Amanah

7.4K 547 6
                                    

Anak itu amanah, maka jagalah dia dengan ikhlas. Sesungguhnya ia adalah rezeki dari sang maha kuasa.

_____

POV AlVIN ....

"Selamat, ya. Istri Bapak positif hamil."

Kalimat itu terus mengiang-ngiang di pikiranku. Apa ini hanya mimpi? Kalau ini benar mimpi, maka jangan bangunkan aku dari mimpi ini.

Seulas senyum terus kupancarkan. Ini lebih dari yang aku bayangkan. Tuhan memang adil terhadap hambanya.

Percayalah, setalah hujan akan ada pelangi. Maka, setelah berjuang ... pasti kebahagiaan yang akan kita dapat.

Ujian hidup itu perlu, untuk menyadarkan kita betapa berharganya kebahagiaan.  Teruslah bersyukur atas apa yang kita jalani. Masih banyak orang di luar sana yang lebih menderita daripada yang kita alami.

"Masyaallah, aku bener-bener gak nyangka!" Sontak Nissa menutup telinganya karena teriakanku yang menggelegar di sudut ruangan.

"Alhamdulillah, Allah sudah percaya pada kita. Ini amanah, jaga dia baik-baik, ya? Khullah." Aku mengangguk.

Langkah kuayunkan untuk menemui bidadari tak bersayap itu. Dia lembut, lemah, tapi tak sekalipun dia mengeluh.

Kalian tahu, betapa besarnya cinta seseorang yang dulu sama sekali tidak pernah mengenal cinta, dan sekarang tergila-gila karenanya.

Dekapan hangat kuberikan untuknya, memberinya kenyamanan dan kehangatan untuknya seorang.

Aku menangkap netra itu, dia tertangkap basah sedang memperhatikanku. Aku terkekeh kecil, kemudian mencolek hidungnya.

"Ih, Khullah main colek tanpa izin!" ujarnya dengan bibir yang sudah monyong satu centi. Jadi makin gemes, haha.

"Ciee, kamu ketahuan pandang aku tanpa izin."

"Lagian mending colek kamu, daripada colek janda depan rumah," ucapku sambil terkekeh kecil. Dia mencubit pinggangku.

Jangan katakan aku lebay, cubitannya benar-benar sakit. Untung sayang.

"Udah mau punya anak, masih berani lihat cewek lain?! Hah!" Dia melotot. Bukannya takut, aku malah tertawa terbahak-bahak.

"Lucu deh istri aku ini, jadi pengen bawa ke kamar. Ups!"

"Ish, Kakak!" teriaknya. Ia berdiri, detik kemudian dia menjewer telingaku.

"Aduh-aduh, ampun, Beb!"

Ia melepasnya, lalu pergi menuju kamar.

Aku memegang telingaku yang sudah panas, andai aku bisa melihat telingaku sendiri, pasti sudah memerah.

"Uh, untung sayang."

_____

"Khumaira ...." Ia menoleh, menatap suaminya yang tampan ini. Cogan langka yang harus segera dilestarikan.

"Ada apa?" tanyanya lembut, namun wajahnya tanpa ekspresi. Kupastikan ... dia cemburu pada janda di depan rumah.

Tak apa, aku malah senang. Cemburu itu tanda cinta, dan tentunya takut kehilangan. Setidaknya aku merasa ada yang menginginkanku untuk tetap ada.

"Sebenernya dari dulu aku sudah persiapkan ini, dan sekarang adalah waktu yang tepat untuk aku bicarakan."

Nissa mengerutkan keningnya. Ini memang hadiah special untuknya.

"Apa sih? Jangan buat aku kepo." Nissa berjalan mendekat, lalu mendudukkan badannya tepat di sampingku.

"Aku ...."

Nissa mencium pipiku. Dengan muka geramnya, dia berucap, "Jangan buat aku kepo, cepat katakan! Ih, gemes jadinya."

"Hehe, maaf atuh."

"Jadi gini ... nah gitu, bagus, 'kan?"

Kembali Nissa mencubit pinggangku. "Ih, serius dong."

Ia tersenyum, tersirat keterpaksaan. "Ada apa, Khullah ganteng?" ucapnya mencoba lembut. Haha, drama ini ... sungguh terlalu.

"Iya, ini serius. Udah dari beberapa bulan yang lalu, aku sudah siapkan ini dengan matang."

"Aku membuatkan pesantren besar, tidak jauh dari sini." Ia tersenyum, wajahnya seperti tidak percaya. "Aku ingin, kelak anak kita nanti tumbuh dengan lingkungan yang agamis, dan tentu tidak seperti abinya yang berandalan."

Ia tersenyum lebar, detik kemudian dia memelukku erat, aku balas pelukannya. "Ini beneran, Khullah?" tanyanya pelan dengan sedikit isak tangis.

Aku mengangguk. "Iya, ini beneran."

TBC  ....

Maay euy telat up, baru ada kuota, hehe.

KING MAFIA & WANITA BERCADAR [END] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang