Pergi

8.2K 540 6
                                    

كُلُّ نَفْسٍ ذَائِقَةُ الْمَوْتِ.

“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).

_____

Pov author ....

"Nak, jagoan umi dan abi, baik-baik ya di sana. Umi sayang banget sama kamu," ujar Nissa sembari mengelus perutnya yang sudah membesar.

Ia tersenyum menatap perutnya yang sudah berbeda. Pinggang ramping itu sudah berubah menjadi perut yang buncit.

Renungan masa remaja, kembali teringat dalam pikirannya. Seulas senyum kembali terbit, ia menatap dirinya di depan kaca lebar.

"Ternyata gini rasanya ... para wanita emang hebat, ini tidak semudah yang kubayangkan." Ia mengusap peluh pada keningnya.

Ting tong ....

Suara bel berbunyi. Nissa tersenyum, ia sudah tahu siapa yang akan datang.

Langkah demi langkah ia ayunkan menuju pintu utama. Terasa berat, ini yang ia rasakan, maklum bumil.

"Assalamu'alaikum." Terdengar suara orang mengucap salam dengan suaranya yang khas.

Nissa membuka pintu itu, ia tersenyum.

"Wa'alaikumsalam." Dia raih tangan itu, tangan yang sudah memberinya kekuatan, kemudian dia mengecupnya lama.

Alvin tersenyum, sejenak ia lupakan penat. Dia balas perlakuan Nissa dengan sebuah kecupan hangat pada kening.

"Hallo bidadari sama jagoannya abi. Abi kangen banget, dari tadi pengen cepet-cepet pulang." Punggung tegap itu ia bungkukkan, detik kemudian dia mencium perut buncit sang istri.

"Masuk yu! Aku bawa martabak coklat, kayaknya enak makan bareng kamu." Alvin mencolek hidung Nissa yang tertutup oleh niqob, selanjutnya ia rangkul pinggang sang istri.

"Martabak ini harusnya gak usah pake gula lagi!" gerutu Alvin, Nissa mengerutkan keningnya heran.

"Emangnya kenapa?"

"Lihat kamu aja udah kerasa manis, jadi gak usah ditambah gula lagi." Alvin terkekeh, sejurus kemudian Nissa mencubit pinggang sang suami.

"Gombal terus! Udah gak pantes, Kakak udah gak muda lagi!" seru Nissa. Alvin melotot, kemudian menggelitik bidadarinya.

"Aku masih muda."

Nissa nyengir, detik kemudian dia menatap netra coklat milik suaminya. "Khullah, boleh gak Nissa pergi jalan-jalan bareng temen? Kayaknya seru!"

Alvin tersenyum, lalu mengusap puncuk kepala Nissa. "Jangan ya, nanti kamu kecapek-an, kasian janin yang ada di perut kamu." Alvin masih berusaha untuk lembut.

"Kali ini aja, kalau aku udah punya anak ... aku gak bisa kayak gini lagi. Ini terakhir kalinya, refreshing sebelum melahirkan." Nissa mengusap tangan Alvin manja.

"Ya, Khullah, boleh ya? Aku juga gak apa-apa kok, ini cuman jalan-jalan."

"DIAM!" bentak Alvin tanpa sadar.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Where stories live. Discover now