PSIKOPAT

9.5K 714 67
                                    

Hallo guys Author come back, part-part menegangkan mulai muncul, karena memang cb ini nggak bakal terlalu panjang.

Tanpa banyak bacot lagi yu mulai baca...

***

Dengan perlahan dia memegang niqob Nissa, ia tidak bisa melawan karena tangannya di ikat dengan erat.

Perlahan tapi pasti niqob Nissa sudah terangkat setengah, terlihatlah wajah putih kemerah-merahan Nissa, pria itu menyeringai penuh kemenangan setelah melihat seluruh wajah Nissa yang cantik jelita.

"Cantik."

DOR!!!

Alvin datang dan langsung menembak tanpa basa-basi, amarah Alvin memuncak kala wajah Khumaira (pipi kemerah-merahan) istri kesayangannya terlihat, emosinya sudah tidak terkontol.

Tembakan mendadak itu berhasil mengenai pundak sang penculik, ya Broto.

"Beraninya kau melihat wajah istriku HAH!!!" wajah putih Alvin kini terlihat merah padam karena amarah itu muncul.

"Kalian semua tutup mata!" perintah Alvin pada seluruh anggota mafianya.

Tanpa disuruh anggota mafia Alvin sudah menutup mata terlebih dahulu, nyali mereka menciut kala melihat amarah Alvin yang sudah meledak, mengalahkan rasa penasaran mereka terhadap wajah cantik nan jelita Nissa.

Tapi di antara beribu-ribu anggota mafia Alvin yang berada di sana, ada satu orang yang terpesona akan wajah cantik Nissa, hingga ia tidak mendengar perintah Alvin tadi, yang bisa saja membuat nyawa'nya melayang bila tidak segera di penuhi.

"G*blol, lo udah nggak sayang sama nyawa lo HAH! Bawa dia menuju ruang penyiksaan!" titah Alvin yang semakin tidak bisa mengontrol emosinya.

"Dan jangan lupa bawa si brengs*k Broto ini, usahakan dia sadar sebelum saya datang ke sana." memang tadi Broto langsung tidak sadarkan diri setelah peluru berada dalam pundaknya.

Mengapa si Broto harus sadar dan mengapa tidak langsung mati saja itu orang? PSIKOPAT pasti tahu apa yang di rencanakam Alvin.

Alvin mencoba menguasai amarahnya agar tidak menyakiti seseorang pada waktu tidak tepat, di tambah dia tidak ingin istrinya kecewa apa lagi merasakan langsung amarahnya.

Setelah di rasa cukup tenang, Alvin mencoba mendekati Nissa yang masih ketakutan di ujung sana, wajah cantiknya tidak tertutupi oleh kain sederhana namun suci itu, kalian tahu banyak di luar sana orang yang ingin memakainya, namun keadaan yang tidak mendukungnya.

"Maaf..." lirih Alvin sembari menunduk di hadapan wajah barbie Nissa.

Kecantikan Nissa memang tidak bisa di gambarkan secara detail, yang pasti karena itulah alasan pertama Nissa memakai niqob, syahwat.

"Untuk apa?" tanya Nissa heran pada lawan bicaranya.

Namun yang di tanya malah diam dan memakaikan niqob pada bidadari syurganya itu, kemudian membuka tali pada tangan Nissa.

"MasyaAllah, apa ini sakit sayang?" tanya Alvin khawatir pada keadaan tangan Nissa yang membengkak.

"Nissa nggak papa, Khullah pulang yu!"

"Oh ayo sayang,"

***

Dalam perjalanan, Alvin ingin sekali bisa merengkuh tubuh mungil itu, namun dia rasa Nissa akan menolaknya.

"Maafkan aku karena datang terlambat hingga wajahmu terlihat oleh lelaki bukan mahram, maafkan aku karena telah membuatmu kecewa, sungguh tadi aku reflek menembaknya, maafkan aku..." Alvin tulus mengucapkan maafnya pada Nissa, setidaknya dia merasa sedikit lega.

"Kakak adalah imamku, pintu syurgaku, sudah sepantasnya aku memaafkan Khullah, tidak ada manusia yang sempurna di dunia ini kak." terang Nissa tulus.

"Terima kasih, kamu memang bidadari syurga'nya Khullah."

