kamar mandi. Tatapannya menjadi lirih, ia sungguh tidak mengingat apa yang sudah ia perbuat di hotel ini. Nasya melihat pantulan dirinya, terlihat sangat-sangat berantakan, seperti habis melakukan hal yang tidak-tidak.

Nasya menjatuhkan dirinya, pikirannya mulai kemana-kemana. Nasya memukul lantai kamar hotel dengan rasa sangat kecewa dengan dirinya sendiri. Kenapa ia bisa-bisa kelepasan semalam, kenapa ia membiarkan dirinya di sentuh pria lain. Sungguh kotor, kotor! Nasya menarik rambutnya frustari, mengusap wajahnya kasar, kenapa bisa ia sebodoh ini. Kenapa!

"Gue kotor, hiks!" Nasya terisak, merutuki hasip nya yang begitu sial.

Nasya memberontak. Mengusap tangan dan dan kakinya yang sudah bebas dengan sepatu. "Gue gak pantes hidup, gak pantesss!" teriaknya, sangat-sangat frustasi.

Nasya bangun dari posisinya, berjalan dengan langkah lungkai mencari tas dan sepatunya. Nasya keluar dari kamar hotel dimana ia sudah berani berbuat hal yang tidak-tidak, dan itu di luar kemauannya.

Ini sudah tengah malam, sudah untuk mendapatkan taksi. Lebih baik Nasya berjalan untuk mencari halte bis, kali ini ia akan pulang menaiki bis, karna mobilnya ia tinggalkan di tempat haram yang sebenarnya ia jadikan untuk mendapatkan uang, demi kemoterapinya. Tapi semua di luar dari pemikirannya, kenapa semuanya jadi kacau, apa yang akan ia bilang pada teman-temannya. Tapi tidak dengan, Fernan? Ahh pikirannya seketika kembali kacau saat mengingat Fernan yang sudah resmi menjadi tunangannya. Nasya berharap Fernan akan tetap menerima keadaanya sekarang. Sesuai janjinya yang d
ia ikrarkan waktu melamar nya Nasya.

Hampir duapuluh menit ia berjalan menelusuri terotoar untuk mencari halte bis, kini Nasya duduk dengan santai menunggu bis yang mungkin akan lewat, walau kemungkinannya sangat kecil. Sepertinya malam ini keberuntungan sedang berpihak pada nya, tidak perlu menunggu lama bis sudah berhenti tepat di hadapannya, dengan segera ia menaiki bis. Dengan penumpang yang bisa di hitung, Nasya memilih untuk duduk di kersi ketiga dari depan dekat dengan jendela bis. Nasya menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi, ia menikmati angin malam dengan sunyi nya jalanan ibu kota. Nasya mulai merenungi hari-harinya yang sangat di penuhi dengan berbagai masalah. Entah sampai kapan ini akan berakhir, tapi Nasya berdoa semoga akan berakhir dengan damai. Tidak ada kesedihan ataupun tangis.

Nasya meneteskan air mata, kali ini masalah yang ia dapatkan lebih berat lagi, di saat ia mulai mendapatkan Fernan kembali. Tapi sekarang? Masalah baru ini akan menghancurkan nya kembali.

"Hiks!" Nasya terisak, rasanya ia sudah tidak mampu menghadapi masalah ini.

"Gue kotor, gue gak pantes hidup! Rasanya terlalu sakit!"

"Kamu gak kotor, semuanya belum punya bukti" ujar seseorang yang duduk di sebelah Nasya.

Nasya menghapus air matanya, menatap heran ke arah seorang cewek yang menatapnya dengan tatapan bersahabat. "Kamu?" tanya Nasya dengan heran, masih dengan mata yang membengkak. "Kamu, siapa?"

NASYA Kde žijí příběhy. Začni objevovat