Setelah satu hari tak bertemu, Alvin menjadi manja pada Nissa, tidak ingin melepas Nissa ke mana pun, dan satu lagi, tentu tidak luput dari kehangatan seorang Alvin Alexander.

***

"Khullah pergi dulu, ada urusan," ucap Alvin sembari mencium kening Nissa, kemudian turun menjadi ke leher jenjang putih mulus Nissa, karena sekarang mereka berada di kamar.

"Khullah geli, udah ih," ucap Nissa yang sudah merona.

"Ih itu pipi mau aku cium, gemes deh," benar saja Alvin mencium ke dua pipi Nissa, dan turun ke bibir tipis Nissa.

"Kakak!" ujar Nissa geram dengan lelaki tampan yang ada di depannya itu.

"Yaudah Kakak pamit dulu, inget diam saja di rumah jangan ke mana-mana, nanti ada sepuluh bodyguard yang menjaga bidadarinya khullah,"

"Banyak banget kak," protes Nissa.

"Biar kamu aman, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumsalam, hati-hati kak." Nissa mencium punggung tangan Alvin dengan penuh cinta, dan mencium pipi Alvin sekilas.

"Lagi dong," pinta Alvin sembari menunjuk pipi kirinya.

"Ih udah, cepet pergi hus." Alvin hanya terkekeh melihat Nissa yang dulu kudet tapi sekarang bisa juga salah tingkah.

***

Alvin bergegas menuju markas dengan menggunakan mobil sport miliknya, tidak lupa dengan topeng smirk yang menjadi ciri khasnya.

"Si br*ngsek itu sudah sadar?" tanya Alvin pada penjaga ruang penyiksaan di depannya.

"Sudah tuan,"

Alvin hanya mengangguk dan segera masuk menuju ruang penyiksaan tersebut, hal yang menjadi ciri khas ruang ini adalah penuh dengan bau amis darah dan ruangan yang gelap, semakin menambah kesan menyeramkan.

"Hai Pak Broto, masih ingat dengan saya?" tanya Alvin berusaha lembut.

"Tak usah banyak basa-basi, kalau kau mau membunuhku ya bunuh saja, cepat!" ujar Broto yang sudah tidak tahan dengan rasa sakit yang dialaminya.

"Kita main-main dengan tubuhmu dulu, rasanya kurang baik bila saya langsung membunuhmu begitu saja,"

Apa katanya? Kurang baik, sungguh psikopat aneh bin kejam.

"Kau masih dendam denganku akibat saham yang dengan mudah ku ambil itu'kan?" Alvin menyeringai.

"Kau juga yang sudah membunuh anak buah andalanku, kau ingat?" (part 01) mereka sudah seperti bukan musuh, karena terus bercengkrama dengan tenang.

"Oh aku ingat itu, dia yang sudah berkhianat terhadapku itu kan?" perlahan Alvin menguak semua mistery di balik semua masalah ini.

"Ya,"

"Permainan kita mulai,"

Alvin mulai mengambil pisau tumpul kesayangannya, kalian pasti sudah tahu, karena akan terasa lebih sakit.

Jari-jari Broto dipotong dengan penuh perasaan, melihat orang lain kesakitan akibatnya merupakan kesenangan tersendiri bagi seorang psikopat seperti Alvin.

Di lanjutkan dengan mencincang kaki Broto menggunakan kampak, Alvin mecokel mata Broto dengan jarinya sendiri.

Setelah di rasa cukup puas menyiksa sang musuh, Alvin mengambil desert eagle kesayangannya.

"Karena aku baik aku akan mengakhiri ini dengan cepat,"

"Ah... Kau memang sangat ke-jam." kata-kata terakhir dari seorang Broto telah terucap dan...

DOR!!!

"Rasanya aku sudah rindu dengan Nissa, maafkan aku ya Allah, aku berjanjj ini untuk yang terakhir kalinya." ucap Alvin sungguh.

Yes akhirnya selesai juga part kali ini, part terpanjang, Author emosi sendiri buatnya guys, tinggalkan jejak dan jangan lupa konwel.

Ini sudah panjang oke...

Inget harus konwel, gue capek nulis panjang, dua kali lipat guys.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] حيث تعيش القصص. اكتشف الآن